Laman

Wednesday, 24 December 2025

Menurut email jaksa, Donald Trump terbang dengan jet Epstein delapan kali pada tahun 90-an

Menurut email jaksa, Donald Trump terbang dengan jet Epstein delapan kali pada tahun 90-an

Menurut email jaksa, Donald Trump terbang dengan jet Epstein delapan kali pada tahun 90-an




Ghislaine Maxwell dan Donald Trump ditampilkan dalam gambar ini yang dirilis oleh Departemen Kehakiman di Washington, D.C., AS, pada 23 Desember 2025 sebagai bagian dari kumpulan dokumen baru dari... Beli Hak Lisensi






Presiden AS, Donald Trump terbang dengan jet pribadi milik terpidana pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein "jauh lebih banyak daripada yang dilaporkan sebelumnya," menurut sebuah email dari seorang jaksa New York yang merupakan bagian dari kumpulan dokumen baru tentang Epstein yang dirilis Selasa oleh Departemen Kehakiman AS.







Dalam sebuah email tertanggal 7 Januari 2020, jaksa penuntut yang tidak disebutkan namanya menulis bahwa catatan penerbangan menunjukkan Trump telah terbang dengan jet pribadi Epstein sebanyak delapan kali selama tahun 1990-an.


Di antara penerbangan tersebut terdapat setidaknya empat penerbangan di mana rekan Epstein, Ghislaine Maxwell, juga berada di dalamnya. Maxwell menjalani hukuman penjara 20 tahun karena membantu mendiang pengusaha Epstein melakukan pelecehan seksual terhadap gadis-gadis di bawah umur.


Dalam unggahan media sosial pada tahun 2024, Trump mengatakan dia "tidak pernah berada di pesawat Epstein, atau di pulau 'bodoh' miliknya." Tidak ada tuduhan dalam email jaksa penuntut bahwa Trump telah melakukan kejahatan apa pun. Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang email tersebut.


Pada satu penerbangan yang dijelaskan dalam catatan yang baru dirilis, hanya ada tiga penumpang yaitu Epstein, Trump, dan seorang wanita berusia 20 tahun yang namanya dirahasiakan. "Pada dua penerbangan lainnya, dua penumpang, masing-masing, adalah wanita yang mungkin menjadi saksi dalam kasus Maxwell," demikian pernyataan dokumen tersebut.


Trump mengenal Epstein secara sosial pada tahun 1990-an dan awal 2000-an. Trump mengatakan hubungan mereka berakhir pada pertengahan 2000-an dan bahwa dia tidak pernah mengetahui pelecehan seksual yang dilakukan oleh pemodal tersebut. Epstein dihukum di Florida pada tahun 2008 karena menyediakan seseorang di bawah usia 18 tahun untuk prostitusi. Departemen Kehakiman mendakwanya dengan perdagangan seks pada tahun 2019.


Departemen Kehakiman memposting pernyataan di X yang mengatakan: "Beberapa dokumen ini berisi klaim yang tidak benar dan sensasional yang dibuat terhadap Presiden Trump yang diserahkan ke FBI tepat sebelum pemilihan 2020. Untuk memperjelas: klaim tersebut tidak berdasar dan salah, dan jika memiliki sedikit kredibilitas, klaim tersebut pasti sudah digunakan sebagai senjata melawan Presiden Trump.


"Meskipun demikian, karena komitmen kami terhadap hukum dan transparansi, Departemen Kehakiman merilis dokumen-dokumen ini dengan perlindungan yang diwajibkan secara hukum untuk para korban Epstein," katanya.


Rilis terbaru berkas Epstein mencakup sekitar 30.000 halaman dokumen, dengan banyak penyuntingan, dan puluhan klip video, termasuk beberapa yang diduga diambil di dalam pusat penahanan federal. Epstein ditemukan meninggal pada tahun 2019 di penjara New York. Kematiannya dinyatakan sebagai bunuh diri.


Dalam email lain, seseorang yang tidak dikenal menulis pada tahun 2021 bahwa mereka baru-baru ini telah melihat data yang diperoleh pemerintah dari ponsel mantan ajudan Trump, Steve Bannon, dan menemukan "gambar Trump dan Ghislaine Maxwell." Pemerintah menyunting sebagian pesan yang menunjukkan siapa yang mengirim dan menerima pesan tersebut.


Berkas lain dalam rilis pemerintah menyertakan foto buram Trump yang duduk di sebelah Maxwell. Foto itu cocok dengan gambar keduanya di sebuah peragaan busana di New York pada tahun 2000.


Pengungkapan tersebut mencakup sejumlah catatan lain yang merujuk pada Trump, meskipun catatan-catatan itu tidak menunjukkan bahwa pemerintah menganggapnya kredibel.


