Monday 14 December 2009

Aha n Family

Aha n Family

Tuesday 1 December 2009

Haruskah Rakyat menjadi Tumbal Menuju Masyarakat Madani?

Haruskah Rakyat menjadi Tumbal Menuju Masyarakat Madani?

Tidak hanya pembagian BLT, pembagian ZAKAT, SEMBAKO MURAH, DUIT RECEH buat lebaran sampai ke DAGING QURBAN, bagaikan pesta para penjajah dalam kesenggangannya yang menyaksikan tontonan menarik anak jajahan / inlander. Sepertihalnya lomba panjat pinang, tarik tambang dsb adalah muara oleh - oleh dari hiburan kaum penjajah. seolah - olah diantara kedua kaum beda kasta sama - sama senang.. sama - sama suka cita.

Keadaan ini terjadi terutama melanda kota - kota besar di Indonesia. khususnya pulau JAWA. Dan pemandangan seperti itu tidak akan kita temukan di perkampungan atau pedesaan [kecuali para penghasut datang ketempat itu..]. Berbeda sekali dengan mereka yang tinggal dipinggiran kota Hilangnya harga diri menjadi bermuka tebal dari para mustahik. sementara para pencari pahala sibuk menyiarkan prestasinya, seolah kedua tangannya harus tahu harus tranfaran. biar semua orang tahu bahwa aku ini orang baik dan berbudi luhur... bagai pesta di atas bara api, yang bahan bakarnya rakyat yang lapar.

Menjadi nadir. Pemandangan yang menyakitkan mata menusuk hati. Moral bangsa hampir hilang, JENDRAL!!! siapa yang ber TANGGUNG JAWAB???

Kita semua sepakat dan berharap agar negara ini jaya, maju bermartabat, yang disegani di mata dunia, yakni menjadi masyarakat yang oleh para pakar ketatanegaraan menyebutnya MASYARAKAT MADANI. Namun tidak adakah jalan lain selain menjadikan rakyat sebagi tumbal untuk menggapai itu semua??

Seandainya ini benar, tentu rakyat sangat ikhlas dan siap menumpahkan segenap darahnya untuk kejayaan negeri ini hatta harus menjilat nasi di jalanan..

Sebaliknya, kalaulah ini akibat satu proses sistemik [ punten, sori, maap pinjem istilahnya bu Sri Mulyani ] dari pengisapan darah secara besar - besara sepertihalnya masa yang sudah - sudah.. tunggulah kehancurannya.

Semoga Niatan kita semua baik untuk negeriku satu. NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAYA.

Wednesday 11 November 2009

Kegundahan Tentang Masa depan Bangsa, Namun Terbesit Setitik Harapan Dengan Menguak Essensi Binaan Yang membuat Kisi - Kisi Celah Jati Diri Bangsa

Kegundahan Tentang Masa depan Bangsa, Namun Terbesit Setitik Harapan Dengan Menguak Essensi Binaan Yang membuat Kisi - Kisi Celah Jati Diri Bangsa

Tidak saling kenal maka tak ada apa - apa tak ada gembira, khawatir dan sedih karenanya. Awan mendung bukan berarti akan turun hujan, tapi sedia payung sebelum hujan adalah keputusan yang bijak.


Manusia mahluk sosial, segarang apa pun di hatinya terselip nilai kemanusiaan yang pernah ditanamkan pada waktu kecil dalam masa pertumbuhannya. Dan paling sederhana adalah nilai - nilai yang terekam pada saat usia balita hingga 17 tahun. Lalu pada perjalanan hidup berikutnya seiring persentuhan dan pertumbuhan sikologinya, terbentuklah kepribadian.




Kepribadian itu terbentuk dari proses perkembangan antara percampuran tabiat bawaan dengan pengaruh dari luar yang diantara keduanya saling berakumulasi mana yang akan nantinya mendominasi sifat - sifat kepribadiannya.


Tingkat kecerdasan kepribadian tiap orang berbeda - beda, ini sangat tergantung bagaimana seseorang dapat mengelola tingkat emosionalnya, sedangkan kemampuan dalam pengendalian tingkat emosional seseorang sangat ditentukan oleh hasil rekaman yang diterimanya dari pengaruh luar, terutama lingkungan pendidikan.


Masalah sosial dan kemanusian adalah essensi stabilitas ekonomi selain faktor alam, sumber daya alam dan keamanan. Manusia dianugerahi dua sisi sifat dasar baik, jahat, sadis, lembut dan lain sebagainya, keduanya tidak pernah muncul secara bersamaan, tergantung situasi dan kondisi ( sikon ) yang dihadapinya dengan kemampuan control yang tidak sama satu dengan yang lainnya.


Kemampuan kontrol diri tergantung seberapa besar daya serap seseorang dalak pengendalian emosionalnya, ketika itu didapatkan pada proses rekam jejak dari lingkungannya, baik lingkungan di dalam kemasyarakatan, yakni keluarga, masyarakat dan negara, maupun lingkungan pendidikannya.




Ketika hidup dalam persentuhan lingkungan tidak lagi dibatasi oleh wilayah, jarak pun sudah tidak lagi menjadi kendala. Perlahan tapi pasti globalisasi mengikis kebiasaan yang tadinya sedikit, menjadi beraneka ragam.


Bagi yang hidupnya slalu dinamis, pengaruh seperti ini sangatlah menguntungkan tak peduli mereka yang berbalut mental kejujuran maupun berkantung mental opportunis. Sebaliknya yang pasrah, maap, akan tergilas secara alamiah.


Mereka yang tergilas, mengklaster secara alamiah menjadi kaum marginal, dari sudut kacamata pengamat ekonomi yang disebut ekonom, mereka itu disebut masyarakat kelas bawah, yakni yang slalu berasumsi rasa, yakni merasa tersingkirkan dari pesta pertarungan hidup, yang sedikit kerja uang berlimpah.


