Tuesday 28 August 2012

INDONESIA BERSATU

INDONESIA BERSATU
Kita satu bangsa dari beribu - ribu suku bangsa, begitu yang diidam-idamkan ketika keinginan  untuk hidup berdaulat membentuk sebuah  negara yang tercetus sebagai usaha perintisan oleh para tokoh - tokoh bangsa pada tahun 1928. Semangat yang diangkat menjadi sebuah deklarasi Soempah Pemoeda. Dan kemudian Proklamasi Kemerdekaan 1945 adalah jawaban yang mana  ikatan sebagai satu bangsa ini dituangkan kedalam konstitusi. 

Demikian sepenggal ingatan kembali ke masa sejarah awal tercetusnya tekad besar  melikuidir kedalam satu nusa satu bangsa dalam wadah NKRI. NKRI, satu tingkat ini sudah diamini jadi tidak perlu menjadi sebuah pertentangan, karena belum bicara pada persoalan arah dan sistim negara, dimana ini menjadi sumber atas berbagai polemik di masa kini.

Hari ini kita melihat sebuah kenyataan, bahwa seakan kita dibawa kearah situasi yang tidak pasti. Berbagai kegaduhan politik, hukum, ekonomi dan sosial kemanusiaan  yang seperti tidak pernah akan ada ujungnya adalah bagian dari  bentuk permukaan luar yang didalam permukaan dalamnya sudah tidak ada semangat melikuidir kedalam satu bangsa.  Hal yang paling sederhana adalah masih kuatnya maing - masing, para pejabat negara, poltiikus, pengamat, ilmuwan, cendikiawan, bangga dengan bahasa ibunya/daerahnya. Mereka hanya  berbahasa Indonesia yang baik dan benar pada acara formal ceremonial.

Dalam persentuhan kesehariannya kembali ke bahasa ibunya/daerah jika dalam satu kelompok sedaerah  atau lingkungannya jika dalam kelompok yang membaur.  Itu merupakan pemandangan dari situasi yang wajar, tapi menjadi tidak wajar dimana bahasa ibu digunakan dalam kegiatan kedinasan formal yang  tak resmi, atau dalam diskusi, rapat tertutup dsb. Dan kalau mau jujur pada kegiatan formal semacam ceremonial atau yang bersifat terbuka ditayangkan kepada khalayak umum, tidak sedikit peserta yang hadir terpaksa hadir kalau tidak dikatakan didalamnya ada rasa segan. Ini baru persoalan  semangat satu bangsa, belum ke hal - hal yang lain. 

Bagaimana bisa mencapai amanah proklamasi kalau sudah begini?  Mungkin lebih cocoknya, situasi yang  menggambarkan ikatan satu nusa satu bangsat, karena hanya bangsat yang hanya memikirkan dirinya sendiri / kelompok / golongan / partainya.   Bersatu kalau ada bencana, ada gangguan kedaulatan dari luar, satu lagi kalau Obama datang.

Menjadi begini bukan datang dengan sendirinya atau sudah takdirNYA.  Kalau melihat konstitusi, baik UUD'45, apalagi yang diamandemen, dimana yang diamademen ruhnya lebih bertitik tolak pada dendam masa lalu. secara umum terlihat sama saja, tidak ada visi, misi, arah, sistim dan  program yang jelas.

Dalam tulisan ini tidak akan mengurai isi dari UUD tersebut dengan berbagai persoalannya. Satu saja mau disampaikan,  dalam konteks persatuan dan kesatuan sebagai salah satu sumber petaka, yang secara tidak sadar telah memelihara perpecahan. Dimana konteks persatuan dan kesatuan, ataupun kesatuan dalam persatuan, telah ikut andil dalam memelihara kebanggaan kedaerahan. Memecahkan ini sebelum meninju isi konstistusinya yang sudah sangat mengambang, adalah semangat INDONESIA BERSATU. 

Pangkal masalah untuk mencapai Indonesia Bersatu adalah apakah Megawati mau bersatu dengan SBY? Prabowo dengan Wiranto? Amin Rais dengan Suryadarma Ali ?

Disini saja problem bagaimana mau mendudukan kembali isi konstitusi yang membumi?

Adios

Thursday 23 August 2012

Konstitusi Satu Konsepsi Fundamental Penentu Arah Dan Sistim Ketatanegaraan

Konstitusi Satu Konsepsi Fundamental Penentu Arah Dan Sistim Ketatanegaraan

Konstitusi Satu Konsepsi Fundamental Penentu Arah Dan Sistim Ketatanegaraan




Tulisan ini adalah sebagai kritik, saran tanpa masukan. Masukan nanti setelah disepakati secara sadar Ilmiah tulisan ini bernilai salah atau benar, kalau benar maka akan gelar masukan secara lengkap dan komperensif, itu saja sebagai untaian kalimat pembuka.


Konstitusi adalah aturan main / aturan dasar. Bahasa inteleknya adalah kesepekatan bersama dalam menentukan peletakan dasar arah dan tujuan bernegara yang dituangkan menjadi sebuah peraturan dasar kaidah hukum tata tertib dalam pengelolaan dan penataan negara atau singkatnya Hukum Tatanegara, yang disebut Undang - Undang Dasar.




Kemudian Konstitusi menjadi asas atau pedoman dasar dalam pengaturan aturan secara menyeluruh dari tk. Pusat sampai Tk. V dalam segala bidang, baik menetukan arah politik, pendidikan, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan termasuk didalamnya jaminan dalam memeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Karena ini hasil dari kesepakatan maka konstitusi itu bisa dikatakan sebagai satu konsepsi ketika ini baru disepakati dan belum digerakkan.


Dan ketika secara formal disepakati dan digerakkan maka ia bukan lagi satu konsepsi tapi sebagai pedoman dasar atau asas atau Undang - Undang Dasar dalam hal ini bagi Indonesia adalah UUD 1945 dan atau yang sekarang yang dipakai UUD'45 yang diamandemen.


Dalam perjalanannya, UUD 1945 dan UUD'45 yang telah diamandemen ternyata pada pelaksanaannya, sama saja, banyak sekali terjadi benturan atau konflik hubungan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain UUD itu tidak berjalan sebagai mana mestinya, kalau mau dipreteli satu dari sekiannya adalah pada kaidah hukum baik dalam tata tertib maupun dalam tataran peradilan masih dirasakan belum adil benar terutama bagi kaum yang lemah.


