Laman

Wednesday, 3 June 2009

Rakyat bermimpi tentang Seorang Presiden Ideal

Rakyat bermimpi tentang Seorang Presiden Ideal

Rakyat bermimpi tentang Seorang Presiden Ideal





Bermimpi tentang seorang Presiden sama saja bermimpi tentang sebuah negara makmur yang aman, penuh sandang, papan. Impinan sebuah negara makmur, dimana rakyat hidup bahagia, yang seepenjuru kampung dan kota hidup damai gemah ripah loh jinawi, bagai mimpi disiang bolong, ya imagine, kata om John Lenon. Itu hanyalah impian disetiap kepala - kepala manusia di sepenjuru dunia.. entah kapan akan menjadi nyata.







Berhadapan dengan realita kehidupan, slalu kita jumpai pasang surut hidup, aneka cerita suka dan duka kehidupan yang kita hadapi, kehidupan disekitar kita, kehidupan diluar sana, yang kita lihat, rasakan, baik di media masa, elektronik, juga yang kita dengar dari kanan kiri cerita dari teman, saudara dan sanak famili.


Realitanya antara Kenyataan dan harapan kita, harapan semua orang, slalu tidak kongruen, artinya ada jarak antara harapan dan kenyataan. Adakah korelasinya ini dengan kesungguhan kita dalam menyenandungkan doa dengan berjuta keinginan yang tiada henti dikumandangkan lagi slalu berubah - ubah, tergantung kecenderungan selera yang kebanyakan itu datangnya adalah dominasi pengaruh luar, sehingga tak kunjung - kunjung apa yang di minta?


Lalu adakah juga kebahagiaan / kesejahteraan hidup sesorang ada keterikatan dirinya dengan persentuhan pihak lain, baik dalam keluarga, lingkungan masyarakat maupun negara.?


Ciri khas negara yang mapan madani, rakyatnya hidup dinamis penuh bergairah penuh darah segar, itu bermuara pada seberapa cakap seorang pemimpin, yaitu Presiden / Raja, memimpin Negara / Kerajaannnya. Ketegasan dari seorang Presiden, kearifan dari seorang Presiden, yang bijak dan adil, keteladan yang baik yang berantai dan terinfluence, karena keteladan yang tidak baik pun sama demikian., contoh kongkrit lihat bagaimana figur - figur yang mewarnai kehidupan politik di Republik ini, Indonesia ku tercinta ini.


Banyak intrik - intriknya, terkadang ada yang membikin ketawa geli, lumayanlah lebih lucu dari negara tetangga, republik mimpi.. Ini Bukanlah sikap pesimis, juga bukan memandang sinis, semakin hari semakin nanar dengan semua harapan ke arah lndonesia Jaya yang adil dan makmur, hanyalah tinggal sepenggal mimpi seperti yang dikatakan oleh bang lwan fals, bagai mimpi yg tak pernah terbeli mimpi indah kosong.


Sekalipun demikian bukan juga berarti tidak lagi berharap, sepenggal optimis masih ada.. sejenak menengok ke belakang.. ketika bangsa lndonesia dibawah kepemimpinan Presiden pertama, lr. Soekarno dan kedua, yakni Jendral. H.M .Soeharto,keduanya layak kalau di bilang telah berhasil mengangkat harkat dan martabat kehidupan bangsa lndonesia ke level kejayaan sebagai negara berkembang, bangsa ini begitu disegani bukan hanya di Asia Tenggara saja tapi juga di benua Asia, Amerika, Afrika dan Eropah, bukan karena kekuatan senjata dan ekonomi, tetapi karena kepemimpinan mereka.


Keduanya memiliki satu kesamaan, yakni menjadi figure sentral, yang sempat mendapatkan julukan sebagai 'bapak Bangsa' dan yang satu lagi dijuluki 'bapak Pembangunan' (terlepas kecondongan dalam keberpihakan politik luar negerinya masing - masing), sebutan itu sekalipun ada beberapa tanggapan menganggap bahwa itu pengakuan dari mereka sendiri, yang jelas apapun itu dari atau bukan bersumber dari mereka, kedua sebutan itu diterima dan cukup melekat di hati rakyat, artinya rakyat mengakui terhadap sebutan itu.


