Mendengarkan paparan resmi pidato Presiden atas hasil sidang paripurna DPR, 29 Maret 2012, walau tidak menyimaknya dengan tuntas, perlu diketahui, tidak menyimak dengan tuntas itu bukan karena tidak menghormati Beliau, dimana sebagai warga negara yang baik, selayaknya mau mendengarkan dengan seksama dengan penuh perhatian. Dan juga bukan karena sudah terbentuk apriori atau tidak suka secara pribadi oleh faktor a atau b atau c atau d atau z, padanya. Itu semua dikarenakan oleh sebab paparan awalnya.
Setelah menyimak beberapa kalimat awal dari paparannya, isi paparannya itu sudah cukup menggambarkan sikap Presiden atas hasil akhir rapat sidang paripurna DPR kemaren itu, dan juga sudah cukup mewakili semua uraian yang akan disampaikannya saat itu secara keseluruhan. Dan tentunya disini yang menarik adalah sikap Presiden dari mulut, mimik dan motoriknya
Sikap Presiden, dari sisi pribadi Beliau sebagai pribadi dalam setiap menyikapi norma tata tertib dalam bernegara, sudah dipastikan dapat menerima. Dari sisi sebagai Pengemban mandat pemerintahan yang didalamnya memiliki rencana, menerima walau agak pilu diwajahnya.. Sedangkan sebagai bagian dari kelompok partai birunya, nah ini yang paling menarik, Beliau condong memperlihatkan geramnya dengan menyebut - nyebut sebutan kata koalisi di perparah, oleh karena, dari sudut penilaian penulis, tidak siap kalah dan tidak siap solusi pemecahannya, kalau naik ataupun tidak, maka yang ditonjolkan adalah membangga - banggakan diri atas prestasinya sendiri selama di daulat menjadi Presiden RI, ini lebih lucu dibanding lawakannya sule.
Sikap Presiden ini, kemudian disikapi dengan bermacam penilaian dari semua masyarakat Indonesia, jumlah yang menyeruak antara pro dan kotra bisa dikatakan cukup berimbang, hanya yang diam saja yang sulit untuik ditelaah berimbang tidaknya dengan jumlahnya orang menghujatnya, sebab yang diam bisa pro bisa kontra. Dan sikap Presiden ini semakin memperburuk wajah Indonesia berdasarkan penilaian dari telaah sikap Presiden sebagai bagian dari pemegang mandat pemerintahan dan sebagai baju biru..
Dan juga memang tidak penting membahas ini, seperti yang khalayak umum bisa merasakan sendiri, pencitraan menjadi headline setiap gerak langkanya. Namun bagi penulis menjadi Penting kalau beliau bersikap dalam menyikapi keputusan itu adalah bersikap sebagai pribadinya, karena itu lebih jujur dibanding kedua tadi. Implikasinya kedepan, rakyat membelanya sebenar - benarnya membela..
No comments:
Post a Comment