Contoh yang real dan paling sederhana, Presiden dengan DPR masih sering terjadi konflik terutama pada hal yang paling strategis, janganlah dikata sudah tercapai atau tidaknya cita - cita dasar negara, yaitu memakmuran rakyat secara adil dan bijak, dimana persoalan perpu dan undang - undang pun masih banyak yang tumpang tindih, dimana ini sangat mengundang untuk di manipulasi oleh kepentingan pihak - pihak tertentu. Belum lagi di era sekarang kabinetnya tidak padu dalam geraknya dengan atasannya.


Intinya dari realita demikian dapat dikatakan, bahwa konstitusi yang dibangun itu tidak sanggup memagari prilaku menyimpang, bersebrangan.




Padahal yang seharusnya itu adanya konstitusi untuk membuat hidup semua komponen bangsa hidup teratur beraturan dan semua sumber daya dapat dikelola secara maksimal dan merata.


Survey membuktikan, bahwa bila terjadi penyimpangan, pergeseran bahkan sampai bersebrangan dan bertentangan seperti ini, sudah dipastikan, pasti ada yang salah dalam menentukan sebuah konsep dalan bernegara.


Dan setelah ditinjau isi dari konstitusi yang ada sekarang dan berlaku, memanglah benar, setelah menelaah dengan seksama disana ada Kesalahan yang mendasar pada UUD'45 yang diamandemen.


Dilihat dari berbagai persoalan yang sering muncul, adalah Kesalahan - kesalahan mendasar yang itu ada pada peletakan awal, yakni masalah arah dan tujuan.



1. Arah



Arah ini yang menetukan bentuk negara, dimana disana masih tidak jelas kiblatnya. Di dalam UUD'45 yang telah diamandemen secara tegas disana menganut faham liberal, tapi totalitas dengan itu masih diwarnai dengan faham komunism balkan, bisa dilihat salah satunya pada kedudukan dan tugas Presiden.


Satu segi jika melihat sejarah lahirnya UUD'45 yang diamandemen, banyak dimuati oleh motivasi dendam masa lalu, dendam yang dekat dengan paranoid oleh era ORBA selebihnya yang dibuat adalah bentuk hukum penyempurnaan terhadap masalah yang tidak tertampung yang dihadapi pada satu kejadian atau peristiwa.


Segi lain sangat digayai oleh konsep yang tidak matang, bukan hasil kajian mendalam, akibat dari hasil yang bukan hasil  dari satu kesepekatan bersama secara bulat. Inilah yang menjadi sumber bencana, bisa dikatakan hasil kumpul kebo (hubungan bersama tanpa nikah) antara liberal dan komunis. Masih mending kalau mengawinkan, artinya sudah melewati tahapan pendalaman. Kalau kumpul kebo kan seenaknya saja. Dan itupun sama dengan masa Era Orba liberalism yang Komunism, konteksnya itulah persatuan dan kesatuan.


Sekalipun pada saat itu sangat amat anti komunism dalam arti kepartaian. Kondisi ini sangat tidak mendasar dalam menggerakan sebuah sistem, oleh karena tidak totalitas dalam menemtukan arah, kalau mau pakai unitarism ya unitarism, kalau mau pakai federalism ya federalism tidak bersikap banci, untiarism dipakai federalism juga dipakai.



2. Tujuan.



Tujuan yang dimaksud mereka adalah adil dan makmur. Inilah yang menjadi faktor utama dari 3 faktor utama kenapa adil dan makmur tidak pernah terwujud dan mengujud jadi.


Mengapa demikian?


Mereka telah salah kaprah dalam menempatkan tujuan. Tujuan diartikan hasil atau hasil akhir atau persinggahan terakhir. Tujuan ini harus dikembalikan pada makna tujuan itu sendiri.


Tujuan adalah bentuk kata benda, yang asal katanya adalah tuju, kata kerja, yang artinya bergerak, berbuat, melangkah. Kemudian diberi akhiran an, jadi tujuan, artinya satu pergerakan atau satu perbuatan atau satu langkah.


Dari sini saja dapat diberi satu definisi, tujuan itu satu pergerakan, satu perbuatan, satu langkah untuk mencapai apa yang mau dituju, yakni gambaran tujuannya.


Jika gambaran tujuannya adalah adil dan makmur, maka dibuat dulu tujuan yang dapat mencapai itu, dalam hal ini teorinya agar dalam prakteknya berbuat berdasarkan teori.


Dalam hal ini maka tujuannya adalah menuangkan keinginan tersebut kedalam sebuah aturan dan pengaturan. Dimana aturan itu adalah rambu - rambu dasar untuk bergerak atau batasan geraknya, sedangkan pengaturan adalah hukum pelaksanaan teknisnya.


Itulah tujuan. Jadi kalau diberi penempatan keterangan pada tujuannya, maka tujuan dalam bernegara itu adalah membangun segenap kemampuan ILMU dan Sumber Daya untuk mencapai gambaran tujuan, yakni adil dan makmur tadi.


Bahasa sederhananya, tujuannya adalah penyesuaian semua gerak ke arah tercapainya cita - cita bangsa bernegara.


Nah! Dari dua poin diatas saja, sudah terpampang jelas, bahwa selama ini penyebab utama kondisi negara seperti ini, negara yang terus jadi boneka ( negara dunia ketiga ) adalah kesalahan fundental konstitusi yang tidak diperbaiki.


Ujungnya melahirkan anak bangsa membela siapa saja yang bayar, karena hidup menurut mereka itu hidup berjuang, berjuang sendiri . Ini jadi ironi padahal hidup sudah diikat dan mengikat dalam satu negara.


Dan ini terjadi pada semua lapisan masyarakat yang mereka amini ini adalah realitanya hidup itu memang begitu. Jadi itu sudah mengkristal dalam alam pikiran mereka. Padahal tidaklah demikian yang sebenarnya.


Nanti ini kita urai lebih luas lagi berbagai alam pikiran yang salah yang diklaim bahwa itu sudah definitif begitu.


Kembali ke masalah dua poin diatas, cukup dua saja yang dijelaskan disini. Sebab jika diurai semua nanti cuma jadi bahan contekan tesis, bahan buat memoles diri biar terus terlihat intelek dengan begitu bisa terus dipercaya dan dipakai. Ujungnya persoalan inti tidak tercapai, yakni perbaikannya.


