Laman

Saturday, 18 April 2020

Sangat Keterlaluan Membuat Prediksi Pada Wabah Yang Belum Ada Vaksinnya

Sangat Keterlaluan Membuat Prediksi Pada Wabah Yang Belum Ada Vaksinnya


Sangat keterlaluan bahkan bisa dikatakan orang bodoh yang merasa dirinya pintar, yaitu mereka yang membuat prediksi kapan virus ini akan berakhir. Ini sama seperti orang yang pertama kali China bergulat dengan wabah virus corona, mengatakan saat itu bahwa Indonesia bebas virus coronan. Luar biasa.




Jika menkominfo akan membredel berita hoax di sosial media, maka kabar yang membuat prediksi kapan virus akan berakhir juga masuk hoax. Karena tidak memiliki argumentasi ilmiah didalamnya.


Hanya karena melihat pelambatan jumlah korban dan peningkatan jumlah yang sembuh, langsung membuat sebuah kesimpulan premature bahwa wabah akan segera berakhir.


Orang sakit panas, panasnya turun bukan berarti bernilai mutlak panasnya tidak bakal naik lagi. Masih labil perubahan suhunya.


Sekarang mereka dengan pedenya memprediksi satu penyakit yang disebabkan oleh virus yang belum ditemukan obatnya. Apa bukan sok tahu? Kalau tidak dibilang keblinger. Dan yang paling dirusak dunia profesi, karena mereka itu disebut - sebut dengan pakar.


Wabah ini unprediktable, bisa besok hilang, bisa lebih lama lagi. Pendekatan yang dilihat apa yang terjadi di china, bulan Desember 2019 awal virus ini muncul kemudian China mengklaim Akhir Maret 2020 clear dari virus. Namun kemudian muncul lagi.


Kemudian bandingkan hasil riset pakar dokter ITALIA pada tahun 2010, disana menyebutkan virus tidak rentan pada anak - anak dan tidak mematikan. Kenyataannya ini mematikan. Apa terjadi mutan pada virus corona?


Dan kejadian di tahun ini tidak satu pun pakar ilmu kedokteran di dunia berani memberikan prediksi tentang masa akhir virus ini. Hanya di Indonesia dan India yang mencoba meraba - raba dengan perkiraannya bukan berdasarkan dalil kajian ilmiah. Namun yang demikian media berita menyebutnya dengan pakar. Luar biasa.




Mark Zukerberg Bill gates mendonasikan tidak sedikit untuk mendorong para ahli bisa menemukan vaksin penawarnya, namun sudah tiga bulan lebih belum berhasil. Begitu dengan Jerman, disana sibuk melakukan riset bukan sibuk membuat pencitraan supaya orang lain memberi gelar sebutan pakar.













⚠ Peringatan Covid-19



















Update kasus virus corona di tiap negara




No comments:

Post a Comment