Laman

Thursday, 24 March 2016

ANTARA PROMO DAN KAMPANYE PILKADA

ANTARA PROMO DAN KAMPANYE PILKADA
Jelang pilkada DKI 2017, gaungnya sudah membahana dari sekarang dan kemaren - kemaren. KPUD terus memantau, memastikan, menantikan, bahwa setiap peserta yang akan terjun mencalonkan diri, terpenuhi persyaratan administrasi. Dan DPR pun kagak mau ketinggalan, lagi - lagi  membuat lagi regulasi persyaratan baru bagi para peserta atau kontestan. Dan semua kontestan bakal cagub fokus pada dirinya untuk melakukan starting aksi , yakni masing - masing memperkenalkan dirinya, tentunya tujuannya adalah satu harapan besar agar bisa cepat dikenal lebih luas lagi oleh semua lapisan masyarakat pemilihnya. 


Saya tidak akan menyebutkan satu persatu nama dari setiap kontenstan ataupun mengurai bagaimana si a, si b sebagai kontestan dalam melangkah mencari dukungan masyarakat luas. Dalam tulisan ini yang dibahas adalah secara umum gerak kontestan diantara promo dan kampanyenya. Dimana dalam dunia advertising, antara promo dan kampanye hampir sama namun berbeda dalam pengertian, penjabaran dan batasan kerjanya.


Promo berdasarkan teori para ahli ekonomi salah satunya dari Philip Kotler dan Gery Amstrong, bahwa promo atau promosi itu aktivitas komunikasi yang menginformasikan tentang keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.


Kampanye pengertiannya macam - macam tidak hanya keluar dari ahli ekonomi, namun bisa kita letakkan salah satu saja seperti yang disampaikan oleh ahli ekonomi Rogers dan Storey (1987), bahwa kampanye itu serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Prinsip dasarnya menurut Perloff (1993) adalah contoh tindakan persuasi secara nyata “Campaigns generally exemplify persuasion in action”. (Venus, 2004:7).


Dari uraian diatas jelas beda - beda tipis antara promo dengan kampanye. Ini saya jelaskan karena sangat penting dalam kaitan pembangunan satu wilayah yang dibangun diatas satu komando yakni kepala wilayah atau kepala daerah, dimana pemilihan kepala wilayahnya ditentukan oleh suara pemilih. Tentu sangat penting bagi yg akan dipilih untuk memperkenalkan dirinya dan juga menjadi penting buat pemilih mengenal calon pimpinannya.


Pilkada Gub DKI masih lama, setahun lagi, 2017, gaungnya membahana dari bulan maret 2016, beberapa orang sudah memperkenalkan diri siap maju, sebagian muka lama, muka baru dari muka lama yang langganan selalu berusaha ambil kesempatan tiap kali akan diselenggarakan pemilu entah pilpres atau pun pemilu tk1, ada juga yang memang benar - benar muka baru, mencoba mencari peruntungan.  


Tampilnya calon kontestan bakal cagub jauh - jauh hari dari sisi kampanye ini baik karena ada range yang cukup untuk masing - masing bisa dikenal oleh masyarakat pemilihnya. Melekat atau tidaknya sangat tergantung strategi dan aksi dari masing - masing tim suksesnya juga, tidak lepas apa saja yang dilontarkan oleh kontestan setiap saat dan kapan saja. Karena setiap ucapan kontestan akan menjadi sasaran empuk media sebagai sumber berita dan sumber berita ini menjadi media konsumsi masyarakat untuk mengenal lebih dekat semua kontestan.


Tenggat waktu atau interval waktu yang boleh dibilang lebih dari cukup, bagi kontestan bakal cagub sampai cagub sampai hari "H" penentuan pemilihan, inilah masa - masa yang menentukan bagi para kontestan, siapa yang pandai dalam mengolah tingkat emosi masyarakatnya.


Berkaca pada rentetan pengalaman penyelenggaran pilkada, pemilu, yang sudah beberapa kali kita alami bersama, yang menjadi inti bukan lagi visi, misi dan program, tapi kemampuan tim sukses membangun sebuah iklan, slogan / tagline. Visi, misi dan program sekedar pemanis dari sebuah kemasan.


ITULAH POTRET BERBAGAI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN, HANYA SEBAGAI AJANG UNTUK MENCARI PERUNTUNGAN, MEMBANGUN KEKUATAN KANTUNG PARPOL. DAN INILAH REALITA, YAKNI HASIL PRODUK DARI HASIL PEMIKIRAN kemaren dan hari ini. Berbagai dampak selanjutnya, setelah terpilih sampai mada akhir jabatan, tidak ada satu pun program yang berhasil berdampak bagi perbaikan hidup bangsanya secara bermartabat, semua perbaikan hidup secara bermartabat hanyalah sebagian kecil saja, hasil perjuangan sendiri - sendiei. Sebagiannya hasil dari peruntungan sebagai tim sukses, dsb