Sebahagian dari uraian ini adalah sebagian dari satu konstitusi yang saya buat. Konstitusi yang benar - benar dapat menghantarkan masyarakat yang adil dan makmur. Konstitusi yang benar - benar memenuhi harapan semua bangsa Indonesia, yang selaras dengan yang dicita-citakan oleh PROKLAMASI KEMERDEKAAN NKRI 1945.


Demikian tulisan hari ini dipenghujung bulan ramadhan 1437 H.

Wednesday 22 August 2012

Visi Dan Misi Satu Nusa Satu Kesatuan Bangsat

Visi Dan Misi Satu Nusa Satu Kesatuan Bangsat

Visi Dan Misi Satu Nusa Satu Kesatuan Bangsat


Arsip Kota Enschede







Gawat!! judulnya tendensius sekali deh..hehe.. Rasanya tidak pas kalau melihat suasana hari ini, masih dalam suasana Fitri . Tapi mudah - mudahan isi uraiannya dijamin tidak akan menyinggung seseorang/kelompok/golongan/parpol. Kalau mengena itu yang diharapkan, sebab tujuan menulis ini berangkat dari satu keprihatinan tapi bukan keprihatinan yang keprihatin-prihatinan, atas apa yang sudah dicapai oleh semua komponen yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan negeri ini. Demikian seuntai kalimat pembuka dari apa yang mau ditulis..semoga...




Mengangkat satu judul yang sebetulnya, pada awalnya judul yang mau dipampang adalah VISI dan MISI. Berangkat dari seringnya kalimat itu disebut - sebut dalam setiap forum ilmiah ataupun dalam diskusi bebas tentang penyelenggraan negara dan kepemerintahan, termasuk dalam orasi - orasi kampanye. Namun melihat kenyataan dilapangan ditambah dengan prilaku sebagian besar para politikus, dengan senang hati menambahkan kata satu nusa satu bangsat. Ini sebagai bentuk kritik, saran tanpa masukan. Masukan akan disampaikan nanti, kalau kritikan ini disadari secara Ilmiah.






Kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, telah dengan sadar mengakui bahwa kita sudah merdeka dalam negara kesatuan Republik Indonesia dan juga meyakini bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang siap membela negera ini kapan saja dimana saja dalam keadaan apa saja, bila negeri ini dalam keadaan terancam. Cuma kalau sekarang kan tidak ada yang harus dibela, karena Negara ini tidak dalam keadaaan bahaya, dalam arti tidak sedang dalam keadaan mendapatkan ancaman dari pihak luar.


Namun satu hal yang mungkin yang belum terselesaikan di negeri ini dari sejak pertama kali di Proklamasikan adalah kita belum sepenuhnya melikuidir kedalam satu bangsa, masing - masing diri masih terpecah kedalam kebanggaan, suku, ras dan golongan. Ini bukan masalah sara, ini masalah yang seharusnya dijadikan satu masalah yang termasuk masalah fundamental sebelum kita melangkah ketika pertama kali proklamasi dikumandangkan, karena ini menyangkut Visi dan Misi berbangsa dan bernegara samapai dengan hari ini dan yang akan datang.


Menyangkut satu bangsa ini bisa kita lihat dalam keseharian satu contoh saja di Jakarta sebagai acuan umum yang sangat pantas mewakili semua wiliyah negeri ini, sebab hampir semua suku bangsa, numplek, ada di Jakarta. Dimana sebagian besar bahkan juga boleh dibilang semuanya, didalam pergaulan kesehariannya, mereka lebih sering atau senang menggunakan dialek ibunya / daerahnya, ini sasarannya bukan pada anak muda tapi buat para orang tuanya.


Mereka itu adalah hampir dari sebagian besar para pejabat pemerintahan dan kelembagaan. Bahasa Indonesia hanya digunakan pada acara - acara formil saja. Dan rata - rata acara - acara formal pun kalau kita menyelami suasana khidmatnya, selalu dalam suasana kepura-puraan, ya kalau tidak dalam suasana keengganan yang terpaksakan untuk harus hadir. Padahal cita - cita awal saat negara ini mau berdiri, bisa dibilang sebagai rintisan cita - cita dari satu tekad dan satu keinginan yang sama, yaitu untuk bersatu sebagai satu nusa satu bangsa didalam membangun negeri ini adalah satu gelora diatas satu bangsa satu bahasa bahasa dan satu negara, negara Indonesia. Yang pada kelanjutan sejarahnya, kesamaan gelora sikap ini, kemudian diterjemahkan dan dituang kedalam konstisusi, UUD'45.


Di dalam UUD'45 kemudian terus sampai ke yang diamandemen itu, tentunya didalamnya ada Visi dan Misi. Disini pun kemudian pada implementasinya, sepertinya ada masalah dalam mendefinisikan visi dan misi. Hal itu tergambar jelas kalau melihat bagaimana mereka memahami Visi dan Misi itu. Dari apa yang sering mereka ucapkan tentang sebuah visi dan misi. Dari apa yang mereka ucapkan itu bisa disimpulkan menurut mereka visi itu misi, sedangkan misi itu visi. Kenapa demikian?


Satu segi, mereka selalu mengandeng dua kata tersebut tanpa mampu memisahkannya dalam menguraikan isi dari keduanya. satu contoh kasus, ketika dalam masalah bersalah atau tidaknya ceramah bang H.Rhoma Irama. Ketua Panwaslu mengatakan disana tidak ada isi ceramahnya mengenai Visi dan misinya.. hehehe. ini cukup jelaskan mereka tidak bisa membedakan mana visi dan mana misi.


Segi yang lain, ada juga yang bisa memisahkan uraian dari keduanya namun isinya bisa dikatakan serupa tapi tak sama, yaitu visi adalah misi dan misi adalah visi. Lebih parah lagi, kalau berkunjung ke kantor - kantor pemerintahan, Visi dan Misi kadang di pampang dengan bingkai rapih diruang tunggu tamu. Disinilah yang paling lucu, karena dengan begitu secara tidak lansung Visi dan Misi itu ditujukan buat para tamu, sedangkan tamu itu kan pihak luar, yang mana mereka tidak ada kepentingan atau dipentingkan untuk mengusung isi visi dan misi itu. Dimana yang paling penting didalam visi dan misi itu adalah buat konsumsi internal dalam arti yang harus menggerakkan visi dan misi itu adalah yang membuat visi dan misi, berikut dengan komponen yang terlibat didalamnya. Barangkali apa yang terpampang itu lebih tepat kalau disebut motto dibanding visi dan misi.. barangkali...