Sebutan lain bagi mereka yang memandang sinis atau sedikit merasa jijik bersentuhan dengannya, mereka itu adalah sampah. Namun yang lebih menyakitkan lagi, Pemerintah menyebut SDM ini adalah Beban.


Sungguh sebuah statement yang sangat kontradiktif! China yang jumlah penduduknya hampir 1 milyar dan jumlah pendudak yang paling banyak di dunia menyebutnya mereka itu adalah aset, begitu pula Singapura, tapi negara itu bukan contoh kasus yang baik penduduknya sedikit sokongan dari berbagai negara - negara maju cukup dimanjakan.


Disini ada beberapa contoh kasus yang mungkin dapat membantu mengembalikan kesadaran kita, jika kita mau merenungkan kembali,bahwa keberadaan mereka sebetulnya bukanlah beban, artinya yang namanya beban itu apa saja yang bertengger di pundak yang membuat langkah menjadi terasa berat sebelah.


Contoh Kasus:



1. Para fans Iwan Fals,


Kebanyakan dari anak muda dengan keseharian dan tutur kata yang tidak akrab di telinga bagi para pelaku santun hidup.. serta dalam berpenampilan, penampilannya mencerminkan kebiasaannya. Mereka juga mungkin terbiasa bertutur kasar dan dapat dengan mudah berkata bahkan berteriak denga kasar, tapi mereka juga bisa dengan mudah menurut senurut-nurutnya, apa pun yang di katakan oleh sang IDOLAnya. Dan ketika alunan lagu di lantunkan oleh sang Idolanya, telinga mereka pun larut dalam iramanya mengajak mulut mereka ikut melantunkan lagu yang dibawakan oleh sang idolanya dengan penuh rasa dan penjiwaaan yang dalam.


Pembawanya yang lusuh, raut muka garang hasil tempaan dari kerasnya hidup, sekilas nampak sangar tatapannya, berapi - api saat mulutnya terbuka..itulah para fans IWAN Fal.. Namun dibalik itu semua mereka mampu dan sangat menikmati lagu-lagu yang di lantunkan sang IDIOLA, Iwan Fals, setiap liriknya pun mereka resapi betul.. Kita akrab sekali dengan dan mengenal betul lirik-lirik lagu IWAn Fals, sebagian besar bicara persoalan sosial dengan masalah dan harapannya..masalah manusia dan kemanusiaannya.. juga bertema cinta yang lugas dan jantan.


Jadi betapa menyentuhnya lirik dari lagu2 Iwan Fals, karena isinya sederhana mudah di cerna dan objektif menilai tentang hidup, sanggup membelah hati segarang apapun seurakan apapun hidupnya, artinya bicara sentuhan bicara rasa artinya ternyata setiap diri memiliki nilai rasa kemanusiaan, yakni rasa welas asih.


2. Hanya musibah karena Bencana alam yang membangkitkan rasa kemanusiaan


Mereka bisa tak saling kenal sebelumnya, tak pernah tahu tempat kejadian sebelumnya,namun ketika satu peristiwa bencana alam terjadi, mendadak terlecutlah setiap diri memikul pilu yang sama secara bersamaan, dan naluriah sikap sosialnya mendorong mereka menghimpun diri yang membentuk barisan yang dengan sukarela mengulurkan tangannya, dalam bentuk sumbangan dana dan tenaga. Masing - masing mengerahkan sesuai dengan daya kemampuannya, semuanya mengerucut ke dalam satu sikap saling merasakan saling berbagi saling kasih sayang tanpa harus mengenal sebelumnya.


Kalaulah kita pandai mengelola nilai-nilai kemanusiaan yang ada di setiap diri manusia, tentunya apa yang akan kita perbuat untuk diri keluarga dan bangsa adalah yang terbaik dengan setulus tulunya tanpa ada motivasi - motivasi yang macam - macam. Hidup ini sangat tergantung apa yang ditanamnya, artinya seberapa kualitas doa ketika bibit akan ditanam, kita hanya mampu mengerjakannya berdasarkan teori- teori terbaik, hasil akhir bukanlah menjadi urusan kita itu menjadi kewenangan sang Pencipta, selama doa selalu dikumandangkan setiap setiap waktu untuk menjadi yang lebih baik.


3. Hal yang dirisaukan dan sebetulnya tak perlu di risaukan


Problem sosial karena pengaruh globalisasi membuat hidup menjadi berlandaskan hedonisme spiritual yang mendorong hidup konsumtif, dan ini sudah terjadi menjadi kenyataan hidup masayarakat di setiap, baik di kampung-kampung, perumahan2 rakyat maupun perumahan2 elit/ real estate, di setiap sudut persentuhan pergaulan sosial maka terjadi saling memamerkan kemampuan dan kemewahannya,hal seperti ini sudah jadi budaya dan tidak perlu pula dirisaukan, bahwa yang demikian akan membawa dampak buruk pada tatanan sosial.


Juga dinamika hidup yang terus berjalan dengan semakin cepat, dinamis dan serba instan membuat masing - masing sudah tidak punya waktunya lagi untuk hidup bersosialisasi lebih banyak di tengah - tengah masyarakatnya. Dan hal ini pun di anggap sebagai satu bentuk ketidakpedulian sosial terhadap lingkungan. Seharusnya kenyataan hidup seperti ini harus dimaklumi bersama dan tidak perlu juga menjadi bahan pertimbangan serius, karena di setiap perkampungan dan perkotaan kepengurusan slalu ada dan slalu di bentuk melalui pemilihanyang rutin di lakukan secara berkala tergantung kesepakatan masa periode jabatan kepengurusan, di setiap wilayah tidak ada bahkan tidak pernah ada kemandegan kepengurusan artinya terjadi kekosongan orang - orang yang menduduki jabatan di kepengurusan tersebut, baik tingkat lurah, kepala desa hingga RW / RT. Mereka inilah sebetulnya yang harus aktif mengatur, mengarahkan, mengawasi dan mebina warganya, dan harus setia memantau setiap jengkal wilayahnya.