Seorang pemimpin yang berjiwa patriotik, adil, bijaksana adalah pemimpin memiliki semangat cinta tanah air, ciri sederhananya memiliki sikap nasionalisme yang tinggi, yaitu mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dari pada diri dan keluarganya adalah Pemimpin yang ber- Pancasila. Cukup miris melihat ada beberapa komponen bangsa, mengatas namakan rakyat, bangsa dan negara, permintaan segilintir bangsa untuk mengadili Presiden RI ke-2, bapak Soeharto, apa bukan hal ini mencerminkan betapa kita tidak menghargai nilai-nilai kebangsaan, dan aroma muatan dari luar negeri khususnya Amerika sangatlah kental dan kentara.


Betapa kedua Pemimpin ini, baik lr.Soekarno dan H.M. Soeharto, telah menghabiskan masa hidupnya demi kepentingan nusa dan bangsa.. setiap tetesan darahnya di tumpahkan demi kejayaan lndonesia Raya.


Tentunya dalam hal ini bukan mau mengecilkan peranan para Pemimpin yang terpilih di zaman reformasi..Beliau2 ini juga telah terpilih secara syah berdasarkan UU PEMILU yang berlaku pada saat itu.


Kalaulah semenjak tahun 1998 hingga kini pembangunan seolah berjalan di tempat, bukan kesalahan para pimpinan, mungkin letak kesalahannya adalah pada kita sebagai rakyat, rakyat para pemilih memilih presiden, memilih para dewan.


Sedikit banyak pengalaman telah membuktikan, bahwa rasa - rasanya telinga ini sudah pekak mendengar pidato para pemimpin, ocehan para politikus, dan teriakan anggota dewan. Tapi kita tidak ada pilihan, tetap sebagai warga negara yang baik harus menyalurkan haknya, baik memilih maupun memilih untuk tidak memilih.


Mata ini sudah memerah melihat saudara-saudaraku, mereka harus tertatih - tatih untuk menjalankan hidup, lebih parah lagi, dan menusuk dada, ketika dikatakan bahwa perekonomian kita lebih baik, angka kemiskinan menurun..


Ya, benar sekali rakyat miskin sudah mulai turun kejalanan. Lihatlah pertumbuhan angka pengamen dan pengemis, disetiap sudut jalan mereka mengais rejeki. Tidak salahbukan laporan BPS ?


Semuanya bekerja tidak ada yang menganggur.. Semua turun kejalan, ada yang tidak tahu apakah dia berpakaian atau tidak, rakyat menjadi apapun bersedia demi persoalan perut meskipun harus menjadi golongan pengangguran terselubung atau bahkan harus memakan tanaman di pagar orang lain (mencuri, merampok dlsb).


Sekarang ini sepertinya rakyat sudah tidak peduli lagi ada atau tidak adanya pemerintahan. Hembusan Reformasi, ternyata telah membawa kita menjauhi cita cita para leluhur bangsa, hampir - hampir menghapus semua jejak perjuangan mereka yang mereka rintis dengan segenap pengorbanan jiwa dan raga..


Kita semua faham, didalam kehidupan bernegara memang harus bersayap, jika tidak dengan blok barat maka blok timur, meski mat - matian membela diri bukan neoliberal, neolim dsb. Lantas apakah sikap bersayap ini harus mengorbankan baju hingga dalam yang terus di jamah hingga tak sadarkan diri terbius rasa? Sekarang ini arah kiblat mulai condong ke Amerika serikat, negara yang paling lantang meneriakan tentang HAM , DEMOKRASI (mereka sendiri tidak sepenuhnya pelanggaran). Bahkan hampir - hampir dalam segala hal Amerika Serikat juga menjadi rujukan didalam tatanan kehidupan berdemokrasi, kebebasan berdemokrasi yang luar biasa.