Kemudian visi dan misi ini, jangankan di tingkat daerah, ditingkat menteri saja masing - masing menteri punya misi dan visinya masing - masing yang berlainan. Ini menunjukan masih jauh dari satu gambaran gelora dari berkeinginan satu bangsa, satu bahasa satu negara, selain dari gambaran satu bangsa di atas. Boleh dibilang lebih tepatnya, masih kental dalam semangat satu nusa satu kesatuan bangsat. Karena hanya bangsatlah yang bekerja secara terkotak - kotak hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi / kelompok / golongan / Partainya.


Demikian pembaca yang budiman .

Wednesday 15 August 2012

Nuzulul Quran Dan HUT NKRI

Nuzulul Quran Dan HUT NKRI


Tema ini diambil karena di tahun ini suasana malam - malam nuzulul Qur'an bertepatan dengan perayaan hari jadi NKRI. Dan kalau tidak salah momentnya pun hampir sama, yaitu ketika dikumandangkannya Proklamasi NKRI sekarang, yaitu sama - sama dalam suasana ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmatNYA.




Diatas itu kali ini yang mau disampaikan disini adalah tentang lahirnya sebuah peradaban yang memberikan satu jalan terang benderang menuju sebuah pulau harapan. Sebuah pulau harapan yang memenuhi setiap fitrah manusia dalam satu peradaban, yang prosedur tatalaksananya tak mampu untuk dipertentangkan bahkan diperdebatkan lagi karena ukuran kesetimbangannya bernilai saling hormat, saling mensejahterakan, menjamin keselamatan hidup manusia sepanjang hidupnya.


Itulah tujuan Allah menurunkan alQuran kepada Nabi.Muhammad SAW, sebagai jawaban atas persoalan besar hidup dalam menegakkan Syari'ah atau Negara yang adil dan makmur. Lalu dari situ kita coba lihat lahirnya NKRI sebagai bentuk harapan mambangun sebuah negara yang majemuk diatas satu kebulatan tekad yang sama seirama dalam satu ikatan bangsa mencapai masyarakat adil dan makmur.


Lahirnya NKRI adalah hasil dari proses mengandung sekian lama, yaitu sebuah kandungan yang berisi janin dari keinginan tekad yang sama dari dari segala suku dan agama yang berbeda tak dapat dibendung lagi, akhirnya seperti sebuah kelahiran yang tak dapat dibendung maka diatas ijinNYA lahirlah NKRI ditandai dengan pidato Proklamasi Kemerdekaan yang diwakili oleh Soekarno - Hatta 67 tahun yang lalu. Jadi dengan begitu secara defacto dan dejure, seperti dalam piagam jakarta dan pembukaan UUD'45, bahwa kemerdekaan NKRI adalah Berkah dan RahmatNYA atas harapan bangsa INDONESIA, harapan untuk membangun bangsa yang mandiri, cerdas berkualitas yang berkeadilan dan dapat menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Inilah yang termaktub dalam cita - cita bangsa sebagai satu konsepsi cita - cita berbangsa dan bernegara yang senilai dengan malam satu konsepsi, yaitu lahirnya alQuran.


Kemudian diatas kesamaan itu dalam perjalanannya ada perbedaan yang tajam diantara keduanya. Dimana perjalanan alQuran pada satu titik turunnya alQuran sebagai satu konsepsi, tanpa cacat mampu tegak menjadi sebuah madinatulmunawarah di Madina. Sedangkan Indonesia dalam perjalananya hingga hari ini kian menjauh dari satu konsepsi cita - cita berbangsa dan bernegara, hanya benda peradabannya yang kian mengkilap, tidak pada SDM-nya semakin memperlebar jarak strata hidup.


Jarak yang lebar strata hidup ini mudah masuk pihak ketiga, yaitu mudah untuk dijadikan media stimulan bagi mereka untuk melakukan instabilitas Negara. Dan berbagai hiruk pikuk politik, hukum, ketertiban dan keamanan yang tak pernah ada ujungnya adalah buahnya. Jadi kesamaan itu hanya pada satu konsepsi cita - cita NKRI dengan Satu konsepsi alQuran. Kalau dalam perjalanan hasilnya kemudian tidak sama dalam arti pada tujuan bernegaranya, maka bisa dikatakan ada masalah pada satu konsepsi NKRI.




Satu konsepsi NKRI tertuang dalam konstistusi, sedang satu konsepsi Cita - Cita NKRI termaktub didalam Pembukaan UUD'45. Karena tidak pernah singgah - singgah menuju cita - cita yang didambakan itu akbiat dari diantara keduanya tidak seirama sebagai penyebab gagal bernegara.


Sebagai penutup oleh karena diatas seberapa kali pun berganti presiden atau siapapun yang menjadi Presidennya tidak akan mampu menyelesaikan masalah bangsa karena masalahnya pada satu Konsepsi.


Selamat menjalankan Ibadah Shaum.

Tuesday 14 August 2012

Menyambut HUT NKRI ke - 67 : Omongan Pakar Dan Cendikiawan Seperti Mahasiswa Tk.I

Menyambut HUT NKRI ke - 67 : Omongan Pakar Dan Cendikiawan Seperti Mahasiswa Tk.I
Dalam beberapa diskusi tentang suasana politik, hukum dan tatanegara dengan hiruk pikuknya negeri ini yang selalu disajikan di beberapa stasion televisi. Dimana yang tampil menjadi nara sumbernya adalah mereka dari bermacam latar belakang profesi, ada yang dari praktisi hukum, politik, dosen, pengusaha, budayawan dsb. Singkatnya Profesi itu bisa diikat-kelaskan kedalam dua profesi sebagai pakar dan cendikiawan. Dari semua objek tontonan itu yang berusaha disimak dengan seksama itu, isi  masalah yang dibahas  ( tergantung situasi hangat yang terjadi saat itu) dengan  solusinya, sama, yaitu sama - sama tidak memecahkan masalah juga tidak mempertemukan jalan keluarnya.  Sehingga atas apa yang disampaikan baik saran dan masukan saat diskusi, lebih tepat mereka itu pakar dan cendikiwan senior berpikir junior,  atau dengan kata lain setingkat Mahasiswa Tk.I.  