Dengan demikian jika kita mau melihat bahwa jumlah penduduk sebagai aset dasar untuk menjadikan Negara ini maju dan bermartabat, maka bukan hal yang sulit untuk mengerahkan dan memberdayakan mereka, namun ini semua kembali berpulang pada motivasi para pemimpin bangsa ini, baik di tingkat paling rendah, yakni RT hingga aparatur di tingkat tinggi dan tertinggi, yakni Pemerintah dan Instistusi lembaga tinggi negara dengan segala peralatannya.


Wednesday 12 August 2009

JALAN LURUS BERJALAN JIGJAG

JALAN LURUS BERJALAN JIGJAG


Zaid pergi di pagi buta, berbekal optimis dan nasi goreng buatan emaknya. Hari ini hari pertama dia bekerja, di sebuah perusahaan milik negara terbesar dan tersohor di negaranya Zaid. Nampak terpancar di wajahnya cahaya bak sinar bulan purnama yang bersinar indah. Emaknya pun begitu bahagia melihat anaknya berpakaian rapi.


"Tak sia - sia aku besarkan kau nak": begitu gumam emaknya di dalam hatinya.


"Maak, Aku pamit, salam sama abah, ya.. assalamu'alaikum" sapa Zaid sambil mencium tangan emaknya, sementara saat itu babehnya masih berada di mushala, yang belum tuntas menyelesaikan dzikirnya.


"yak it, hati-hati, jangan lupa di makan sarapannya, itu mak pisahin telornya, kerupuknya mak masukin ke plastik di tas kamu, botol minumnya juga di situ. Wa'alaikum salaam"jawab emak yang terus menatap anaknya sampai hilang dari pandangannya.


Zaid jadi seperti merasa anak yang baru pertama kali sekolah tidak di antar emaknya, di kasih bekal lengkap, tapi Zaid gak bakal lupa pesan idolanya ustad Cecep, kalo emak rewel ama kita tandanya sayang, kalau di sayang emak hidup jadi gampang, karena syurga ada di bawah telapak kaki emak.


Makanya Zaid gak pernah merasa risih dengan kerewelan emaknya yang sejak sore kemaren, di kasih wejangan..kalau nanti kerja harus gini, harus gitu, gak boleh gini, gak boleh gitu.. Zaid emang sayang bangeut sama emaknya. Begitu pula ke dua orang tuanya, karena Zaid anak tunggal anak semata wayang.


Zaid naik kereta pertama, berangkat pukul setelah subuh lima menit setelah sarapan. Di kereta Zaid naik gerbong ke dua seperti yang dipesankan oleh temen - temannya, katanya di situ mereka pada kumpul. Dengan malu - malu Zaid naik gerbong sambil menghitung gerbong di tiap koridor kereta. Sampailah Zaid di gerbong kedua, benar saja di sana sudah ada beberapa temannya, mereka menyapa Zaid dengan penuh gembira.


Zaid malu, karena dia merasa yang nampak paling rapi dan bersih, wangi lagi, sepatu licin bekas di semir emaknya, hanya tasnya yang nampak kusam, pinjaman dari babehnya, sementara teman-temannya biasa saja, bahkan ada yang belum mandi, terlihat ada sisa belek di matanya, cuma cuci muka, katanya takut ketinggalan kereta, ntar aja numpang mandi di kantor.


Mereka berdelapan satu tempat duduk berhadap-hadapan, semuanya sama, hari itu hari pertama mereka kerja, jadi mereka sepakat berangkat keroyokan untuk mengatasi krisis nyali di jalan, tapi tempat kerja mereka tidak sama, hanya ZAid bersama sahabat karibnya Pandjul yang satu kerjaan.


Pandjul..Berbeda dengan Zaid, dia adalah anak yang cerdas dan pintar, piagam dan tropi juara ke 1 tidak pernah mau pergi dari genggamannya semenjak di bangku kelas 1 SMP hingga hatam SMA[SMU sekarang], tapi dia tidak pernah merasakan indahnya menjadi seorang bintang pelajar, maklum anaknya sedikit urakan, cuek dan agak pemalas, satu hal yang menjadi penyebabnya karena Pandjul tidak suka olah raga, dia tau bangeut kalau olahraga itu salah satu catatan untuk menjadi seorang bintang pelajar.


Saban hari ga bosan bosannya para guru dan teman - temannya ngingeutin agar pandjul menyukai olahraga, sayang seribu sayang Pandjul tidak berambisi untuk meraihnya, kegigihan guru-guru yang mati-matian membujuknya dengan sebotol susu dan semangkuk bubur kacang ijo plus roti tawarnya agar pandjul mau berolah raga, tapi tetap saja Pandjul tak bergeming, prinsipnya banyak bergerak, tidur yang cukup dan tidak telat makan itu sudah cukup sehat dan menyehatkan.


Maklumlah anak pemalas tapi smart memang suka pandai ngeles. Bangku kuliah, jangan ditanya, nilai A di semua mata kuliah, termasuk mata kuliah cara memikat hati para gadis kampus..dialah tempat berguru para pemuda jarang jajan demennya darmaji ( dahar lima ngaku siji m makan lima buah mengaku makan satu) dan slalu gagal bercinta, termasuk Zaid.


Pandjul memang anak yang luar biasa, bikin salute warga sekampung, guru - guru dan para dosennya, tak terkecuali cewe - cewe di mana saja Pandjul di kenal, semua dibuat takjub akan kemampuannya menguasaii 7 bahasa, meskipun dia tidak pernah menjadi member di tempat kursus2 bahasa ternama di kotanya.




Ini bukan mengada-ada, dalam rapat guru, pak Jonsonenjonson memberikan pernyataan ini dengan bersungut - sungut. Semua percaya sama pak Jonsonenjonson, karena dialah yang di utus bapak kepsek Sangkano, yang memintanya melakukan investigasi keseharian Pandjul dari subuh ke subuh lagi, setiap hari kerja selama satu bulan dengan imbalan beras pandan wangi satu karung plus susu kaleng kental manis satu lusin.


