Mariupol, yang telah menjadi basis operasi batalion Azov, kaum nasionalis mencegah evakuasi penduduk setempat dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia saat mereka melancarkan serangan balasan terhadap pasukan Rusia yang maju dari rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur sipil lainnya.
Selama tiga hari terakhir, pasukan Rusia membantu mengevakuasi 59.304 orang, termasuk 139 warga asing, dari kota yang terkepung ke Rusia, kata kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, Mikhail Mizintsev, Minggu.
Pejabat Kiev mendorong kaum nasionalis di kota yang terkepung untuk menjadi "contoh ketahanan," mengorbankan diri mereka sendiri sehingga mereka akan diberi status "martir Mariupol," menurut Kementerian Pertahanan Rusia. Untuk mencapai tujuan ini, Ukrania diberi lampu hijau untuk menggunakan lebih dari 200.000 penduduk kota sebagai "perisai manusia."
Aparat penegak hukum Republik Rakyat Donetsk (DPR) berencana mengumpulkan bukti semua kejahatan yang dilakukan oleh batalyon nasionalis Ukraina di kota Mariupol, kata Utusan HAM DPR Daria Morozova kepada Sputnik.
“Kami akan melanjutkan pekerjaan yang sama yang sedang dilakukan sekarang di semua wilayah yang dibebaskan, misalnya, di kota Volnovakha. Dan semua orang yang telah melanggar hukum, semua orang yang telah melanggar Konvensi Jenewa dan norma-norma hukum internasional, dan undang-undang mereka sendiri, Ukraina, akan diadili. Ini akan diadili di masa depan di pengadilan, kami tidak akan mundur," kata Morozova.
Ia menegaskan, orang-orang yang dievakuasi dari Mariupol ke DPR sudah sangat marah atas tindakan formasi bersenjata Ukraina yang menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup di Mariupol dan mengambil makanan dari rakyat biasa, termasuk ibu-ibu dan anak-anaknya.
No comments:
Post a Comment