Laman

Sunday, 8 August 2021

Perjalanan Sentral Susu Bermula dari Bandungsche Melk Center

Perjalanan Sentral Susu Bermula dari Bandungsche Melk Center

Perjalanan Sentral Susu Bermula dari Bandungsche Melk Center


Bandoengsche Melk Centrale (BMC) Bandung /Facebook Bandoengsche Melk Centrale - BMC Resto







Sentra susu terbesar di Indonesia bermula di Pangalengan di Kabupaten Bandung. Popularitas itu sudah ada sejak zaman pejajahan Belanda.




Dahulu kala, peternakan sapi perah dikelola oleh perusahaan Belanda, diantaranya De friesche Terp, Almanak, Van Der Els, dan Big Man. Keempat perusahaan tersebut melakukan pemasaran bersama melalui Bandungsche Melk Center (BMC).


Produk yang dihasilkan BMC saat itu diantaranya susu segar, susu cokelat, es krim, mentega, keju dan krim. Produk-produk tersebut didistribusikan ke Bandung dan Batavia untuk konsumsi masyarakat nonpribumi kala itu.


Hingga kemudian BMC dikenal masyarakat lebih luas. Tepatnya tahun 1932, tak kurang 13 ribu liter susu yang dihasilkan para peternak, susu tersebut kemudian diolah, dipasteurisasi dan didistribusikan ke seluruh pelanggan BMC.


Pada masa kedudukan Jepang, perusahaan-perusahaan tersebut hancur dan sapi-sapi yang tersisa dipelihara oleh penduduk sekitar. Pada saat itulah masyarakat sekitar memulai peternakan sapi perah sebagai usaha keluarga serta pendukung usaha pertanian.


foto facebook


Produk yang dihasilkan BMC saat itu diantaranya susu segar, susu cokelat, es krim, mentega, keju dan krim. Produk-produk tersebut didistribusikan ke Bandung dan Batavia untuk konsumsi masyarakat nonpribumi kala itu.


Hingga kemudian BMC dikenal masyarakat lebih luas. Tepatnya tahun 1932, tak kurang 13 ribu liter susu yang dihasilkan para peternak, susu tersebut kemudian diolah, dipasteurisasi dan didistribusikan ke seluruh pelanggan BMC.


Pada masa kedudukan Jepang, perusahaan-perusahaan tersebut hancur dan sapi-sapi yang tersisa dipelihara oleh penduduk sekitar. Pada saat itulah masyarakat sekitar memulai peternakan sapi perah sebagai usaha keluarga serta pendukung usaha pertanian.


Usaha sapi perah semakin berkembang pesat, sejak tahun 1949 sampai dengan 1960, GAPPSIP berkontribusi besar dalam pengembangan industri peternakan sapi perah di Pangalengan.


Kondisi ekonomi dan politik Indonesia memburuk pada awal tahun 1960, berdampak terhadap perkembangan GAPPSIP. Situasi tersebut diperparah munculnya kehadiran tengkulak dalam pemasaran susu sehingga pada tahun 1963 GAPPSIP tidak lagi bisa membendung keadaan, menghentikan segala aktivitasnya dan tata niaga susu di Pangalengan diambil alih oleh para tengkulak.


Menyadari hal itu masyarakat, pada tanggal 22 Maret 1969 maka disepakati lagi wadah koperasi yang diberi nama KPBS Pangalengan (Koperasi Peternakan Bandung Selatan).






Bersamaan dengan mulainya REPELITA I tanggal 1 April 1969 KPBS Pangalengan resmi dengan pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, dengan bantuan Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan, dan UNICEF. Pada tanggal 8 Juli 1969 KPBS memperoleh Badan Hukum No.4353/BH/IX-18.


Seiring perkembangannya KPBS semakin meningkat dalam segi pelayanan dan segi usaha menerapkan pola agribisnis dan agroindustri, termasuk dalam pembinaan usaha industri rumah tangga, anggota KPBS mendapat bimbingan dan pembinaan dari Departemen Perindustrian Kabupaten Bandung, dengan tujuan lebih meningkatkan mutu produk industri rumah tangga serta membantu memasarkan produk industri rumah tangga ke berbagai daerah.

No comments:

Post a Comment