Laman

Sunday, 3 October 2021

Presiden Majelis Umum PBB: Saya Disuntik Covishield Buatan India dan Bertahan

Presiden Majelis Umum PBB: Saya Disuntik Covishield Buatan India dan Bertahan

Presiden Majelis Umum PBB: Saya Disuntik Covishield Buatan India dan Bertahan


Presiden Majelis Umum PBB Abdulla Shahid/Net









Perselisihan antara India dan negara-negara Eropa, terutama Inggris, mengenai pengakuan terhadap vaksin Covid-19 Covishield terus memanas.






Baru-baru ini, India memutuskan untuk memberlakukan pembatasan timbal balik terhadap semua warga negara Inggris yang tiba di negara itu, dengan harus menjalani karantina wajib 10 hari bahkan jika mereka telah divaksinasi penuh.


Itu dilakukan setelah orang India yang bepergian ke Inggris harus menjalani karantina 10 hari di bawah aturan perjalanan Inggris baru yang mulai berlaku mulai 4 Oktober. Inggris juga gagal mengakui Covishield.


Presiden Majelis Umum PBB Abdulla Shahid kemudian turut mengomentari perselisihan tersebut.


Dimuat The Hindustan Times pada Minggu (3/10), ia mengatakan telah menerima dua dosis Covishield.


"Saya mendapatkan Covishield dari India, saya mendapat dua dosis. Saya tidak tahu berapa banyak negara yang akan mengatakan bahwa Covishield dapat diterima atau tidak, tetapi sebagian besar negara-negara telah mendapatkan Covishield,” kata Shahid pada konferensi pers pertamanya di Washington.


“Dan saya telah bertahan. Tapi biarkan orang lain, tenaga medis yang menelepon, bukan saya,” tambah pria 59 tahun dari Maladewa itu.


Shahid mengatakan pesan yang dia terima sejauh ini tentang vaksin dari para pemimpin dunia di Debat Umum adalah ada beberapa vaksin yang dinilai paling positif, yaitu dari Amerika Serikat, China, India, dan beberapa negara lain.


Covishield sendiri dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca dan diproduksi oleh Serum Institute of India (SII) yang berbasis di Pune.


"Dan saya bermaksud untuk memanfaatkan kekuatan pertemuan dari Presiden Majelis Umum untuk menyatukan mereka semua pada bulan Januari, dan keinginan saya adalah untuk memastikan bahwa kita semua keluar dari pertemuan Januari dengan jadwal yang jauh lebih optimis di mana dengan ini kita akan dapat memvaksinasi seluruh dunia pada akhir 2022," ujar Shahid.


Shahid mengacu pada rencananya untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum pada Januari untuk membahas upaya dan kesetaraan vaksinasi global.


Kematian di seluruh dunia terkait dengan Covid-19 sudah melampaui 5 juta pada hari Jumat, 01/10/2021, dengan orang-orang yang tidak divaksin.

No comments:

Post a Comment