Laman

Thursday, 22 September 2016

Jelang Pilgub DKI Tahun 2017

Jelang Pilgub DKI Tahun 2017

Belum dingin tulisan dalam Aha Dua Permata, berjudul " konstalaai politik jelang pilgub dki". Hasilnya sama, apa yang sudah ditulis dengan kenyataan kemaren, setelah secara resmi PDIP mendeklarasikan keputusannya. Konstalasi politik tidak berubah, calon gub DKI di dukung 4 parpol, Nasdem, Hanura dan Golkar.

Jadi sangat menggelikan deklarasi yang dilakukan oleh perwakilan dari parpol yang didalamnya ada dari parpol PDIP menyatakan akan mengusung pasangan selain ahok. Ini seperti dibikin supaya Ahok terkesan dizholimi, mereka berpegang pada masa sebelumnya, jika orang yang sering dizholimi faktanya terbalik, menjadi banyak dukungan.

Dan kalaupun mereka yang berdeklarasi saat itu, ada eko patrio, ada taufik. Mereka tidak sadar mereka menjadi alat penggiringan. Selain itu mereka itu bukan sekjen dan ketum di masing - masing parpol. Juga tidak memilih ahok tapi pilihannya belum ada. Sesuai dengan makna alternatif?





Jika ini murni gerakan dari dalam, maka dasarnya ledakan emosional. Atau dalam sebuah acara disebut dengan membuat acara sensasi.

Penggiringan ini juga terjadi di istiglal, mengajak orang muslim untuk tidak memilih ahok. Ini secara tidak langsung artinya suksesi ahok. Dibikin ahok sebagai orang yang zhalim.

Istiglal sebagai tempat ibadah dijadikan arena politik atas nama tabligh. Mirip apa yang dilakukan abu lahab. Untung saja tidak bikin keonaran disana. Jika mereka bikin keonaran saya pasti akan menghadapi mereka semua. Satu persatu.

Baru PDIP sudah resmi dan mendaftarkan pasangannya ke KPU. Ini persoalan sederhana, jika orang PDIP tidak setuju dengan pasangan yang diajukan PDIP, lebih baik ikuti, diam atau Keluar. Bikin statement keluar apa bukan ini bagian strategi bunglon ?

Teori lama sederhana intelejen, jika ingin masuk ke wilayah musuh maka pertama bikin pernyataan yang memihak musuh.

Bagi non PDIP kenapa jadi geram dengan pilihan PDIP?

Jika tidak setuju buktikan saja ketidaksetujuan dibalik kotak pilkada. Dan jika tidak sreg dengan ahok tunjukkan saja ketidaksregan secara ilmiah. Misalkan persoalan membela wong cilik seperti palsafah PDIP, benar tidak kenyataannya di lapangan?.. dst.

Semua parpol seperti kebakaran jenggot setelah pengumuman dari sekjen PDIP, calon pasangan gub wagub DKI. Bagi mereka yang tidak sreg. Sederhana, lima rahun yang lalu orang memilih Djokowi bukan ahok. Kenapa sekarang pada kebakaran jenggot?

Kita lihat lagi konstalasi pasca pengumuman calon gub wagub DKI dari PDIP, berkumpul di cikeas beberapa parpol untuk mengusung calonnya. Dan disana ada parpol dari koalisi pemerintah (Indonesia Hebat). Apa SBY sadar ini?

Padahal SBY mantan Militer ?

Apa sudah lena duluan karena anaknya yang dielus - elus?

Yang masih konsisten, GERINDRA. Disini masuk bergabung PKS. Mereka berwacana dukung pasangan Sandiago- Yusril.

Kembali kepada calon pemilih masih pada demen kagak terima dengan lembaran duit recehan sebagai 'uang gadai'. Terima sembako sebagai 'uang gadai'. Jika masih terlihat seperti ini, maka berbagai janji hanyalah lips services. Dan mereka akan menemukan lubang yang sama setelahnya.





mailto:ahmad.hanafiah33@gmail.com

Informasi detail, dapat dihubungi di :







USD
  
IDR






No comments:

Post a Comment