Di antara dokumen-dokumen tersebut terdapat gambar kartu yang diduga berasal dari Epstein kepada Larry Nassar, seorang mantan dokter senam yang dihukum karena melakukan pelecehan seksual terhadap gadis-gadis di bawah perawatannya. Sebuah pesan tulisan tangan di kartu tersebut merujuk pada Trump tanpa menyebut namanya.


Departemen Kehakiman kemudian menyebut kartu tersebut sebagai "palsu" dan mengatakan akan terus merilis dokumen-dokumen berkas Epstein sebagaimana diwajibkan oleh hukum.


Pemerintah juga mengungkapkan beberapa laporan panggilan telepon ke saluran informasi FBI yang merujuk pada Trump, meskipun mereka tidak mengidentifikasi orang-orang yang melakukan panggilan atau memberikan indikasi apakah penyelidik menindaklanjuti panggilan tersebut atau menganggapnya kredibel.


Seorang penelepon mengklaim bahwa ia pernah mengemudikan limusin untuk Trump pada tahun 1995 dan mendengar Trump melakukan panggilan telepon di belakang mobil di mana ia menyebut seseorang sebagai "Jeffrey" dan pada satu titik menyebutkan pelecehan terhadap seorang gadis.


Pemerintah AS pada hari Selasa juga merilis sebuah video yang diduga menunjukkan Epstein berlutut di dalam sel penjaranya, tetapi pemeriksaan Reuters menemukan bahwa video tersebut tampaknya merupakan klip yang dihasilkan komputer yang pertama kali muncul di media sosial pada tahun 2020, setahun setelah kematiannya. Video tersebut diserahkan ke Departemen Kehakiman oleh seseorang yang mengatakan bahwa video itu diduga menunjukkan kematian Epstein, menurut sebuah email yang juga dirilis pada hari Selasa.



TRANSPARANSI HUKUM



Pemerintahan Trump pekan lalu menerbitkan sejumlah besar berkas Epstein dalam upaya untuk mematuhi undang-undang baru yang memaksa pengungkapan topik yang sarat dengan muatan politik tersebut.


Namun, rilis pada hari Jumat dan Sabtu berisi banyak bagian yang disensor, yang membuat marah beberapa anggota Partai Republik dan tidak banyak membantu meredakan skandal yang mengancam partai tersebut menjelang pemilihan paruh waktu 2026.


Pada hari Senin, Trump meremehkan pentingnya berkas Epstein. Berbicara kepada wartawan, ia mengatakan materi tersebut "hanya digunakan untuk mengalihkan perhatian dari kesuksesan luar biasa" yang diraihnya dan rekan-rekan Republiknya.


Undang-undang transparansi baru, yang disahkan secara mayoritas oleh Kongres bulan lalu, mewajibkan pengungkapan semua berkas Epstein, meskipun upaya Trump selama berbulan-bulan untuk merahasiakannya.


Perwakilan Partai Republik Thomas Massie, yang membantu memelopori undang-undang yang mewajibkan rilis berkas tersebut, menanggapi komentar Trump pada Senin malam yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rilis dokumen Epstein.


Politisi Partai Republik Kentucky itu menulis di X: "Trump menyalahkan saya atas RUU yang akhirnya dia tandatangani, sementara membela teman-teman bankirnya, Bill Clinton, dan para pengunjung 'tak bersalah' ke pulau pemerkosaan. Sementara itu (Jaksa Agung Pam) Bondi bekerja keras untuk menyunting, menghilangkan, dan menghapus berkas Epstein yang secara hukum wajib dia rilis berdasarkan RUU kami."



























Tuesday, 23 December 2025

Saudi Arabia sees first snowfall in 30 years - 4°C desert cold

Saudi Arabia sees first snowfall in 30 years - 4°C desert cold

Saudi Arabia sees first snowfall in 30 years - 4°C desert cold




Rare snowfall blankets Saudi Arabia after 30 years,turning Tabuk’s mountains and deserts into white landscapes/Image: X






For the first time in three decades, snow has graced parts of Saudi Arabia, turning desert-framed mountains into icy landscapes and surprising residents with a rare winter spectacle. From snow-capped peaks to desert plains dusted in white, the Kingdom experienced a weather event that many had only imagined.







Snowfall across parts of Tabuk and the Trojena Mountains has transformed the regions into an unexpected winter playground, prompting residents to step outside to ski, play, and capture the rare icy scenes.


The Trojena Highlands were draped in white, turning the rugged northern mountains into a striking winter landscape. Visitors shared videos and photos on social media, capturing snow settling on rocky slopes.