Salahnya pak Jonsonenjonson, dia tidak melakukan pengintaiannya di hari libur, sebab justru setiap hari minggu itulah muara rahasia dari kehebatan Pandjul. Tiap hari minggu Pandjul suka ikut jualan sama penjual aksesoris di tempat wisata di kotanya, kebanyakan mereka menjualnya ke wisatan manca negara.


Di situlah Pandjul belajar bahasa dari mereka, para wisatawan atau turis asing dari berbagai belahan dunia. Hingga dalam waktu satu tahun dia lulus unsertifikat dengan memuaskan, kenapa? sejak itu banyak para wisatan senang dan slalu berharap, kalo itu wisatawan asing kelakuanya kaya wisatawan domestik mereka pasti sudah pada berebutan, ingin menjadikan Pandjul sebagai tour guede.


Hanya satu di dunia ini yang kurang respek sama Pandjul, yaitu Ibunya, Ibu kandung Pandjul. Meski demikian yang namanya Ibu, beliau juga tetap sayang sama Pandjul. Tapi untuk urusan suruh menyuruh, ibunya tidak pernah lagi menyerahkan itu sama Pandjul, kapok katanya..Kenapa? begini ceritanya..


13 Tahun yang silam...Ibu Pandjul pulang dari pengajian, pas di depan rumah kaget lihat Murpy, lagi bawa ember.
"Pi, kenapa kamu yang ambil air? kan tadi umi dah bilang sama pandjul, hari ini giliran dia..mana Pandjul? PANDJUUUL..PANDJUUL? teriak Ibu setengah sewot. Pandjul yang lagi asyiik baca koran bekas berbahasa inggris pemberian salah satu kliennya kaget bukan kepalang.


"Wah gaswaat..umi datang.." "yak mi, pandjul lagi di belakang ni...lagi beresin gentong air.." sela Pandjul belaga rajin. Waktu Murpy nyamperin sambil ngasih air di ember ke Pandju.


Pandjul bisikin adeknya" phi, jangan bilang2 aku yang nyuruh yah tenaang.. semangkok es loder menanti besok, okeh?


"yah kak " jawab Murphy dengan santun.


Teman - teman, Murphy ini adek satu - satunya Pandjul, mereka dua bersaudara beda bapak..Namanya memang agak kebule - bulean. Bapak Pandjul alm. H.Surjana meninggal waktu usia pandjul masih 3 tahun.


Kemudian Ibunya nikah lagi dengan Pria Bule masuk islam jadi muslem asal Kanada, namanya alm. M. Erick Steward, karena Muslim, inisial M yang tadinya Michael di ganti dengan Muhamad, penggantian nama ini pake acara selamatan bubur merah bubur putih yang disaksikan oleh K.H. Zamzarani dan tokoh - tokoh masyarakat di situ dengan mengundang seluruh warga masyarakat setempat di tiga kelurahan.


Pesta pernikahan dan acara selamatan "penggantian nama" adalah pesta terbesar dan sangat meriah di abad itu di kampung Pandjul, maklum baru kejadian seumur -umur ada warganya yang menikah sama bule. Singkatnya, buah dari perkawinan lahirlah Murphy, nama lengkapnya Adam Murphy Ibrahim, Murphy itu di ambil dari nama bapaknya M. Erick Steward, karena begitu sayangnya sama bapaknya untuk menghormati bapaknya maka nama itu di berikan lagi sama anaknya.


Dan hal yang menyedihkan pada usia Murphy 6 bulan, M.Erick Steward meninggal, mayatnya tidak di temukan, hilang bersama pesawat yang meledak ketika alm. mau pergi ke Negaranya..


Malamnya, selesai makan berjamaah, mereka tidak langsung beranjak dari meja makan, seperti biasa ditutup dengan nasehat dan petuah dari Ibunya, tapi kali ini tidak kecuali permintaan Ibu Pandjul sama Pandjul yang sedari sore sudah cukup sabar menahan jengkel dengan kelakuan si sulung ini...


" Pandjul, jangan mengelak, Umi tahu betul dengan kelakuan kamu..Nah! besok sore Umi minta kamu yang ambil air di kali, kasihan adek kamu..dia juga sama kaya kamu perlu istirahat" seru Ibu dengan raut muka yang sedikit kecewa menatap Pandul...


" Siap Umi! tapi boleh kan aku minta ditemenin? permohonan Pandjul.


" Boleh tapi jangan sama murphy, pulang sekolah dia harus bantu Umi, bawain pulang barang - barang dagangan.." Sela Ibu memberi batasan.


" Ga kok Mi, sama Zaid..boleh kan Umiii?? opsi Pandjul berharap dapat restu.


" Silahkan, tapi jangan kebanyakan nyimpang..jam 5 sore air bak harus sudah penuh, jangan lupa sama gentong air minum, itu juga harus terisi penuh" peringatan Ibu sama Pandjul, sambil berlalu membawa piring - piring bekas makan kebelakang untuk dicuci, sementara Murphy memindahkan lauk dan nasi dari meja makan ke lemari makan, karena meja makan segera di sulap menjadi meja serba guna, buat belajar juga bisa buat ibu menyulam strimin*) dan juga menjadi alas untuk menyetrika baju..


"Berees Umiii..! jawab Pandjul , kemudian dia duduk di teras depan sambil baca buku kegemarannya "FOLLOW ME".


Tiba waktunya, sore harinya Pandjul ditemani Zaid pergi menuju kali, nama kalinya KALI MANJADA, konon katanya menurut sesepuh di situ nama Kali Manjada berarti Kali Manis Jangan di Pandang Aja, gitu. Di pinggir kali terdapat mata air yang di atasnya tumbuh tanaman keras, seperti pohon bambu yang rindang juga terdapat beberapa pohon kemang, rambutan dan kelapa.


