Banjir yang terjadi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, hampir dua minggu berlalu atau sejak akhir Oktober, 31/10/2021, belum menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa titik menunjukkan kenaikan tinggi muka air.
Berdasarkan data pemutakhiran pada hari Kamis malam, 11/11/2021, pukul 19.00 WIB, cuaca terpantau berawan dan beberapa titik genangan di wilayah Kabupaten Ketapang mengalami kenaikan. BPBD Kabupaten Ketapang telah mengimbau warga setempat untuk selalu waspada terhadap banjir susulan. Pihaknya juga memonitor perkembangan debit air Sungai Pawan.
Sungai dengan panjang 197 km merupakan sungai utama di wilayah Kalimantan Barat. Sungai ini melintasi wilayah Kabupaten Ketapang sebelum bermuara ke Laut Cina Selatan.
Selama banjir seluruh aktivitas ekonomi warga terhenti padahal kebutuhan hidup keluarga di pengungsian tetap harus dipenuhi.
Demi menafkahi keluarganya, sekelompok warga menyediakan jasa ojek perahu di ruas Jl Lintas Melawi, Sintang, yang terputus oleh banjir. Tarif yang dikenakan ke setiap penumpang dan kendaraan bermotor roda dua masing-masing Rp 20 ribu dan Rp 30 ribu.
#BanjirSintang pic.twitter.com/vuihxWPkYh
— Ryandi Dwi Putra Sidi Eddi (@ryandidwptra) November 5, 2021
Alih fungsi kawasan hutan di Kalimantan Barat 'secara masif dan berlebihan' untuk kepentingan investasi perkebunan dan pertambangan, kata organisasi lingkungan, mengancam keselamatan manusia dari potensi bencana ekologis.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), jumlah luas kawasan hutan produksi untuk investasi di Kalimantan Barat (Kalbar) mencapai 12 juta hektare, dari total wilayah 14,7 juta hektare, meningkat lebih dari 100% dibandingkan rencana tata ruang hutan produksi sebesar 6,4 juta hektare.
Salah satu akibatnya, dapat terlihat dari banjir yang terjadi wilayah daerah aliran sungai (DAS) Kapuas, seperti Kabupaten Sintang, Malawi, Sanggau, dan Sekadau, di Kalimantan Barat.
#Sintang #SintangKalimantanBarat #BanjirSintang #KalimantanBarat #BREAKINGNEWS #Lazada1111 #Banjir pic.twitter.com/5IFh19XArG
— Cyy (@Rst_Anjani) November 9, 2021
Kawasan yang tidak pernah banjir kini terdampak banjir.https://t.co/tw3aSXTLEX
— Felix Lasint (@FelixlasinT21) November 9, 2021
Banjir sintang tahun 2021 ini sudah seperti banjir besar tahun 1963.#banjir #sintang #banjirsintang #kalimantan #indonesia
Banjir di Sintang terus berlangsung hingga kini - hampir tiga minggu. Banjir tersebut menurut data BNPB, menggenangi di 12 kecamatan. Sebanyak 140.468 jiwa terdampak banjir dan dua warga dilaporkan meninggal dunia.
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengatakan, banjir disebabkan oleh kerusakan DAS Kapuas yang telah mencapai 70% akibat pertambangan liar dan perkebunan.
Berdasarkan data Balai Pengelola DAS dan Hutan Lindung Kapuas, terdapat lebih dari satu juta hektare lahan kritis dari total 14 juta luas DAS di Kalbar, dan mayoritas berada di DAS Kapuas.
No comments:
Post a Comment