Snow reportedly covered thousands of sq km in Saudi Arabia, from the Tuwaiq range to areas near Riyadh | Screengrab: X/@nexta_tv



Residents of Al-Ahsa in the country’s eastern province, usually a warm area, also saw snowfall. The cold wave was accompanied by widespread rainfall across northern and central Saudi Arabia. Light to moderate rain was recorded in areas such as Bir Bin Hermas, Al-Ayinah, and Ammar.


So, why is it snowing in a country better known for extreme heat? And how rare is it?



Winter Games dreams



Snowfall in Saudi Arabia’s northern regions is rare but not unheard of. Elevated parts of Tabuk province have seen snow intermittently over the decades. What is different now is the scale and spread of snowfall across desert areas, something weather observers say has not been seen for decades.


The Saudi National Center of Meteorology (NCM) has said the most intense cold wave recorded in Saudi Arabia occurred in 1992. At its Hail station in the country’s northwest, temperatures dropped to a record low of –9.3°C in January that year. Reports also claim that in January 1973, a massive polar surge from Siberia brought nearly 20 cm of snowfall to Riyadh.


For the current cold wave, climate change is seen as a contributing factor. Experts from the World Meteorological Organisation have said the Arab region is warming at nearly twice the global average. This leads to what scientists call the “warming paradox”: as temperatures rise, the atmosphere holds more moisture, increasing the intensity of extreme weather events.


TV channels are calling it a “historic event”. In videos shared by social media users, residents can be seen playing with snow, with some clips even showing people snowboarding on desert slopes.






Saudi Arabia, notably, is already making a colder future part of its economic strategy. Under Mohammed bin Salman’s Vision 2030, it is developing Trojena, a high-altitude winter destination in the Sarawat Mountains. Part of the larger $1.5 trillion Neom megacity project, it is set to host the Asian Winter Games in 2029.



Will there be more snow?



According to the National Centre for Meteorology, snowfall has also been observed in Al-Majmaah and Al-Ghat. Hussein Al‑Qahtani, the NCM’s official spokesperson, said the conditions were driven by a cold air mass pushing into central and northern regions, interacting with rain-bearing clouds. He added that temperatures were expected to remain low, especially across northern and central Saudi Arabia.


A deep low-pressure system moving in from the Mediterranean Sea has pushed very cold air south into the Arabian Peninsula. While snow does occasionally fall on Saudi Arabia’s high mountain peaks, it is far more unusual for it to blanket flat desert plains, as it has this week. In some areas, temperatures dipped to as low as -4°C, while other parts of the Kingdom were swept by rain.



























Sunday, 21 December 2025

Justice Department releases huge trove of Jeffrey Epstein files

Justice Department releases huge trove of Jeffrey Epstein files

Justice Department releases huge trove of Jeffrey Epstein files










The Justice Department released more files related to the investigations into convicted sex offenders Jeffrey Epstein and Ghislaine Maxwell Saturday morning — a day after initially making tens of thousands of records public.







The Department of Justice has not responded to a request for comment about the discrepancy, and it's unclear why the files are missing a day after they were initially released.


However, in a social media post to its × account Saturday night that seemed to touch on the issue, the DOJ wrote: "Photos and other materials will continue being reviewed and redacted consistent with the law in an abundance of caution as we receive additional information."


One of the missing files showed a mass of framed photos on a desk. They include former President Bill Clinton and the pope. In an open drawer in the same image, there was a photo of Mr. Trump, Epstein and Epstein associate Ghislaine Maxwell.


Other missing files included photos of a room with what appeared to be a massage table and nude photos and nude paintings.


As of early Saturday afternoon, seven batches of materials had been posted on the department’s website. During an interview on Fox News Friday morning, Deputy Attorney General Todd Blanche had said the Justice Department would continue to release materials in the weeks ahead.


The much-anticipated materials tied to Epstein, who died by suicide in a New York City jail cell in 2019, and Maxwell, his longtime confidant and former girlfriend, have largely consisted of documents, some of which are heavily redacted, and images of Epstein’s homes in New York City and the U.S. Virgin Islands, as well some photos of powerful people in politics and entertainment. None of those pictured have been accused of any wrongdoing in connection with Epstein and Maxwell.


Maxwell, 63, is currently serving a 20-year prison sentence for her role in luring victims to be abused by Epstein over the course of a decade. She was moved to a prison camp in Texas from a federal prison in Florida in August.



DOJ says additional disclosures to come by year’s end



In a letter to Congress Friday, Blanche wrote that the Justice Department was continuing to review files in its possession and planned to share additional records by the end of the year.