Disitulah warga yang tidak memiliki sumur dan sebagian besar warganya belum bisa memanfaatkan fasilitas air ledeng dan memang air ledengnya sendiri belum menjangkau rumah warga di wilayah kampung Pandjul, mereka hanya memanfaatkan berkah yang diberikanNYA termasuk keluarga Pandjul, sayang untuk mencapai lokasi tersebut harus di tempuh 50 sampai.



~ Bersambung... ~


Thursday 11 June 2009

Klip Klg AHA - duapemata

Klip Klg AHA - duapemata

Wednesday 3 June 2009

Rakyat bermimpi tentang Seorang Presiden Ideal

Rakyat bermimpi tentang Seorang Presiden Ideal

Rakyat bermimpi tentang Seorang Presiden Ideal





Bermimpi tentang seorang Presiden sama saja bermimpi tentang sebuah negara makmur yang aman, penuh sandang, papan. Impinan sebuah negara makmur, dimana rakyat hidup bahagia, yang seepenjuru kampung dan kota hidup damai gemah ripah loh jinawi, bagai mimpi disiang bolong, ya imagine, kata om John Lenon. Itu hanyalah impian disetiap kepala - kepala manusia di sepenjuru dunia.. entah kapan akan menjadi nyata.







Berhadapan dengan realita kehidupan, slalu kita jumpai pasang surut hidup, aneka cerita suka dan duka kehidupan yang kita hadapi, kehidupan disekitar kita, kehidupan diluar sana, yang kita lihat, rasakan, baik di media masa, elektronik, juga yang kita dengar dari kanan kiri cerita dari teman, saudara dan sanak famili.


Realitanya antara Kenyataan dan harapan kita, harapan semua orang, slalu tidak kongruen, artinya ada jarak antara harapan dan kenyataan. Adakah korelasinya ini dengan kesungguhan kita dalam menyenandungkan doa dengan berjuta keinginan yang tiada henti dikumandangkan lagi slalu berubah - ubah, tergantung kecenderungan selera yang kebanyakan itu datangnya adalah dominasi pengaruh luar, sehingga tak kunjung - kunjung apa yang di minta?


Lalu adakah juga kebahagiaan / kesejahteraan hidup sesorang ada keterikatan dirinya dengan persentuhan pihak lain, baik dalam keluarga, lingkungan masyarakat maupun negara.?


Ciri khas negara yang mapan madani, rakyatnya hidup dinamis penuh bergairah penuh darah segar, itu bermuara pada seberapa cakap seorang pemimpin, yaitu Presiden / Raja, memimpin Negara / Kerajaannnya. Ketegasan dari seorang Presiden, kearifan dari seorang Presiden, yang bijak dan adil, keteladan yang baik yang berantai dan terinfluence, karena keteladan yang tidak baik pun sama demikian., contoh kongkrit lihat bagaimana figur - figur yang mewarnai kehidupan politik di Republik ini, Indonesia ku tercinta ini.


Banyak intrik - intriknya, terkadang ada yang membikin ketawa geli, lumayanlah lebih lucu dari negara tetangga, republik mimpi.. Ini Bukanlah sikap pesimis, juga bukan memandang sinis, semakin hari semakin nanar dengan semua harapan ke arah lndonesia Jaya yang adil dan makmur, hanyalah tinggal sepenggal mimpi seperti yang dikatakan oleh bang lwan fals, bagai mimpi yg tak pernah terbeli mimpi indah kosong.


Sekalipun demikian bukan juga berarti tidak lagi berharap, sepenggal optimis masih ada.. sejenak menengok ke belakang.. ketika bangsa lndonesia dibawah kepemimpinan Presiden pertama, lr. Soekarno dan kedua, yakni Jendral. H.M .Soeharto,keduanya layak kalau di bilang telah berhasil mengangkat harkat dan martabat kehidupan bangsa lndonesia ke level kejayaan sebagai negara berkembang, bangsa ini begitu disegani bukan hanya di Asia Tenggara saja tapi juga di benua Asia, Amerika, Afrika dan Eropah, bukan karena kekuatan senjata dan ekonomi, tetapi karena kepemimpinan mereka.


Keduanya memiliki satu kesamaan, yakni menjadi figure sentral, yang sempat mendapatkan julukan sebagai 'bapak Bangsa' dan yang satu lagi dijuluki 'bapak Pembangunan' (terlepas kecondongan dalam keberpihakan politik luar negerinya masing - masing), sebutan itu sekalipun ada beberapa tanggapan menganggap bahwa itu pengakuan dari mereka sendiri, yang jelas apapun itu dari atau bukan bersumber dari mereka, kedua sebutan itu diterima dan cukup melekat di hati rakyat, artinya rakyat mengakui terhadap sebutan itu.


Seorang pemimpin yang berjiwa patriotik, adil, bijaksana adalah pemimpin memiliki semangat cinta tanah air, ciri sederhananya memiliki sikap nasionalisme yang tinggi, yaitu mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dari pada diri dan keluarganya adalah Pemimpin yang ber- Pancasila. Cukup miris melihat ada beberapa komponen bangsa, mengatas namakan rakyat, bangsa dan negara, permintaan segilintir bangsa untuk mengadili Presiden RI ke-2, bapak Soeharto, apa bukan hal ini mencerminkan betapa kita tidak menghargai nilai-nilai kebangsaan, dan aroma muatan dari luar negeri khususnya Amerika sangatlah kental dan kentara.


Betapa kedua Pemimpin ini, baik lr.Soekarno dan H.M. Soeharto, telah menghabiskan masa hidupnya demi kepentingan nusa dan bangsa.. setiap tetesan darahnya di tumpahkan demi kejayaan lndonesia Raya.


Tentunya dalam hal ini bukan mau mengecilkan peranan para Pemimpin yang terpilih di zaman reformasi..Beliau2 ini juga telah terpilih secara syah berdasarkan UU PEMILU yang berlaku pada saat itu.