Penilaian itu disini bisa dicontohkan dalam contoh kasus diskusi tentang penegakkan Hukum. satu nara sumber mengatakan bahwa Hukum adalah produk politik, maka pada saat pembuatan RUU-nya, tentunya ada kepentingan politik dalam hal ini partai politik yang diwakilkan ke anggotanya yang duduk di  dewan legislatif.  Menurut nara sumber tersebut itulah masalahnya sehingga hukum ketika disahkan menjadi UU, maka dalam implentasinya selalu terjadi masalah atau menimbulkan penafsiran - penafsiran lain, atau boleh dikatakan penafsiran baru.  Disisi lain nara sumber ini mengatakan secara konstitusi produk hukum ini tidak ada yang salah, karena memang melalui mekanisme yang benar dalam pengesahannya.  Nara Sumber yang lain juga mirirp - mirip sama walaupun terjadi sedikit saling ngotot mempertahankan pendapatnya, tapi intinya  kedalaman makna dari isi omongannya, kurang lebih sama. 

Kesamaan yang lebih besar lagi dan ini hampir disemua diskusi ilmiah,  ada pada pemecahannya. Disini mereka lebih sering mengatakan sebaiknya begini bla bla bla.. sebaiknya begitu bla bla bla.  Dan yang menjadi lucu adalah yang selalu  dikatakan sebaiknya oleh mereka itu bukan pada masalah kaidah  mekanisme-nya atau dalam arti pada kesalahan subtansial mekanisme lahirnya sebuah produk hukum, tapi pada orangnya.  Mereka katakan sebaik di DPR begini dan di pemerintahannya begini. Itulah kenapa mereka disejajarkan sebagai mahasiswa tk.I.

Secara umum mahasiswa tk.I itu mahasiswa yang lagi dalam masa orientasi, semua kemampuan mereka untuk menanggapi ilmunya  dikerahkan untuk mengenal dan ingin tahu. Sedangkan pakar dan Cendikiawan kan lain, selain kental pergaulan  dan jam terbang, punya banyak amunisi info dan Ilmu pengetahuannya. Tapi ya itu tadi memberikan solusi dalam bentuk saran, bukan pada subtansinya tapi semodel himbauan. Apa bisa menghimbau otak dan hati orang yang sudah bau pesing dan berkarat? Sementara jauh dari itu substansinya yang diminta sumbang sarannya adalah  solusi atas ketidaktegakkan keadilan hukum, masalah kemanusian dan kesejahteraan hidup.  Dimana itu menyangkut sebuah aturan yang bernilai  Kepastian dan Absolute.. Ya cuma kembali jawabannya adalah sebaiknya oarng dpr begini orang pemerintahnya begini..  Himbauan, tidak jauh - jauh amat dengan Presidennya,  pemuka agamanya, apalagi anggota dewan.
Inilah oleh - oleh selama kita mengisi kemerdekaan..

Adios

Friday 10 August 2012

Perjuangan Pejabat Teras Pemerintah dan Organisasi di Olimpiade 2012

Perjuangan Pejabat Teras Pemerintah dan Organisasi di Olimpiade 2012
Olimpiade London 2012 Indonesia pulang dengan hampa medali emas,namun sedikit terobati oleh cabang angkat besi yang menolong nama Indonesia tetap exist ada di papan daftar perolehan medali, sekalipun tertulis di ururtan sekian – sekian, rasanya segan untuk menuliskan peringkatnya. Seperti kemaren dalam tulisan kemaren lalu atas hasil ini, menanti bagaimana para pengurus koni, koi dan menpora menyikapi hasil ini. Dan kemaren – kemaren mereka satu persatu keluar dari peraduannya memberikan tanggapannya di beberapa media. Dan seperti yang sudah diduga pula sebelumnya, biarpun masing – masing isi pernyataannya itu berbeda, namun tetap sama, tidak jauh dari pernyataan sekedar untuk membentengi diri dengan macam – macam alasan yang dilampirkan dengan kambing – kambing hitamnya.


Pada awal pertama kali bulutangkis masuk dalam cabang yang diperlombakan di Olimpiade, kalau tidak salah sekitar tahun 1992.Kala itu adalah kesempatan besar bagi Indonesia bisa masuk kedalam daftar jajaran negara yang mendapatkan medali dan lagu Indonesia raya bisa berkumandang megah di dengar oleh seluruh dunia. Mengingat pada saat itu pemain – pemain bulutangkis kita kebanyakan mereka adalah jawaranya dan merata, putra dan putri, terutama dengan adanya Susi Susanti, menjadikan peluang kita menjadi begitu besar untuk mendapatkan medali emas. Tak ayal lagi sebelum bertanding penulis sudah yakin, kalau mereka, pejuang – pejuang bulutangkis bakal mempersembahkan medali emas. Hasilnya pas seperti yang diperkirakan sebelumnya. Walau sedikit meleset dikira Ardi B W atau Joko S yang bakal mempersembahkan medali ternyata Alan Budikusma bersanding dengan pasangan sejatinya Susi Susanti. Ini adalah kado terindah bagi Indonesia.


Berbeda dengan satu dasa warsa terakhir, waktu di olimpiade China 2008. Saat itu mungkin saja kita semua lebih banyak bersandar pada doa dibanding rasa yakin itu sendiri, walaupun akhirnya harapan itu dijawab oleh Taufik Hidayat. Ketika Taufik mendapatkan emas, Taufik adalah satu – satunya pemain yang merasakan mungkin estafet langsung bagaimana suasana para pemain yang pernah malang melintang menjadi juara, seperti Alan Budikusuma, Joko Suprianto, Ardi BW dkk. Oleh karena virus mereka dalam kepiawayannya menepuk kock maka jadi tidak heran kalau Taufik masih bisa mengharumkan nama Indonesia mempersembahkan medali emas.