The trove of materials made public to date came after a small group of bipartisan lawmakers — including Reps. Ro Khanna, D-Calif., and Thomas Massie, R-Ky., — joined forces with Epstein’s accusers in a campaign to force the government to release its files related to the wealthy financier.


Following the partial release Friday afternoon, Democrats and some Republicans criticized the Justice Department, contending that officials failed to meet Friday’s congressionally set deadline to make all of the files public.


Khanna called Friday’s release “deeply disappointing” during an interview with CNN, saying many of the records had been overly redacted and other documents, which may have implicated additional people in Epstein’s crimes, were not made public.





“We do not know then who these other rich and powerful men were who abused these survivors,” he said. “And we know from the survivors and the survivors' lawyers that that information is in the files.”


Massie said on social media that the trove released by the Justice Department so far “grossly fails to comply with both the spirit and the letter of the law.”


On Saturday, the Associated Press and NPR identified files among those initially released that appear to have been removed from the Justice Department's webpage.


Democrats on the House Oversight Committee pointed out that one of the images — showing a table with various photographs, including two with President Donald Trump –– was among those no longer posted online.


A request for comment made to the Justice Department by Spectrum News Saturday about the change was not immediately returned.



Records released Saturday



Court records made public Saturday shed more light on how authorities were aware of allegations that Epstein sexually abused several teenage girls and young women more than two decades ago.


Among the trove were grand jury materials from the 2007 federal investigation in Florida into Epstein — a case that ultimately ended without federal charges. In 2008, the notorious financier instead pled guilty to lesser state prostitution charges involving a person under 18.


The newly released records included grand jury testimony from FBI agents who described interviews with several girls as young as 14 and young women who said they were paid to perform sex acts for Epstein. One had told authorities about how Epstein sexually assaulted her after she initially resisted his advances during a massage.


The files also included 2007 grand jury testimony from a 21-year-old woman who described being molested by Epstein when she was 16 after she was recruited by a high school classmate. She also detailed Epstein asking her to bring him other girls and confirmed that he had told her “the younger the better.”


Earlier this month, U.S. District Judge Rodney Smith had allowed for these grand jury records from nearly two decades ago to be released. In his decision, he said that the passage of the Epstein Files Transparency Act –– which was approved nearly unanimously by Congress and signed into law by President Trump in November –– overode the usual rules about secrecy.


Epstein’s accusers have long sought more information about why the federal case from that time seemed to have been set aside for the plea agreement.


Grand jury records in the state case against Epstein were released last year, and the Miami Herald reported at the time that the records showed the Palm Beach County prosecutor had presented two girls molested by Epstein unsympathetically to the grand jury.


Saturday’s release also included a several-hundred-page transcript of the Justice Department’s Office of Professional Responsibility’s interview of former U.S. Attorney Alexander Acosta in 2019 –– in which officials asked Acosta how the case against Epstein ended in a plea deal.


Acosta cited concerns from the time about whether a jury would believe Epstein’s accusers as part of the reasoning.


His remarks came several months after a federal judge ruled that prosecutors had violated the Crime Victims’ Rights Act when they failed to tell accusers about the agreement not to prosecute Epstein on federal sex trafficking charges.



























Saturday, 20 December 2025

Bendera putih di Aceh, 'Kondisi Aceh begitu buruk, kami tidak baik-baik saja' – Apa respons pemerintah pusat?

Bendera putih di Aceh, 'Kondisi Aceh begitu buruk, kami tidak baik-baik saja' – Apa respons pemerintah pusat?

Bendera putih di Aceh, 'Kondisi Aceh begitu buruk, kami tidak baik-baik saja' – Apa respons pemerintah pusat?




Aksi bendera putih di depan pintu gerbang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, hari Kamis,18/12/2025.






Pengibaran bendera putih di sejumlah wilayah Aceh terus terjadi dalam beberapa hari. Yang terbaru, pada demonstrasi di Banda Aceh, hari Kamis, 18/12/2025, warga menaikkan bendera sebagai "sinyal darurat untuk meminta bantuan sekaligus menarik perhatian internasional".







Menurut warga yang berunjuk rasa, penanganan bencana oleh pemerintah pusat lamban. Hampir tiga pekan berlalu usai banjir dan longsor, akses transportasi di berbagai daerah Aceh masih putus.


Pasokan bantuan kebutuhan dasar, menurut para demonstran, tidak merata. Stok obat serta bahan bakar minyak di berbagai tempat juga menipis.


"Pengibaran bendera putih ini bukan berarti Aceh mengalah atau menyerah, tetapi ini adalah tanda SOS, untuk menarik perhatian teman-teman yang ada di luar bahwa kondisi di Aceh hari ini begitu buruk," kata seorang warga yang berdemo, Husnul Khawatinnissa.


