Laman

Thursday, 16 December 2021

Top Dua Siswi di SMPN 6 Kota Bogor Ciptakan Isi Ulang Tinta Spidol dari Daun Ketapang

Top Dua Siswi di SMPN 6 Kota Bogor Ciptakan Isi Ulang Tinta Spidol dari Daun Ketapang

Top Dua Siswi di SMPN 6 Kota Bogor Ciptakan Isi Ulang Tinta Spidol dari Daun Ketapang


Walkot Bogor, Bima Arya saat memberi penghargaan kepada siswi SMPN 6 Kota Bogor./Foto: Adi






SMPN 6 Kota Bogor, dengan dipimpin oleh kepala sekolah Yahman, terus melakukan penelitian berbasis limbah.







Saat ini sudah 17 penelitian limbah yang dikembangkan oleh SMPN 6 Kota Bogor sejak tahun 2007-2021.


Bahkan dari hasil penelitian limbah tersebut, telah banyak prestasi yang ditorehkan.


Terbaru prestasi ditorehkan oleh Nova Navasya dan Zahra Fadhilah Susanti siswa SMPN 6.


Pemenang juara satu lomba inovasi mengolah daun ketapang kering menjadi isi ulang tinta spidol dalam acara Kreativitas Inovasi Urang Bogor (Kribo) yang diselenggarakan oleh Badan Pembangunan dan Perencanaan (Bappeda) Kota Bogor belum lama ini.


“Jadi, karena sekolah kami banyak pohon ketapang limbah daunya yang berjatuhan, sehingga membuat halaman sekolah kami kotor dan merusak estetika lingkungan. Saat itu terpikirlah oleh kami untuk membuat sesuatu dari limbah daun ketapang itu,” beber Guru Pembimbing Nova Navasya dan Zahra Fadhilah, Rini Sri Wilujeng kepada Pojokbogor.com saat ditemui di sekolahnya, di Jalan Semeru, Gang Kelor, Kelurahan Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, hari Rabu, 15/12/2021.


Siswi SMPN 6 Kota Bogor sedang mengolah daun ketapang./Foto: Istimewa


Namun, bukan hanya daun ketapang, pihaknya juga memanfaatkan limbah yang ada di lingkungan sekolah.


“Jadi, dari sekian banyak bahan itu kita inovasi untuk dijadikan isi ulang tinta spidol,” ucapnya.


“Kribo pertama kali digelar 2019 dengan jumlah peserta 39 peserta, 2020 tidak digelar akibat Pandemi Covid-19. Di 2021 peserta mengalami kenaikan dua kali lipatnya menjadi 76 di antaranya SMP dan SMA 27 peserta, PTN dan lembaga penelitian 13 peserta dan masyarakat umum 36 peserta,” ujar Rudy, pada Rabu,01/12/2015.






Rudy menjelaskan, poin-poin yang dinilai juri antara lain kebaruan, kemanfaatan dan pengembangan dari inovasi. Setelah mengumumkan pemenang ini, Pemkot Bogor akan memfasilitasi semua inovasi para juara untuk memenangkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Namun sebelumnya akan ada produksi dan kemudian diproduksi secara massal dengan dinas terkait.


“Jadi memang inovasinya tidak berhenti di lomba. Tahun depan kita akan mempersiapkan lomba Kribo lebih baik lagi, tahun ini pun kami sempat ragu tapi Alhamdulillah ada peningkatan peserta, total hadiah hampir Rp 100 juta,” jelasnya.


Sang Juara 1 Kategori Sekolah, Nova Navasya, yang merupakan siswi SMPN 6 mengatakan, dia membuat inovasi daun ketapang kering menjadi tinta spidol bersama rekannya, Zahra Fadhilah Susanti.


Nova menceritakan, awal ide itu tercetus ketika melihat limbah daun ketapang kering di halaman sekolahnya. Tanpa diduga, inovasinya membawa ia dan Zahra meraih juara.


Dia menjelaskan, daun ketapang kering yang diperoleh, dijemur di bawah sinar matahari selama dua hingga tiga hari. Daun ketapang yang sudah kering lalu di blender, kemudian dimasukkan ke dalam kapot ditunggu sampai sari daun ketapang keluar. “Kemudian didiamkan pakai paku berkarat dan jagung, jadilah tinta spidol yang harganya lebih murah dan ramah lingkungan,” katanya.


Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, mengatakan sejak 2014 Pemkot Bogor berusaha melakukan tiga hal terkait tantangan melakukan hal baru. Pertama, membangun kultur inovasi bagaimana semua terbiasa dengan hal-hal baru.


Pada awal 2019, ia meminta Bappeda mengambil posisi strategis untuk memimpin sektor dalam hal dan berkreasi. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pun gambar-gambar dan berkreasi. Hasilnya di 2019 dan 2020 Kota Bogor dinobatkan menjadi Kota Paling Inovatif.“Tapi saya sadar ternyata yang menjadi PR bukan menumbuhkan kulturnya, tapi dua hal yakni sumber dari inovasi tidak boleh terbatas. Inovasi harus dibuka untuk semua bukan hanya ASN, tapi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Sehingga saja menumbuhkan inovasi tapi membuka ruang kolaborasi bukan,” imbuhnya.


Bima Arya melanjutkan, cara kedua bagaimana agar inovasi menjadi kelembagaan dan berlanjut. Sehingga siapa pun wali kotanya nanti mengembangkan suatu sistem yang inovasinya terdepan, ada perwali, kegiatan, inovasi dan menghasilkan hal yang baik.

No comments:

Post a Comment