Dan kali ini, di Olimpiade London 2012, lebih parah lagi. Jauh sebelumnya malah kita seakan sudah menduga hasilnya tidak akan menggembirakan, walaupun masih ada diselip-selipkan harapan – harapan. Cuma isi harapannya itu ini lebih condong adanya satu keajaiban, bukan berdasarkan realita. Bahkan sebelum pertandingan dimulai pun, mungkin kita semua sulit sekali untuk memperbesar keyakinan didalam dada, apalagi bersandar dengan doa sekalipun. Hal itu wajar terjadi pada siapa saja, mengingat kita sudah digambarkan itu oleh hasil dari prestasi sebelumnya. Dimana dengan ikhlas hati rela prestasi Indonesia di bidang olahraga kian melorot. Terutama bulutangkis, dimana terakhir bukan sekedar lepasnya Piala Thomas Cup, tapi juga melaju ke final saja menjadi sulit. Jangan pula menyebut cabang sepakbola, di ujung kepalanya sudah berkepala dua, ibarat tubuh berkepala dua apa bukan itu termasuk mahluk yang cacat?


Lalu ditengah – tengah suasana yang sepi prestasi dan hampir disemua cabang, masyarakatnya malah dihibur oleh segala tontonan. Mereka dimanjakan oleh berbagai event –event yang tidak lebih sekedar hiburan memuaskan hati, yang itu tidak ada nilainya pada pembinaan bagi atlit secara keseluruhan dalam bingkai program dan pembinaannya, oleh sebab tidak adanya pogram atau bisa dikatakan juga tidak sedikitpun itu akan berdampak pada peningkatan pembinaan kecuali sekedar project pengisi isi dompet eo. Salah satunya ya seperti event sepakbola, terus didatangkan pemain top dan tim – tim sepakbloa spektakuler tingkat dunia. Kesemuanya hanyalah lebih memperjelas atas satu gambaran dari sebuah Negara yang tidak punya arah kecuali hanya sekedar rebutan jatah duit rakyat. Hal ini bisa kita lihat, sederhananya adalah komentar dari para pengurusnya sepulang dari London 2012.


Komentar ketua Koni di beberapa media, bahwa kita kurang persiapan. Nah, kalimat ini kan seakan olimpade itu event dadakan jadi Koni merasa kurang waktu dan dananya. Alhasil pernyataan itu malah menunjukkan kepada kita kalau sebetulnya mereka itu tidak bekerja. Ya karena kan Olimpiade itu sudah merupakan event tetap empat tahun sekali, artinya mungkin seratus tahun sebelumnya sudah tahu kalau 2012 akan ada event olimpiade. Kemudian komentar lanjutannya, bahwa berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, disini isinya duit. Kalimat ini pun sama, bahwa mereka itu memang tidak bekerja sama sekali. Dan kalau memang kurang dukungan dana dan tidak sesuai dengan rencana programnya, kenapa pula tetap terus dijalankan dan mengirimkan pemain/atlit kesana?


Bukankah mental seperti ini mental khas dari para pencari project dibanding mental dari seorang pencetak masyarakat berprestasi?


Komentar KONI itu diperkeruh lagi oleh komentarnya bang kumis menpora yang selalu gumasep, katanya tidak sehat kalau hanya bersandar pada bulutangkis. Lalu jauh sebelumnya apa yang sudah dikerjakannya diluar bulutangkis?


Bukankah menjadi menteri bukan sebulan kemaren? Apa terlalu sibuk mencarikan dana untuk partainya sampai – sampai membangun gedung yang tak ada gunya itu menjadi prioritas utamanya?


Yang mana gedung yang kini terbengkalai berkubang duit haram, sama sekali tidak ada gunanya bagi pembinaan dan regenerasi atlit secara berkesinambungan. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah kata Pemuda yang disandang dalam kata menpora itu. Dengan hasil sebagai bukti konkrit dari sebuah kinerja menunjukkan bahwa kinerja menporanya itu hampir dipastikan tidak ada sama sekali. Lalu apa tidak dengan kinerjanya yang sibuk membangun gedung itu malah mendorong para pemuda Indonesia menjadi berprilaku oportunis dibanding pemuda yang siap berprestasi siap mental dan spiritualnya?


Begitulah apa yang kita saksikan dari pernyataan – pernyataan mereka. Dan memanglah tidak tepat juga kalau dikatakan mereka itu tidak bekerja sebab, sebab jelek – jelek begitu mereka sudah bekerja dengan sungguh – sungguh dari kafe ke kafe, hotel ke hotel, dari pemda ke pemda, yang tidak lebih selain glamour juga saresehan biasa yang makan minumnya disana tidak cuma – cuma. Sangat menyolok perbedaannya dengan suasana latihan dan keseharian satu contohnya adalaha dari atlit – atlit angkat besi. Dalam hal ini kita bersyukur masih ada seorang pelatih angkat besi yang punya obsesi besar memajukan olahraga itu.


Terakhir Negara ini membutuhkan orang – orang pekerja keras yang punya obsesi, bukan orang orang yang mengeong mengelus kaki meminta jabatan. Selama memang sampai dengan hari ini tidak memiliki konsep apa – apa dalam bernegara kecuali sekedar berebut jatah dari duit rakyat yang terkumpul dalam pendapatan penerimaan apbn/apbd. Masih sueenengkah dengan suasana seperti ini?


Sebagai penutup, buanglah koruptor di tong sampah organik dan oportunis di tong sampah anorganik


Selamat menyiapkan hidangan sahur dan menjalakan ibadah Shaum.


Adios

Wednesday 8 August 2012

Hari Lebaran

Hari Lebaran

Ciptaan : ISMAIL MARDZUKI





       Setelah berpuasa satu bulan lamanya
       Berzakat fitrah menurut perintah agama
       Kini kita berIdul fitri berbahagia
       Mari kita berlebaran bersuka gembira
       Berjabatan tangan sambil bermaaf - maafan
       Hilang dendem habis marah di Hari lebaran



Minalaidin wal Faidzin
Maafkan lahir dan bathin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin



   Dari segala penjuru mengalir ke kota
   Rakyat desa berpakaian baru serba indah
   Setahu sekali naik trem listrik frai
   Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
   Akibatnya tengteng selop sepatu terompeh
   Kakinya pada lecet babak belur berabe



Maafkan lahir dan bathin
rang tahun hidup prihatin
Cari wang janganlah bingungin
lah syawal kita nyalamin



          Cara orang kota berlebaran lain lagi
          Kesempatan kini dipake buat berjudi
          Sehari semalam main cekih mabok brendi
          Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
          Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
          Si penjudi mateng biru, girang si Istri