Husnul bersama puluhan orang lainnya berkumpul di depan pintu gerbang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Selain bendera putih, mereka juga membawa berbagai spanduk.


"Pengibaran bendera putih ini bentuk panggilan solidaritas internasional. Ini adalah bahasa yang dikenal oleh seluruh dunia," ujar Azharul.


Pengibaran bendera putih terlihat di sejumlah wilayah Aceh dalam sepekan terakhir, dari desa hingga ke perkotaan, termasuk yang tidak terdampak banjir dan longsor secara langsung.


Bendara putih akan kembali dikibarkan di Aceh Barat oleh kelompok mahasiswa, Jumat besok.


Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menyebut pengibaran bendera putih ini merupakan panggilan solidaritas terhadap komunitas di luar provinsinya.


"Bendera putih, kalau kami artikan, semua masuk, sebagai solidaritas, rasa simpati, dan rasa ingin dibantu," kata Muzakir, di Aceh Utara, hari Kamis, 18/12/2025.



Apa respons pemerintah pusat?



Menanggapi aksi pengibaran bendera putih oleh masyarakat di sejumlah daerah di Aceh, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebutnya sebagai "aspirasi warga" dan memahaminya sebagai "kritik dan masukan" kepada pemerintah.


Hal itu diutarakan Tito menanggapi pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di Jakarta, hari Jumat siang, 19/12/2025.


Para aktivis berunjuk rasa dengan bendera putih untuk menuntut pemerintah Indonesia mempermudah perolehan bantuan internasional bagi penanganan banjir Sumatra, hari Kamis, 18/12/2025.



Tito Karnavian lalu berujar bahwa pemerintah "meminta maaf" apabila upaya penanganan pemerintah atas banjir dan longsor di Sumatra dianggap "ada kekurangan".


"Dengan segala kerendahan hati, kami meminta maaf ya bila ada kekurangan yang ada, memang kendala yang dihadapi cukup besar, karena medan yang cukup berat," sambungnya.


Tito berujar, pemerintah wajib untuk terus bekerja dalam mengatasi berbagai kendala.


Dia lalu berjanji bahwa pemerintah akan terus memperbaiki kinerja dan secepatnya memenuhi kebutuhan darurat di Aceh, Sumut, dan Sumbar.


Tito tidak menutupi fakta bahwa penanganan bencana itu tidak terlepas dari peran masyarakat.


"Uluran tangan dari warga masyarakat telah banyak bantu untuk tahap darurat Sumatra," katanya seraya mengucapkan terima kasih.


Sejumlah aktivis berunjuk rasa dengan mengibarkan bendera putih untuk menuntut pemerintah Indonesia membuka pintu bagi bantuan asing dalam merespons banjir dan longsor di Sumatera, hari Kamis, 18/12/2025 di depan Masjid Baiturrahman, Banda Aceh.



Sementara, Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menolak anggapan yang menyebut pemerintah pusat lamban dalam merespons banjir dan longsor Sumatra.


Dia mengklaim pemerintah pusat sudah merespons bencana itu sejak hari pertama.


Dan karena itulah Teddy mempertanyakan tuntutan pemberlakuan status bencana nasional.


"Masih ada pihak-pihak yang terus saja membahas status bencana nasional," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, hari Jumat, 19/12/205.


Teddy tidak merinci pernyataannya tersebut.


Dia kemudian menyebutkan langkah-langkah yang sudah, sedang dan akan dilakukan pemerintah.


Namun Teddy mengakui penanganan bencana Sumatra "membutuhkan waktu" karena berbagai kendala di lapangan.



Apa tuntutan utama dari orang-orang Aceh yang mengibarkan bendera putih?



Koordinator demonstrasi di Banda Aceh, Kamis ini, Rahmad Maulidin, mengklaim aksi mereka merupakan gerakan yang digagas masyarakat.


"Kami tidak ada kaitan apapun dengan pemerintah Aceh," ujarnya.


"Gerakan ini kami besarkan didasarkan kekhawatiran masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan," ujarnya Rahmad.


"Hari ini banyak daerah yang terisolir. Jadi ini gerakan rakyat yang tidak ada kaitan apa pun dengan pemerintah," kata Rahmad.


Aksi pengbiaran bendera putih di Masjid Raya Baiturrahman, hari Kamis, 18/12/2025, merupakan rentetan dari aksi serupa di sejumlah wilayah Aceh.



Rahmad berkata, kelompoknya menuntut tiga hal. Pertama, mereka mendesak pada pemerintah segera menetapkan bencana di Sumatra sebagai bencana nasional.


