Laman

Tuesday, 12 October 2021

Ibu Siti Rahmanti Rauf Sang Kreator 'Ini Budi'

Ibu Siti Rahmanti Rauf Sang Kreator 'Ini Budi'

Ibu Siti Rahmanti Rauf Sang Kreator 'Ini Budi'


"Ini Budi..."
"Ini Ibu Budi..."
"Itu Bapak Budi..."
"Itu Ani dan Budi..."
"Ani kakak Budi..."








Buku Paket Bahasa Indonesia tahun 90an, Sangat populer dan familiar dengan ejaan kalimat tentang seorang anak ikonik 'ini Budi' dan keluarganya. Itu sangat akrab dan melekat di anak-anak yang lahir sebelum tahun 1990. Kalimat itu menjadi bagian dari buku pelajaran Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Dasar.






Dalam buku itu Budi digambarkan sebagai anak yang baik. Ia rajin membantu orang tua dan kakaknya, Ani. Budi juga rajin menabung dan beternak. Ia beternak ayam, itik dan kambing.


Yang mengasyikkan, dalam buku pelajaran itu juga dilengkapi ilustrasi wajah masing-masing tokoh, yaitu Budi, Ibu Budi, Bapak Budi dan Ani. Anak-anak yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1980-1990-an tentu sulit melupakan kenangan tentang Budi.


Sang kreator buku tesebut adalah ibu Siti Rahmani Rauf, beliau kini sudah renta, dengan usia 97 tahun tergolek lemah di ranjang rumahnya. Sosok itulah yang dulu menciptakan alat peraga metode baca "Ini Budi", membantu jutaan anak Indonesia era 80-90 an jadi mudah membaca dan mengenal bahasa Indonesia.


Siti Rahmani Rauf ini lahir di Sumatra Barat, 5 Juni tahun 1919 saat itu, Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Lulus dari sekolah Belanda, Ibu Siti mulai mengajar di sekolah,pada usianya yang masih 18 tahun.


Siti Rahmani Rauf (terbaring) dan putrinya (foto: Wisnu/detikcom)


Ibu Siti Rahmani Rauf mendedikasikan diri sebagai guru di Pulau Sumatera selama kurang lebih 15 tahun, sejak tahun 1938 hingga tahun 1953. Pada tahun 1954, ia memutuskan pindah ke Jakarta bersama suami dan anak-anaknya.


Di Ibu Kota, Bu Siti Rahmani Rauf meneruskan profesinya sebagai pendidik. Jabatan terakhirnya adalah kepala sekolah SD Tanah Abang 5, Jakarta Pusat, sampai pensiun pada tahun 1976.



Lahirnya Buku Legendaris



Buku legendaris Ini Budi mulai terbit sekitar tahun 1980-an, ketika itu Ibu Siti Rahmani Rauf mendapat tawaran proyek menyusun alat peraga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang dulu bernama Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).


Pada saat itu buku paket pelajaran Ini Budi sebenarnya sudah ada, namun dibutuhkan alat peraga berupa gambar-gambar yang dapat memperjelas isi buku. Kemudian ibu Siti Rahmani Rauf menerima tawaran itu dan menggarapnya kurang lebih selama setahun tanpa mengharap honor sepeser pun. Ia dengan suka cita mempresentasikan idenya kepada Kementrian Pendidikan. Ternyata gagasannya disambut antusias dan buku Ini Budi pun dicetak dalam jumlah besar dan didistribusikan ke seluruh wilayah Jawa dan Sumatra.


Atas kesuksesan buku peraga bahasa Indonesia Ini Budi yang banyak diminati sekolah, Ibu Siti Rahmani Rauf pun diberi hadiah dengan diberangkatkan haji oleh salah satu penerbit.



Metode Struktur Analitik Sintesis (SAS)



Buku Pelajaran B Indonesia 'Ini Budi' karya Bu Siti ini menggunakan metode pembelajaran bahasa yang sekaligus menggunakan alat peraga. Biasa disebut Struktur Analitik Sintesis (SAS) Bahasa Indonesia. Metode ini dianggap menyenangkan bagi siswa SD pada masa itu sehingga membantu para murid menjadi lebih mudah belajar membaca.


Menurut Herri Mulyono dalam tulisannya Mengapa Buku ‘Ini Budi’ Begitu Dahsyat ?


Dilaman Kompasiana, kaidah-kaidah SAS memang ditujukan dalam pembelajaran bahasa di tingkat pemula. Yaitu dimulai dengan struktur kalimat, dari yang mudah sampai yang lebih kompleks (rumit), dengan tujuan membangun konsep-konsep makna (dari apa yang dipelajari).


Konsep kebermaknaan ini dilanjutkan melalui pengenalan konsep kata, atau kata untuk merefleksikan "makna". Jadi kita bisa melihat mengapa kata-kata, pemisahan suku kata, kalimat benar-benar disajikan secara hati-hati dalam buku Ini Budi ini.


Jika diamati, buku karya Bu Siti Rahmani Rauf ini juga mengusung konsep sustainable (berkelanjutan). Di dalamnya memuat pemodelan satu keluarga, yaitu keluarga Budi. Kita dapat dengan mudah mengikuti aktivitas keseharian keluarga Budi dengan cerita yang saling berkaitan, berkesinambungan dan berjenjang. Tiap seri buku Ini Budi memiliki karakteristik yang khas dan tentunya fungsi dan target pembelajaran masing-masing. Misalnya, bila buku kelas 1 dan 2 masih seputar kata-kata dan kalimat, maka mulai kelas 4 dan 5 siswa disajikan wacana yang lebih kompleks, sesuai dengan perkembangan kemampuan linguistiknya.



Diganti kurikulum 2013



Buku Ini Budi karya Bu Siti ini bertahan cukup lama menemani anak-anak Indonesia. Sampai pada Juni 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh resmi menghapus Ini Budi dalam pelajaran Bahasa Indonesia.


Kemendikbud menggantinya dengan Kurikulum 2013 yang menampilkan beragam tokoh sebagai pencerminan keanekaragaman suku di Indonesia. Misalnya Edo yang keriting mencerminkan orang Papua, lalu ada Siti yang berjilbab, ada Dayu dari Bali, ada juga si Lani yang sipit dari Cina, atau si Beni dari suku Batak. Kesemuanya disusun dengan sistem tematik.


Setelah buku Ini Budi pensiun, Bu Siti pun berpulang pada 10 Mei 2016. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada usia 97 tahun. Bu Siti wafat setelah nyaris 30 tahun berjuang melawan penyakit gula yang dideritanya. Selamat jalan Bu Siti, karya-karyamu sangat berarti dan selalu menjadi kenangan abadi.





No comments:

Post a Comment