Laman

Monday, 30 November 2020

Menaker : Covid-19 Telah Membuat 9,7 Juta Orang Menganggur

Menaker : Covid-19 Telah Membuat 9,7 Juta Orang Menganggur

Menaker : Covid-19 Telah Membuat 9,7 Juta Orang Menganggur









Menaker Ida Fauziyah.
(Dery Ridwansah/JawaPos.com)











Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung membuat jumlah penganggur di Indonesia terus meningkat. Pandemi membuat ekonomi lesu dan mengganggu bisnis perusahaan.


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2020 ada sekitar 138 juta angkatan kerja. Angka tersebut terdiri dari 128 juta penduduk yang bekerja dan 9,7 juta penganggur dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 7,07 persen.


“Ada kenaikan jumlah penganggur dan TPT yang signifikan. Ini akibat dampak pandemi,” ujarnya dalam acara sebuah diskusi, pada hari Sabtu, 28/11/20.


Baca juga: Fakta Keterkaitan Tedros Adhanom, Faucy dan Bill Gates mengungkapkan: kesehatan dunia selama bertahun-tahun bergantung pada kepentingan mereka.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


BPS juga mencatat 29,12 juta penduduk Indonesia dengan usia kerja yang terdampak langsung oleh pandemi. Hal ini tentu menambah beban sektor ketenagakerjaan.


“Selain itu, ada tambahan 2-2,5 juta angkatan kerja baru yang masuk ke pasar kerja setiap tahunnya,” imbuhnya.


Di sisi lain, Ida mengungkapkan, tantangan yang dialami sektor ketenagakerjaan ialah kompetensi dan produktivitas pekerja Indonesia yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan negara tetangga. Menurut International Labour Organization/Organisasi Buruh Internasional (ILO), tingkat pertumbuhan output tahunan pekerja Indonesia masih rendah bahkan di bawah rata-rata negara dengan penghasilan menengah bawah.


“Tingkat produktivitas pekerja kita juga di bawah negara pesaing kita seperti Vietnam,” ungkapnya.




Selain itu, berdasarkan hasil survei, mayoritas responden merasa bahwa nilai upah minimum yang ditetapkan di Indonesia tidak sepadan dengan produktivitas yang dihasilkan oleh pekerja. Menurutnya, penyebab dari persoalan kompetensi itu ialah latar belakang pekerja Indonesia yang sebagian besar masih lulusan SMP ke bawah.


“Meskipun ada sedikit angin segar untuk masa depan apabila kita melihat pada profil pemuda berumur 16-30 tahun yang bekerja, dimana sudah lebih dari 60 persen yang lulusan SMA ke atas,” pungkasnya.

No comments:

Post a Comment