Kedua, kata Rahmad, mereka menuntut agar pemerintah membuka akses untuk komunitas internasional yang hendak memberikan bantuan ke Sumatera.


Ketiga, mereka mendesak pemerintah secara tegas menindak perusahaan yang merusak lingkungan.


Rahmad menuding putusan pemerintah yang menolak bantuan luar negeri sebagai kebijakan yang keliru.


"Menolak bantuan luar negeri menunjukkan bahwa pemerintah pusat secara nyata memperlambat penanganan, termasuk pemulihan korban, pemulihan fisik dan rehabilitasi infrastruktur," tuturnya.


Dalam orasinya, Rahmad menuding bencana Sumatra dengan istilah "ekosida", yang terjadi akibat pengabaian lingkungan.


Merujuk data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), terjadi deforestasi seluas 1,4 juta hektare di hutan-hutan di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dalam satu dekade.


Dalam perkembangan terbaru, pemerintah berjanji akan menindak perusahaan yang terbukti mengubah lanskap hutan sehingga turut memicu banjir dan longsor.


Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan yang dibentuk pemerintah mengklaim telah memetakan setidaknya 31 perusahaan yang diduga secara langsung merusak daerah aliran sungai di berbagai wilayah terdampak banjir dan longsor.



Bendera putih di Banda Aceh



Seorang peserta yang mengikuti pengibaran bendera putih di Banda Aceh, Nurmi, menyoroti situasi di kamp pengungsian, terutama yang alami para perempuan. Ia menyebut para perempuan penyintas bencana di Aceh mengalami kerentanan ganda selama di pengungsian karena minimnya fasilitas.


"Betapa banyak ibu-ibu, kaum wanita, mencuci alat kelamin dengan lumpur," kata Nurmi.


"Mereka membersihkan haid mereka dengan air banjir, kalau ada," kata Nurmi sambil berteriak, dengan suara yang serak.


Warga lainnya, Munawar Liza Zainal, menuding penanganan bencana Sumatra "terkesan setengah hati".


"Kami tidak menyalahkan mereka yang bekerja di lapangan. Kami menyalahkan, mereka-mereka yang sebenarnya mampu menggerakkan kekuatan dunia, yang bisa mengumpulkan pesawat, helikopter," ujar Munawar.


Aktivis lingkungan dan mahasiswa yang tergabung dalam koalisi masyarakat sipil menggelar aksi damai memprotes penanganan bencana alam di Banda Aceh, Aceh, hari Selasa, 16/12/2025.



Merujuk data Posko Tanggap Darurat Bencana Pemerintah Provinsi Aceh, per 18 Desember 2025, korban terdampak bencana di Aceh mencapai 1.999,948 jiwa.


Jumlah pengungsi akibat banjir dan longsor mencapai 406,360 jiwa.


Adapun korban meninggal telah berjumlah 458 orang. Selain itu, 31 orang masih berstatus hilang.



Cerita dari Bireuen



Di Bireuen, seorang warga Gampong Alue Kuta, Kecamatan Jangka, mengibarkan bendera putih. Dia menyatakan tidak mampu menghadapi banjir bandang dan longsor terjadi.


"Saya berharap datangnya bantuan dari pemerintah, seperti sembako, agar bisa bertahan hidup. Stok yang ada sudah tidak cukup," kata Edi Saputra, berumur 35 tahun.


Edi Saputra (35) warga Gampong Alue Kuta di Kabupaten Bireun menancapkan bendera putih di perkarangan rumahya.



Rumah Edi dan warga Gampong Alue Kuta lainnya tersapu banjir bandang dengan lumpur tebal. Banyak rumah roboh dan tak layak lagi dihuni.


Selain bahan pangan, Edi berharap pemerintah segera menurunkan alat berat untuk memperbaiki jalan di desanya serta untuk memulai rekonstruksi rumah warga.


Edi dan keluarga kecilnya kini harus tinggal di tempat pengungsian bersama warga lainnya.


"Terkadang bantuan ada datang dan terkadang tidak ada. Kami menunggu dibagikan oleh kepala desa," ujar Edi.


Geuchik alias Kepala Desa Alue Kuta, Habibullah menyampaikan hal yang sama seperti perkataan Edi. Bendera putih adalah tanda bahwa mereka sudah tidak mampu menghadapi dampak banjir dan longsor.


Menurut Habibullah, warga sangat membutuhkan bantuan, baik dari pemerintah maupun berbagai pihak lain. Bantuan yang disalurkan ke kampung mereka, kata Habibullah, hanya cukup untuk membuat warga bertahan setidaknya lima hari ke depan.