Maafkan lahir dan bathin
Rang tahun hidup priihatin
Kondangan boleh ngurangin





Sunday 5 August 2012

Tidak Ada Makan Siang Yang Gratis Itu Sampai Juga ke Lapangan

Tidak Ada Makan Siang Yang Gratis Itu Sampai Juga ke Lapangan
Dalam buku - buku motivasi orang diajarkan, salah satunya adalah  "tidak ada makan siang yang gratis". Kalimat ini mungkin bermaksud mendorong orang untuk aktif dalam membangun dirinya menjadi manusia mandiri, bahasa sederhananya getol cari duit. Entah bagaimana seakan itu termakan kedalam alam pikiran setiap orang, sehingga hasilnya hampir disetiap tempat  dijadikan lahan bisnis, tidak ada yang gratis. Sampai untuk sekedar berolaharaga pun, khususnya olahraga yang membutuhkan lapangan khusus, seperti volley, Basket, badminton dan sepakbola, kita harus merogoh kocek, sewa tempat.  Kecuali disedikit tempat di komplek perumahan, sisanya semua sudah menjadi mall dan ruko - ruko.  Tidak seperti dulu, di setiap sore atau pagi di hari libur, kita bisa menyalurkan hobi olahraga dengan bebas ditempat mana saja, lapangan fasilitas milik umum.


Dulu banyak lapangan bebas yang bisa dipakai untuk menyalurkan hobi, baik lapangan rumput luas semodel taman maupun lapangan yang sudah bentuk jadi sebagai arena olahraga, seperti lapangan volley, basket, badminton dan sepakbola. Dan hasilnya dari menyalurkan hobi, kemudian saling berlomba, berkompetisi kecil tingkat lokal, akhirnya tidak sedikit dari sana banyak yang direkrut menjadi pegawai baik negeri maupun swasta karena kemampuannya dalam berolahraga, bukan karena skill keahlian tertentu yang dibutuhkan di perusahaan.

IPerusahaan membutuhkan pegawai yang mampu mengharumkan nama perusahaan dalam event olahraga resmi. Efek lanjutannya di setiap kampung mulai giat berolahraga memanfaatkan betul lapangan yang ada. Ini selain bagus buat kesehatan mereka juga sangat baik bagi mereka, memberi jalan mereka untuk mendapakan pekerjaan.   Sekarang yang seperti ini sudah tidak ada lagi, lapangan sudah identik dengan tidak ada makan siang yang gratis. Semua tempat hampir dipastikan berbayar.

Tulisan ini ingin menggambarkan korelasi antara expectation dan satisfaction dalam berprestasi di bidang olah raga didukung oleh jumlah  SDM yang sangat besar.  Namun jadi  Sangat Ironi, dengan jumlah penduduk, terutama di usia yang siap cetak, antara 8 - 15 tahun,  sulit melahirkan atlit berprestasi. Apalagi cabang sepakbola yang sudah menjadi  olahraga kegemaran masyarakatnya. Sementara banyak  masyarakat terutama orang tuanya sampai terlibat dalam mendorong putra-putrinya dengan merogoh koceknya memasukannya ke tempat pencetakan atlit, berharap putra - putri mereka bisa menjadi atlit kebanggaan, dimana tidak sedikit pula putra - putri ini terpaksa ikut bukan atas keinginannya. ada juga pas memang putra - putrinya senang namun senangnya bukan karena hobi karena ikut - ikutan temannya. Dibelahan lain putra - putri  yang hobi, bisa jadi punya bakat sejak lahir namun orangtuanya miskin, ujungnya bakat itu tenggelam dengan sendirinya yang tak pernah menjadi kilauan permata. Ini adalah dampak dari tak ada makan siang yang gratis yang sudah sampai ke lapangan olahraga , tempat pencetakan alami kelak menjadi bakat - bakat nasional.  siapa yang salah?

Hal lain pencanangan expectation pada cabang olahraga tanpa dibarengi gerak terpadu secara vertikal dan horisontal,  secara vertikal ada gerak seirama dari atas kebawah dan dari bawah keatas, secara horisontal banyaknya event lokal yang memasayarakat yang sama banyak dengan event berbayar.  Itu hanyalah Ilusi kalau saya pinjam judul lagunya Anggun C Sasmi, artinya yang demikian hanyalah  mimpi orang - orang tanpa Ilmu, tidak mempunyai konsep dalam skup besar NKRI. Ujungnya bisa kita lihat sendiri, sepakbola hanya ladang bisnis yang tak pernah mampu mencetak kesebelasan yang solid,  begitu pula dengan olahraga basket dan volley.. yang paling miris lagi olahraga bulutangkis..  mungkin ini juga ada hubungan dengan virus flu burung yang sempat membuat unggas hilang dari kandangnya.. barangakali.

Expectation yang dibarengi konsep yang jelas dan kerja nyata tanpa pamrih, bisa menghasilkan beyond ecpectation.. melahirkan beyond satisfactions.. seperti dicabang angkat besi..


Adios

Friday 3 August 2012

Krisis Keteladanan Kepemimpinan

Krisis Keteladanan Kepemimpinan


Terakhir menyaksikan ganda campuran Lilyana Natsir dan Tantowi Ahmad disisa – sisa harapan menepis prasangka dan mungkin boleh dibilang sebagai bentuk kesetiaan dari penonton pada merah putih disisa kemungkinan meraih medali emas.


Ketika tumbang genaplah sudah sebagai bentuk kegagalan dari tidak punya arah yang jelas dari kepemimpinan SBY mengalir ke KONI dan Menpora hinggap di PBSI. Dicederai lagi oleh didiskualifikasi ganda putrinya. Hanya atlit angkat besi yang pulang dengan kepala tegap buah dari pusat pelatihan ditengah kampung, bukan hasil tempaan pelatda apalagi pelatnas. Namun diawal pembuka tulisan ini secara pribadi mengucapkan “selamat pada semua atlit yang berjuang di Olimpiade”.




Dan yang menarik adalah nanti pada saat pulang, mendengarkan bagaimana para pengurus nanti memberikan pernyataan – pernyataannya. Yang bakal menarik itu isi pernyataannya. Karena tidak akan jauh, isinya seperti nyanyian sentimental yang terinfluenze gaya seperti orang no.1 di Indonesia.