Kalaulah semenjak tahun 1998 hingga kini pembangunan seolah berjalan di tempat, bukan kesalahan para pimpinan, mungkin letak kesalahannya adalah pada kita sebagai rakyat, rakyat para pemilih memilih presiden, memilih para dewan.


Sedikit banyak pengalaman telah membuktikan, bahwa rasa - rasanya telinga ini sudah pekak mendengar pidato para pemimpin, ocehan para politikus, dan teriakan anggota dewan. Tapi kita tidak ada pilihan, tetap sebagai warga negara yang baik harus menyalurkan haknya, baik memilih maupun memilih untuk tidak memilih.


Mata ini sudah memerah melihat saudara-saudaraku, mereka harus tertatih - tatih untuk menjalankan hidup, lebih parah lagi, dan menusuk dada, ketika dikatakan bahwa perekonomian kita lebih baik, angka kemiskinan menurun..


Ya, benar sekali rakyat miskin sudah mulai turun kejalanan. Lihatlah pertumbuhan angka pengamen dan pengemis, disetiap sudut jalan mereka mengais rejeki. Tidak salahbukan laporan BPS ?


Semuanya bekerja tidak ada yang menganggur.. Semua turun kejalan, ada yang tidak tahu apakah dia berpakaian atau tidak, rakyat menjadi apapun bersedia demi persoalan perut meskipun harus menjadi golongan pengangguran terselubung atau bahkan harus memakan tanaman di pagar orang lain (mencuri, merampok dlsb).


Sekarang ini sepertinya rakyat sudah tidak peduli lagi ada atau tidak adanya pemerintahan. Hembusan Reformasi, ternyata telah membawa kita menjauhi cita cita para leluhur bangsa, hampir - hampir menghapus semua jejak perjuangan mereka yang mereka rintis dengan segenap pengorbanan jiwa dan raga..


Kita semua faham, didalam kehidupan bernegara memang harus bersayap, jika tidak dengan blok barat maka blok timur, meski mat - matian membela diri bukan neoliberal, neolim dsb. Lantas apakah sikap bersayap ini harus mengorbankan baju hingga dalam yang terus di jamah hingga tak sadarkan diri terbius rasa? Sekarang ini arah kiblat mulai condong ke Amerika serikat, negara yang paling lantang meneriakan tentang HAM , DEMOKRASI (mereka sendiri tidak sepenuhnya pelanggaran). Bahkan hampir - hampir dalam segala hal Amerika Serikat juga menjadi rujukan didalam tatanan kehidupan berdemokrasi, kebebasan berdemokrasi yang luar biasa.


Jangan lupa, wahai para pemimpin! Negara Amerika Serikat atau USA, mereka adalah kumpulan orang yang terdiri dari berbagai kumpulan etnis dari beraneka ragam negara di dunia, kebanyakan penghuninya adalah warga negara kelahiran dari negara - negara di benua Eropah, parlemen dan pemerintahannya pun lebih banyak dikuasai oleh orang - orang yang berasal dari belahan eropah, sehingga wajar dan selaras sekali menganut faham kebebasan, karena satu dengan yang lain merasa mendominasi dalam gen dan ras, maka dibuat aturan jadi tidak ada yang mendominasi, supaya aman, one vote = one man.


Dan ini sangat kontras dengan Republik lndonesia, yang didalamnya adalah kumpulan berbagai suku asli dari bumi pertiwi, mereka lahir dan dibesarkan selama beribu - ribu tahun di Indonesia tidak berpindah - pindah, membentuk suku dan ras. Kalau pun ada perkawinan campuran dengan bangsa lain, itu juga tidak dominan membentuk karakter bangsa.


Jika Amerika Serikat terus menjadi kiblat, apakah kita memiliki kekuatan di belahan dunia lain sepertihalnya USA,2 artinya keturunannya berpuak - puak di luar negara sendiri sebagai induk dari dari etnisnya?


Setuju sekali, bahwa negeri ini harus berdemokrasi di kehidupan berbagsa dan bernegara, juga harus bersayap untuk menjaga perimbangan, akan tetapi apakah harus mengorbankan falsafah dan pandangan hidup bangsa, mengorbankan jati diri bangsa, sehingga melunturkan semangat nasionalis ? semangat nasionalislah yang menggagas Bung Karno mendirikan negara non Blok..


Rindu sekali hati ini, menanti seorang pemimpin seperti penggembala, yang menggembalakan gembalaannya ketempat dimana rumput tumbuh subur dan berlimpah.. matanya tidak henti - henti mengawasi setiap sudut wilayah gembalaannya. Mengusir setiap pengganggu, sehingga gembalaannya merasa nyaman menikmat i makanannya. Negeri ini merindukan seorang pemimpin yg tegas, arief dan bijaksana, berani mati demi membela kehormatan negara dan bangsa..


Seorang pemimpin yang setiap ucapannya adalah kebijakan.. dan ini hanya lahir dari seorang pemimpin yang pernah pegang senjata dan terlatih di medan tempur.. karena seorang pemimpin yang pernah bertempur, mereka ini sangat terlatih didalam mengambil keputusan dikala genting..the decision maker master.. bukan pemimpin yang pandai berteriak dengan berapi - api meneriakan visi dan misinya


Namun dikala kampanye, mereka lupa VISI dan MISI sebenarnya tertuang dalam pembukaan UUD 1945


Hai, saudaraku! jangan terbuai oleh berbagai program dan janji manisnya.. karena kita slalu tertipu.. Negeri yang makmur, aman sentosa, tinggal sebuah senandung dari John Lenon, imagine all the people, living for life in peace..it is not hard to do...