Jangan lupa, wahai para pemimpin! Negara Amerika Serikat atau USA, mereka adalah kumpulan orang yang terdiri dari berbagai kumpulan etnis dari beraneka ragam negara di dunia, kebanyakan penghuninya adalah warga negara kelahiran dari negara - negara di benua Eropah, parlemen dan pemerintahannya pun lebih banyak dikuasai oleh orang - orang yang berasal dari belahan eropah, sehingga wajar dan selaras sekali menganut faham kebebasan, karena satu dengan yang lain merasa mendominasi dalam gen dan ras, maka dibuat aturan jadi tidak ada yang mendominasi, supaya aman, one vote = one man.


Dan ini sangat kontras dengan Republik lndonesia, yang didalamnya adalah kumpulan berbagai suku asli dari bumi pertiwi, mereka lahir dan dibesarkan selama beribu - ribu tahun di Indonesia tidak berpindah - pindah, membentuk suku dan ras. Kalau pun ada perkawinan campuran dengan bangsa lain, itu juga tidak dominan membentuk karakter bangsa.


Jika Amerika Serikat terus menjadi kiblat, apakah kita memiliki kekuatan di belahan dunia lain sepertihalnya USA,2 artinya keturunannya berpuak - puak di luar negara sendiri sebagai induk dari dari etnisnya?


Setuju sekali, bahwa negeri ini harus berdemokrasi di kehidupan berbagsa dan bernegara, juga harus bersayap untuk menjaga perimbangan, akan tetapi apakah harus mengorbankan falsafah dan pandangan hidup bangsa, mengorbankan jati diri bangsa, sehingga melunturkan semangat nasionalis ? semangat nasionalislah yang menggagas Bung Karno mendirikan negara non Blok..


Rindu sekali hati ini, menanti seorang pemimpin seperti penggembala, yang menggembalakan gembalaannya ketempat dimana rumput tumbuh subur dan berlimpah.. matanya tidak henti - henti mengawasi setiap sudut wilayah gembalaannya. Mengusir setiap pengganggu, sehingga gembalaannya merasa nyaman menikmat i makanannya. Negeri ini merindukan seorang pemimpin yg tegas, arief dan bijaksana, berani mati demi membela kehormatan negara dan bangsa..


Seorang pemimpin yang setiap ucapannya adalah kebijakan.. dan ini hanya lahir dari seorang pemimpin yang pernah pegang senjata dan terlatih di medan tempur.. karena seorang pemimpin yang pernah bertempur, mereka ini sangat terlatih didalam mengambil keputusan dikala genting..the decision maker master.. bukan pemimpin yang pandai berteriak dengan berapi - api meneriakan visi dan misinya


Namun dikala kampanye, mereka lupa VISI dan MISI sebenarnya tertuang dalam pembukaan UUD 1945


Hai, saudaraku! jangan terbuai oleh berbagai program dan janji manisnya.. karena kita slalu tertipu.. Negeri yang makmur, aman sentosa, tinggal sebuah senandung dari John Lenon, imagine all the people, living for life in peace..it is not hard to do...


Namun bukan berarti juga kita harus kehilangan energi dan semangat. Kita masih memiliki harapan, harapan munculnya seorang pemimpin ideal, di pundaknya, terlepas dari golongan muda ataupun tua.. kita akan menyandarkan seluruh kehidupan kita.. walaupun kita kenal ungkapan J.F.Kenedy bukan apa yang akan negara berikan kepada kita, apa yang kan kau berikan kepada negara, penulis melihatnya kau/kita disitu bukan rakyat tapi kau/kita di situ adalah presiden.


Sampai ketemu tahun bulan depan di pesta kita nanti..jangan salah pilih lagi sahabat..


Senandungkan doa yang indah, bukan minta duit sama mereka, sebelum menodai dengan tinta sehelai kertas berharga bergambar dua penganten pemimpin bangsa... karena nilai dan harga kertas itu, akan menentukan nasib kita kedepan.

No comments:

Post a Comment