Di Alue Kuta, 40 rumah warga hilang. Selain itu ada pula 28 rumah rusak parah dan 95 rumah yang rusak dengan kategori ringan.


"Yang kami butuhkan sekarang adalah tenda untuk tinggal para pengungsi," kata Habibullah.


"Secara keseluruhan, 240 kerluarga atau 875 orang terkena dampak bencana banjir bandang ini," ujarnya.


Petugas Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman melakukan pendataan rumah warga yang rusak akibat bencana alam di Desa Alue Kuta, Kecamatan Jangka, Bireuen, Aceh, hari Kamis, 18/12/2025.



Selain kerusahan rumah, infrastruktur desa dalam radius lima kilometer juga rusak parah.


Lumpur juga memadati jalanan sehingga akses transportasi putus. Listrik di kampung itu hingga sekarang juga belum menyala.


"Warga juga belum mendapatkan air bersih. Obat- obatan dan alat lainnya juga belum ada," kata Habibullah.



Kondisi di Aceh Barat 'tak banyak berubah'



Deni Setiawan, warga Meulaboh, Aceh Barat, menyebut situasi yang dialami warga setelah tiga pekan tidak banyak berubah.


"Makanya kami harus mengibarkan bendera putih. Itu adalah respons masyarakat dan elemen sipil," ujarnya.


Menurut Deni, mengibarkan bendera putih adalah cara warga menyampaikan desakan kepada pemerintah pusat.


"Sebenarnya masyarakat bukan enggak mampu. Masyarakat mampu bertahan. cuma tanggung jawab pemerintahan bagaimana?" kata Deni.


Warga memasang bendera putih di kawasan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Aceh, hari Rabu, 17/12/2025.



Deni menyebut perbaikan jalan yang tidak kunjung dilakukan. Akses transportasi dari dan menuju kampungnya masih terutup lumpur dan batang-batang pohon yang terbawa banjir.


"Alat berat kami tidak punya. Misalkan dibantu pusat atau dari luar negeri, tentu akan cepat diperbaiki," ujar Deni.


Selama tiga pekan terkahir, kata Deni, warga bertahan secara mandiri. Dia menyebut bantuan biasanya datang jelang kunjungan resmi pejabat pemerintahan.


Dalam beberapa hari terakhir, Deni menyebut bantuan dari kelompok non-pemerintah mulai berdatangan.


"Mayoritas relawan itu membawa beras, mi, dan pakaian layak pakai.. Ada juga makanan seperti sarden," tuturnya.


Deni membandingkan situasi saat ini dengan apa yang terjadi tak lama setelah tsunami menerjang Aceh pada 2004.


Usai tsunami, kata Deni, korban bencana dan infrastruktur ditangani dengan cepat. Dia menyebut jalur yang putus akibat tsunami kala itu bisa segera tersambung.


Bantuan untuk warga pun bisa segera tersalurkan ke para pengungsi saat itu. Alat berat, kata dia, setelah tsunami dikerahkan ke tempat-tempat terdampak tsunami, termasuk kampungnya.


Jelang akhir pekan ini, sebagian wilayah Aceh Barat masih terisolasi, terutama kawasan Pante Ceureumen.


Per hari ini, Deni melihat tak sedikit warga yang di pengungsian yang memendam trauma. "Kalau hujan itu, mereka langsung berlari naik ke gunung," ujarnya.



Aceh Tamiang



Bendera putih juga berkibar di Aceh Tamiang.


Menurut Sulaiman, warga Kecamatan Karang Baru, pengibaran ini merupakan inisiatif warga, bukan arahan pihak manapun, termasuk pemerintah daerah.


Sejumlah bendera putih ini, kata laki-laki berusia 50 tahun itu, serentak dipasang sejak 16 November lalu.


"Dengan bendera putih ini, kami berharap ada pihak-pihak yang membantu warga. Menurut kami, pemerintah lamban menangani bencana ini." ujarnya saat ditemui pada hari Kamis, 18/12/2025.


Warga dan anak-anak duduk di bawah bendera putih yang terpasang di sisi Jalan Lintas Sumatera, Aceh Tamiang, hari Senin 15/12/2025.



Sulaiman merupakan penjaga warung kelontong pinggir jalan. Banjir bandang telah menghancurkan semua yang dia miliki.


Rumah dan segala harta bendanya, termasuk dokumen-dokumen penting seperti ijazah dan akte kelahiran anak, lenyap. Satu-satunya yang tersisa hanyalah pakaian yang melekat di badannya.


Pada 2006, banjir besar juga pernah melanda Kecamatan Karang Baru. Namun dampaknya tidak sedahsyat kali ini, kata Sulaiman.