Namun bukan berarti juga kita harus kehilangan energi dan semangat. Kita masih memiliki harapan, harapan munculnya seorang pemimpin ideal, di pundaknya, terlepas dari golongan muda ataupun tua.. kita akan menyandarkan seluruh kehidupan kita.. walaupun kita kenal ungkapan J.F.Kenedy bukan apa yang akan negara berikan kepada kita, apa yang kan kau berikan kepada negara, penulis melihatnya kau/kita disitu bukan rakyat tapi kau/kita di situ adalah presiden.


Sampai ketemu tahun bulan depan di pesta kita nanti..jangan salah pilih lagi sahabat..


Senandungkan doa yang indah, bukan minta duit sama mereka, sebelum menodai dengan tinta sehelai kertas berharga bergambar dua penganten pemimpin bangsa... karena nilai dan harga kertas itu, akan menentukan nasib kita kedepan.

Tuesday 26 May 2009

Celoteh: ManusiaTerkikir di Dunia


Alkisah ada tiga orang pengemis sedang menikmati liburannya, duduk di dipan gubuk reot rumah salah satu temennya, sebut saja BOTAK, dengan rokok daun kaung dan kopi masing2 setengah gelas. Mereka tampak asyik mesra ngobrol sambil melinting rokok sesekali mata2nya menatap ke rmh mewah yg pemiliknya boleh dibilang Mati Rasa, di panggilngya JURAGAN...BOTAK muncul ide gilanya..

"Brik, lu bisa ga naklukin juragan yg rmhnya itu? kalo bisa semua hasil mengemis kita selama 1 tahun jd milik lu? tanya BOTAK
"Akur! sahut BURIK
"Keciiil ! benar ya...jgn sebut si JABRIK Pengemis bersetifikat DALE CARNEGIE, kalo tdk bisa naklukin!!! " jawab JABRIK belagu..

Jabrikpun beraksi..



Tepat di pekarangan rumah mewah JABRIK pun duduk, lalu dia rabutin rumput milik si JURAGAN dimasukan kedalam mulutnya, dimakaninlah rumput2 itu..nyam..nyaaam.nyaam... Pas kebetulan itu JURAGAN lagi di beranda rumah lagi asyik baca koran, melihat ada orang asing di pekarangan depan rumahnya yang lagi makanin rumput japan miliknya, si JURAGAN pun terkaget2: "Subhanallah!!!!HEY! KENAPA RUMPUT ANE KAMU MAKANIN, HAH??!!
"Maaf gan, saya Lapar, udah sebulan saya ga makan "jawab si JABRIK dgn suara parau dibuat2, muka di stel sediiih bangeut.
"HAAH ! MASYAALLAH !!! AYO SINI MASUK_MASUUK!" ajak Juragan yang tampak iba melihat kejadian itu.

Sementara itu, di seberang sana, ke-2 temennya melongo terheran2 melihat sJabrik di ajak masuk. Bukan apa2 ke-2 org pengemis ini tau persis, kalo Juragan ini sdh terkenal pelitnya minta ampun. Mereka saja sdh 5 thn, yg saban hari ke situ tdk pernah dikasih apa2..Makanya mereka berani ngajak taruhan ama si Jabrik, yang kalo bicara slalu sok tau bak seorang negarawan..


Si BURIK, orang yang paling kurus diantara temen2nya.. langsung pucat dan menghardik si Botak: "CILAKAAA! BISA BANGKRUT GW AMA SI JABRIK !!! ELU SI TAK !! PAKE TARUH2AN SEGALA..."

" Tenaaang Fren...Tenaaang..pertandingan belum selesai, kita liat aja kelanjutannya" ungkap Botak nenangin si BURIK yang udah blingsatan...maklum 3 bulan lagi si Burik mau merit...


Kembali ke rumah mewah tadi... JURAGAN yang iba, menuntun pengemis ke tempat makan, JABRIK riang bukan kepalang, matanya berbinar2 melihat beraneka macam buah-buahan dan makanan di meja makan...dalam hatinya dia berkata:" ini namanya rejeki nomplok sudah dapat duit, makan enak pula..hihihi". Spontan jabrik langsung duduk di kursi meja makan,

"Terima kasih banyak, Gan..jajakumu..." dgn terbata2, belum sempat selesai ngomong, tangan siJABRIK sudah di tarik oleh si JURAGAN..
"Bukan yg itu! ayoo ikut ane" sela JURAGAN sambil membawa si Jabrik ke ruang dapur..Kemudian si JURAGAN membukakan pintu belakang..Lalu dgn ramahnya si Juragan berkata sambil mengusap punggung si Jabrik:

"Nah! ane bener kasian bangeut ama ente...kebetulan sudah satu bulan ini ane juga ga sempet potong rumputnya, coba liat tinggi2 kan?!!......rumput itu boleh ente makan sepuasnya,silahkan juga kalo ente mau bawa pulang.."...


Jabrik tanpa pikir panjang lari terbirit2:" BOTAAAAK GW NYERAAAAAAAAH !"

Monday 18 May 2009

Menatakan tatanan Sosial kemasyarakatan dalam Kemasyarakatan bukan dalam Keorganisasian

Menatakan tatanan Sosial kemasyarakatan dalam Kemasyarakatan bukan dalam Keorganisasian
Manusia adalah mahluk sosial, makhluk sosial tertinggi dilihat dari sudut jiwa kebersamaan atau dalam kontak interaksi sosial dibanding mahluk lainnya yang juga hidup berkelompok , oleh karena itu didalam berkehidupannya, manusia tidak dapat mengingkari hakekat dirinya untuk berinter aksi sosial atau bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Pemisahan diri dari keterikatan hidup dengan lingkungan sekitarnya atau kehidupan bermasyarakat hanya dalam waktu - waktu tertentu, dengan masa yang cukup lama, bukanlah satu pelanggaran terhadap sisi tertentu, secara kejiwaan, manusia membutuhkan keadaan dimana dia dapat menikmati kesendiriannya, untuk bertanya, mencari jawaban dan kemudian kembali menjalankan hidupnya, yakni kembali berstatus sosial dengan lingkungannya. Akan tetapi, sebagai mahluk sosial keberadaannya, dalam keadaan bagaimanapun, tidak akan lepas dari soroton orang-orang disekitarnya. Mereka dengan sadar, orang disekitarnya akan menilai bahkan memberikan komentar, dari satu mulut ke mulut yang lainnya. Jika dalam kesendiriannya ditengah lingkungannya, yang dengan sadar pula dia sedang menutup diri, untuk memperkenalkan siapa dirinya, tentu ini akan berakibat menjauhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap dirinya, sebaliknya masyarakat didalam ketidakpeduliannya, sebagai mahluk sosial, tetap akan menyoroti setiap derap langkah kehidupannya.