Kemudian dalam gayanya itu ditamengi pencarian kambing hitam, bakal menyalahkan factor ini dan itu. Tinggal dikasih nada saja setiap pernyataannya, maka isinya seperti sebuah lagu ratapan ngilu yang menyayat qalbu, yang pantasnya didengarkan oleh telinga sendiri bukan oleh telinga orang lain. Seperti kemaren ketika keputusan dikualifikasi muncul, malah sampai menyalahkan panitianya yang katanya begini dan begitu. Hak panitia meletakkan aturan itu mutlak, ketika menyalahkan panitia ini kan kebiasaan anak kecil membela diri sekenanya sambil tengok sana tengok sini cari dukungan kesalahan.


Lihat bagaimana sikap federasi China, mereka justru sebaliknya, menghujat dan akan melakukan pengusutan terhadap pengurus dan atlit yang melakukan fair play. Sangat kontras dengan pengurus di Indonesia, apalagi pemimpinnya, membela yang salah menonjolkan sikap pandirnya. Dalam kalimat pembukanya tidak pernah terlontar kalimat permohonan maaf bermakna gagal.




Beginilah kalau negara ini di asuh oleh kumpulan tupai dan tikus.


Terakhir, kegagalan kontingan Indonesia mempersembahkan medali emas di Olimpiade London 2012, murni bukan masalah sistim, tapi masalah Krisis Keteladanan Kepemimpinan, bukan krisis Keteladan Pemimpin. Karena kepimpinan ini sifatnya menular, ia adalah teori yang sudah menyatu kedalam sikap. Sedangkan pemimpin adalah orang. Kita tahu, bahwa Pemimpin itu banyak, namun tidak mudah menemukan pemimpin yang berkepemimpinan.

Wednesday 1 August 2012

UU Partai Politik Menempatkan Parpol Semodel Badan Usaha

UU Partai Politik Menempatkan Parpol Semodel Badan Usaha
Tidak salah kalau yang disebut politikus bisa seperti kutu loncat. Itu karena UU Parpolnya pun sudah jauh panggang dari api. Uraian disana secara tidak langsung telah mendefinisikan dengan sengaja partai politik tak ubahnya badan usaha.

Disini tidak ingin membeberkan isi UU-nya, pasal demi ayat berikut dengan UU perubahannya. Kalau diurai satu persatu selain bikin pegel tangan juga bukan tempatnya. Sebab tempat untuk menguji kan di kantor MK. Lagian saya bukan bung Yusril, yang menangguk diair keruh. Kenapa?

Karena masalah hukum dan ketatanegaraan di negeri ini bukan hanya satu dua masalah UU. Dan masalah UU Parpol adalah salah satu masalah dari ribuan masalah UU yang masih sudah saling  tumpang tindih tak karuan. Ini yang harus ditertibkan.

Dimana dari semua masalah itu permasalahan besarnya bermuara pada UUD-nya. Karena itu UUD-nya harus ditinjau ulang dan direvisi. Apa sudah ada berlaku, telah membuat cita - cita bangsa yang tertuang didalam "Pembukaan UUD'45" tidak pernah sampai - sampai.

Mungkin ini ada korelasinya, waktu UUD itu susun dan disahkannya, dikerjakan dengan tempo yang sesingkat - singkatnya, tidak dilakukan pengkajian dengan seksama. Hal ini juga barangkali sekedar memenuhi persyaratan berdirinya satu negara, salah satunya harus punya konstitusi.

Kemudian pada perjalanan apa yang dibuat itu (konstitusi) seperti dikeramatkan untuk dirubah. Hingga kini diikuti kesininya mewariskan secara estapet, setiap membuat UU atau peraturan dilakukan dengan tempo yang sesingkat - singkatnya. Ini seperti ujud dari doa dari proklamasi.

Lihat saja meski baru tahun 1999 dilakukan revisi, melahirkan UUD45 yang diamandemen, isi dari bab penjelasan, bukan makin membumi malah dari sudut uraian semakin tidak   menggunakan bahasa hukum. Membuat apa dibaca dari UUD45 yang diamandemen bisa mencerminkan latarbelakang pendidikan dari para pembuat revisinya. Padahal ketika itu sudah banyak pakar hukum senior, apa tidak dilibatkan atau memang tidak sempat dilibatkan karena dikejar kebelet pipis?

Ujungnya membuat yakin ini adalah ujud dari doa proklamasi 1945. Namun jika sekalipun  ini ada pengaruh dari doa proklamasi, setidak - tidaknya tidak kesusu, tergopoh - gopoh menyelesaikannya. Untuk membuat perubahan sebuah konstitusi dan sistim yang sudah jadi dibutuhkan  interval waktu tidak sedikit, kurang lebih 10 tahun.

Sekalipun begitu harus segera melakukan dimulai tahapan pengerjaannya. Tidak seperti kemaren dirubah sekenanya langsung disahkan.

Proses pengkajian dalam cara pandang yang sama sekalipun pandangan berbeda dan proses kerjanya berangkanya pada satu titik pijak tantangan dan jawaban dari segala aspek hidup dan kehidupan bernegara berdasarkan visi, misi, arah dan tujuan dalam setiap menyusun satu UU, apalagi yang dibukukan sebagai kitab, sebelum membuat dan atau merubah. Jika itupun masih punya sekelumit itikad kesungguhan demi bangsa dan seluruh tumpah tanah air.

Dan dari hasil yang dibuat, disahkan yang sekarang berlaku, dapat disimpulkan, bahwa sekalipun dilakukan perubahan pada UUD-nya, itu tidak akan ketemu perbaikan yang benar - benar jitu menjawab persoalan bangsa ini, kalau tidak dilandaskan hati - hati yang memiliki rasa cinta kepada tanah air begitu besar.

Jadi tidaklah salah kalau banyak yang antipati terhadap anggota dewan atau para penyelenggara negara. Itu UU-nya melegalisir maunya nafsu setiap manusia, bukan membatasi dan atau menempatkan fungsi yang benar - benar proporsional berdasarkan rujukan rumusan yang sebenarnya. Ujungnya negara ini tidak akan mampu memerangi KKN siapa pun yang akan duduk menjadi orang no. 1.

Orang - orang juga karena tumpang tindihnya UU, kebanyakan mereka pesimis terhadap siapapun yang akan duduk di dpr dan di pemerintahan, bakal menjawab hidup mereka yang bertebaran hidup di setiap jengkal wilayah NKRI. Oleh karena UUD-nya tadi.