Selain dampak kehancurannya yang meluas, Sulaiman bilang penanggulangan banjir kali ini amat lambat.


Sulaiman dan keluarganya bahkan terpaksa menumpang tidur dalam mobil boks milik pengendara yang terjebak banjir selama tiga hari berturut. Alasannya, kata dia, pemerintah tak kunjung mengevakuasi warga di kampungnya.


Selama di mobil boks itu, mereka hanya makan seadaanya, bergantung pada uluran tangan sesama warga.


Sulaiman berkata, bantuan dari pemerintah, termasuk tenda darurat BNPB, baru mereka peroleh lebih dari sepekan setelah banjir datang.


"Jadi bendera putih ini agar orang-orang bisa melihat dan membantu Aceh, entah dari luar atau dalam negeri," ujarnya.


"Dengan inilah kami memohon para donatur untuk membantu korban bencana ini," kata dia.


Selain menggalang pertolongan publik, Sulaiman menyebut pengibaran bendera putih juga menyimbolkan kekecewaan warga terhadap pemerintah.


Kapal patroli KN Pulau Dana-323 diberangkatkan menuju Lhokseumawe, Aceh, hari Kamis, 18/12/2025, dengan membawa sekitar 92 ton bantuan lanjutan bagi korban bencana banjir dan longsor.



Saat liputan ini dilakukan, kondisi sebagian besar warga Aceh Tamiang masih memprihatinkan. Lumpur dan sampah menyatu dengan kepingan rumah-rumah yang hancur diterjang banjir.


Air bersih dan fasilitas sanitasi masih langka di kabupaten ini. Sementara itu, listrik telah menyala di beberapa tempat.


Di sepanjang jalan, warga berdiri memegang kardus-kardus bekas. Mereka bergumul dengan debu demi mendapatkan bantuan dari siapa saja yang melintas.


Menurut Yuni, warga Kecamatan Karang Baru lainnya, mereka menunggu di pinggiran jalan karena terpaksa.


"Bukannya kami memanfaatkan keadaan ini, tidak. Kalau tidak minta-minta, dari mana kami makan? Kadang orang kasih kami nasi, barulah kami makan," ujar Yuni.


"Kalau tidak turun (ke jalan), kami tidak makan. Kalau cuma tidur-tidur di rumah, kami mati kelaparan.


"Makanya banyak dari kami berjejer di sini, ya, untuk cari makan tadi," kata warga lainnya, Andrianto.



Aceh Utara



Syifa Yulinnas ,yang meski keluarganya berada di Aceh Utara, telah berkeliling ke sembilan kabupaten dan kota yang terdampak peristiwa banjir.


Dari perjalanannya itu, tiga wilayah yang menurutnya terdampak parah adalah Aceh Utara, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang.


Bahkan di Aceh Tengah, warga baru memperoleh bantuan beras sebanyak 2,5 kilogram pada minggu ketiga.


"Karena di kawasan Aceh Tengah, akses mereka kan enggak bisa keluar. Kalau keluar bisa, tapi harus jalan kaki sampai 7-8 jam," tutur Syifa.


Asalnya yakni Aceh Utara itu, kata dia, tak pernah banjir sejak dia lahir hingga November kemarin.


"Jadi umur Syifa ini sudah 37 tahun, baru kali ini banjir. Selama ini enggak pernah. Alhamdulillah keluarga tidak apa-apa, tapi semua yang di rumah harus mulai dari nol lagi," ujar Syifa.


Bendera putih berkibar di sejumlah daerah di pinggiran jalan lintas nasional Banda Aceh -Medan.



Meski keluarga Syifa sempat mengungsi selama empat hari pasca kejadian, sekembalinya ke rumah, lumpur setinggi 50-100 sentimeter masih tersisa di dalam dan pekarangan rumahnya.


Bantuan untuk warga, kata Syifa, sudah berdatangan, tapi tidak dibagikan secara merata dan jumlahnya pun cenderung minim.


Di sisi lain, harga bahan pokok mulai melambung karena stok yang kian menipis. Di beberapa wilayah seperti Aceh Tengah, muncul jasa penitipan untuk membeli sembako: sekali jalan seharga Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilogram.


Harga beras 15 kilogram di Aceh Tengah kini melambung hingga Rp500 ribu per karung.


Persoalannya waktu tanggap darurat sampai 25 Desember 2025. Syifa khawatir bagaimana kelanjutan para warga yang mengungsi atau yang rumahnya belum bisa dibersihkan atau rusak parah.


Persoalan lain, penyakit kini mulai merebak. Tenaga kesehatan disebut Syifa telah bergerak, tapi permasalahannya, stok obat sangat terbatas.