Kembali kepada judul, kehidupan Sosial kemasyarakatan adalah keniscayaan yang tidak dapat di tolak sejak penciptaannya, yang difungsikan olehNYA. Bermunculannya berbagai kegiatan organisasi, baik hanya sekedar mewadahi keinginan dari sebuah komunitas kecil hingga dalam bentuk besar / partai, adalah manifestasi dari manusia sebagai mahluk sosial. Keberadaaannya mengukuhkan rasa kebersamaan, kepedulian dan tenggang rasa yang tinggi. Mereka merasa kenyamanan dalam menjalani pertarungan hidupnya dengan sebuah komunitas. Sayang, sekarang ini hampir di sepenjuru pelosok dan negeri, wadah itu lebih cenderung memanfaaatkan dan mengendalikan emosi komunitasnya untuk kepentingan/ hasrat dari para tokoh pendirinya atau yang dianggap dituakan atau yang dituanagungkan. Tentu sangatlah berbeda, menurut pengamatan penulis secara empiris, antara pendirian suata wadah organisasi sosial kemasyarakatan dengan organisasi badan usaha, keduanya sama pada sisi, harus ada nourma pengaturannya ( hukum / undang-undang pengaturan hidup), agar kehidupan berjalan teratur, tetapi memiliki perbedaan pada sisi esensi makna teori kepemimpinannya. Apa tidak seharusnya wadah dalam setiap organisasi sosial kemasyarakatan, didalam pelaksanaan kegiatannya, semua merujuk pada kepentingan emosi yang sama untuk mencapai misi dan visi yang mau di capainya???


Terbentuk dari mulai lingkungan yang paling terkecil hingga dalam satu ikatan bangsa menjadi satu negara. Pada tingkatan terkecil adalah keluarga, didalamnya tidak ada undang2 secara tertulis tentang pengaturan menjalankan kehidupannya, berjalan mengalir menurut nourma-nourma kebiasaan di tambah watak dan karakter masing2 yang di bawa dari rumah orangtua dulu, ikatannya pun hanya diikat oleh sebuah ikatan nourma yang di sebut nikah / kawin / talak / cerai, sekalipun tidak ada undang - undang tertulisnya, jika saja ditemukan satu pelanggaran terhadap salah satu anggota keluarganya, mereka bisa marah, sedih atau berduka. Akan tetapi tetap saja lambat laun persoalan itu juga menguap. Kemudian mereka kembali membaur menjalani aktivitasnya seperti biasa seakan tidak ada masalah apa - apa sebelumnya. Dalam penanganan persoalan hidup atau perselisihan , ada yang mau memaafkan atas pelanggarannya ada juga memberi sanksi terlebih dahulu. Sebagai contoh kecil, jika terjadi pertengkaran hebat antara suami istri dan sulit untuk disatusamakan lagi, sama - sama merasa benar, dalam arti keduanya sama-sama keras, sedangkan proses kearah perceraiannya juga tidak serta merta, bisa langsung cerai dalam arti cukup panjang proses persidangannya, maka mereka akan terus berseteru oleh sedikit saja percikan api.

Begitu pula tatanan kehidupan di tingkat berikutnya, yaitu diatasnya, terdiri dari beberapa keluarga dalam satu lingkungan, yang disebut Rukun Tetangga atau disingkat RT, lalu tingkat berikutnya Rukun Warga atau RW /RK. . Kita sangat mengenal istilah RT dan RW ini tanpa harus menterjemahkan secara ilmiah kepada masyarakat, mereka sangat paham dan akrab di telinga, karena mereka terbiasa bersentuhan dengan yang namanya ketua RT dan RW dalam berbagai urusan admin kependudukan. Betapa Kita dapat melihat, didalam persentuhannya, sangatlah kental esensi dari fungsi yang sebenar - benarnya sebuah kehidupan sosial kemasyarakatan dan berjalan secara alamiah.

Berbeda nanti pada tingkat berikutnya, yakni tingkat, kelurahan, kecamatan hingga tatanan kenegaraan / pemerintah, kepengurusan di pemerintahan daerah di masing - masing wilayah, di setiap tingkatan. Dan mungkin saja ditemukan tersisa hanya sedikit terasa berbeda di beberapa tempat atau titik, yakni daerahnya masih terlihat satu pemandangan asri dan asli pada tingkatan desa atau dusun.


Inti dari substansi yang mau disampaikan dari judul diatas adalah jika ingin mencapai kehidupan yang haromis berlandaskan kebersamaan dan kesamaan VISI dan MISI, hanya dengan mengembalikan manusia kembali kepada fitrah penciptaannya sebagai mahkluk sosial,yakni satu sikap hidup saling ketergantungan satu dengan yang lain tanpa ada rasa, yang satu merasa lebih dari yang lain, dan tanpa pula embel-embel nama sebagai pengukuhan kumpulan komunitas terbatas.


Pesan renungan bagi diri penulis. Tidak ada satupun dari sebuah komunitas baik yang diresmikan berbendera atau tanpa bentuk yang menstimulir emosi anggotanya ( untuk mencapai hasrat orang tertentu di dalamnya ) dapat menggapai tujuan hidup bahagia bagi anggotanya..selama- lamanya...tidak akan pernah...