Ini tentang tanah Airku... Tanah Ibu Pertiwi, di matanya ada api amarah dan api cinta.
Perjalanan dapat memberikan pengalaman untuk membuat penilaian sementara, bahwa kejahatan kecil, besar sama nilainya beda harganya...selama kita hidup kejahatan dan kebaikan selalu terjadi..
Dalam kehidupan kita sehari - hari, kita sering menjumpai kejahatan dimana saja, kapan saja, disengaja ataupun tidak. Jenis tindak kejahatannya pun bermacam - macam, kadang kita pun tak luput menjadi korban.
Kejahatan secara individu maupun kejahatan secara berkelompok dua - duanya sama, merugikan semua pihak yang menjadi korban kejahatan.
Beraneka modus dan penyamaran untuk mengelabui korbannya sudah kian cerdas. Tuhan yang telah memberikan akal pada umatnya, ada sebagian umatnya menggunakan kecerdasan akalnya untuk melakukan kejahatan untuk bertahan hidup, untuk bertahan didalam status sosialnya dan demi masa depannya.
Satu kejahatan yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan, sudah seperti nafas dan denyut nadinya, hingga seperti gatal rasanya jika tak dilakukan bila kesempatan itu ada. Itulah kejahatan korupsi dan manipulasi.
Pelakunya sudah pandai berkelid, pandai menyembunyikan ekpresi wajahnya, lihai menutupi aibnya, bahkan mungkin sudah putus urat malunya.
Semua itu karena sudah dianggap wajar, apa yang dilakukannya sudah jadi bentuk kesadaraan umum adalah lumrah adanya, meski di mimbar dakwah lintas agama disenandungkan hal yang sama, bahwa itu adalah bentuk kejahatan. Jadi tidak salah yang seperti itu sudah membudaya.
Sebagian orang tidak setuju jika manipulasi dan korupsi disebut sudah menjadi budaya, itu sah - sah saja. Coba pikirkan dari mana asal pribahasa "ada budi ada balas"?
Pribahasa ini lahir dari budaya yang tumbuh sejak berlampau - lampau lamanya. Entah siapa yang pertama kali membikin pribahasa itu. Harus diakui itu juga yang tertanam dalam alam pikiran meski seseorang tidak mengenyam bangku sekolah pun.
Dan hari ini, kejahatan seperti ini yang sempat tertutup 19 tahun yang lalu dan bertahan selama 30 tahun lebih, kini terurai terbongkar satu persatu, terus terburai tiada henti bagaikan jamur di musim hujan selama 19 tahun tak kunjung habis, mati satu tumbuh seribu, tindakan korupsi dan manipulasi kian hari bukannya berkurang dengan berbagai sanksi dan ancaman, malah kian berani.
Ibu Pertiwi tiada pernah bersusah hati, linangan air matanya hampir kering. Kini api dimatanya, amarah dijiwanya, mengguncangkan gunung - gunung, wabah, badai dan bah, siap menggulung penghuninya...
Tidak ada kebaikan
Tanpa ada kejahatan,
Kebaikan dinilai
karena ada kejahatan
Kejahatan nilainya
Karena ada kebaikan
Tanpa ada kejahatan,
Kebaikan dinilai
karena ada kejahatan
Kejahatan nilainya
Karena ada kebaikan
Perjalanan dapat memberikan pengalaman untuk membuat penilaian sementara, bahwa kejahatan kecil, besar sama nilainya beda harganya...selama kita hidup kejahatan dan kebaikan selalu terjadi..
Dalam kehidupan kita sehari - hari, kita sering menjumpai kejahatan dimana saja, kapan saja, disengaja ataupun tidak. Jenis tindak kejahatannya pun bermacam - macam, kadang kita pun tak luput menjadi korban.
Kejahatan secara individu maupun kejahatan secara berkelompok dua - duanya sama, merugikan semua pihak yang menjadi korban kejahatan.
Beraneka modus dan penyamaran untuk mengelabui korbannya sudah kian cerdas. Tuhan yang telah memberikan akal pada umatnya, ada sebagian umatnya menggunakan kecerdasan akalnya untuk melakukan kejahatan untuk bertahan hidup, untuk bertahan didalam status sosialnya dan demi masa depannya.
Satu kejahatan yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan, sudah seperti nafas dan denyut nadinya, hingga seperti gatal rasanya jika tak dilakukan bila kesempatan itu ada. Itulah kejahatan korupsi dan manipulasi.
Pelakunya sudah pandai berkelid, pandai menyembunyikan ekpresi wajahnya, lihai menutupi aibnya, bahkan mungkin sudah putus urat malunya.
Semua itu karena sudah dianggap wajar, apa yang dilakukannya sudah jadi bentuk kesadaraan umum adalah lumrah adanya, meski di mimbar dakwah lintas agama disenandungkan hal yang sama, bahwa itu adalah bentuk kejahatan. Jadi tidak salah yang seperti itu sudah membudaya.
Sebagian orang tidak setuju jika manipulasi dan korupsi disebut sudah menjadi budaya, itu sah - sah saja. Coba pikirkan dari mana asal pribahasa "ada budi ada balas"?
Pribahasa ini lahir dari budaya yang tumbuh sejak berlampau - lampau lamanya. Entah siapa yang pertama kali membikin pribahasa itu. Harus diakui itu juga yang tertanam dalam alam pikiran meski seseorang tidak mengenyam bangku sekolah pun.
Dan hari ini, kejahatan seperti ini yang sempat tertutup 19 tahun yang lalu dan bertahan selama 30 tahun lebih, kini terurai terbongkar satu persatu, terus terburai tiada henti bagaikan jamur di musim hujan selama 19 tahun tak kunjung habis, mati satu tumbuh seribu, tindakan korupsi dan manipulasi kian hari bukannya berkurang dengan berbagai sanksi dan ancaman, malah kian berani.
Ibu Pertiwi tiada pernah bersusah hati, linangan air matanya hampir kering. Kini api dimatanya, amarah dijiwanya, mengguncangkan gunung - gunung, wabah, badai dan bah, siap menggulung penghuninya...
No comments:
Post a Comment