Dini hari Kamis, tanggal 10 November 1949, pasukan Inggris dari Divisi 5 India — sebagian besar adalah orang Sikh dan Gurkha — mulai bergerak maju ke Surabaya di bawah perlindungan pemboman laut dan udara. Meskipun lebih dari 30.000 tentara Inggris dikirim dalam waktu tiga minggu, mereka terpaksa bertempur jalan demi jalan karena lebih dari 100.000 milisi nasionalis Indonesia berkumpul untuk mempertahankan kota tersebut bersama 20.000 tentara reguler.
Meskipun terdapat perlawanan yang kuat dan terkadang fanatik dari pihak Indonesia, separuh kota berhasil ditaklukkan dalam waktu tiga hari, sedangkan keseluruhan pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Perkiraan jumlah korban tewas dan luka bervariasi, namun sekitar 15.000 warga Indonesia tewas sementara pihak Inggris mencatat sekitar 600 korban jiwa.
Pasukan Inggris, dengan sejumlah kecil pasukan Belanda, sebelumnya sudah mencapai Surabaya pada bulan Oktober dan menguasai kota itu. Konflik pecah pada tanggal 27 Oktober ketika Jenderal Inggris Mallaby terbunuh, mobilnya terbakar dan ketika negosiasi gagal, pasukan Inggris melancarkan serangan besar-besaran.
Peristiwa 10 November dimulai saat kedatangan tentara sekutu yang diboncengi Netherlands Indies Civil Administration (NICA) pada 25 Oktober 1945 di Surabaya.
Mereka datang dengan niat tersurat untuk mengamankan para tawanan perang, melucuti senjata Jepang, dan menjaga ketertiban.
Namun, niat yang tersirat mereka memboncengi NICA, yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sother Mallaby justru masuk ke Kota Surabaya dan pos pertahanan. Hal itu dianggap sebagai langkah peperangan kepada Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang didominasi tentara Inggris menyerbu penjara dan membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Indonesia.
Mereka juga memerintahkan agar masyarakat Indonesia menyerahkan senjata mereka. Perintah itu secara terang-terangan ditolak oleh Indonesia.
Hingga pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo menyerang pos-pos pertahanan Sekutu dan berhasil merebut tempat-tempat penting.
Pada 29 Oktober, terjadi gencatan senjata antara pihak Indonesia dengan pihak Inggris. Namun, bentrokan-bentrokan bersenjata masih terjadi antara masyarakat Surabaya dengan tentara Inggris.
Puncak dari bentrokan itu adalah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada 30 Oktober 1945.
Kematian sang jenderal itu membuat Inggris marah. Inggris pun mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 oleh Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang menggantikan Jenderal Mallaby.
Berikut ultimatum dari Mayor Jenderal Robert Mansergh:
- Seluruh pemimpin Indonesia di Surabaya harus melaporkan diri.
- Seluruh senjata yang dimiliki pihak Indonesia di Surabaya harus diserahkan kepada Inggris.
- Para pemimpin Indonesia di Surabaya harus bersedia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
Ultimatum tersebut tidak digubris oleh warga Surabaya. Pertempuran besar pun tak terhindarkan.
Pada 10 November 1945 pukul 06.00 pagi, Inggris menggempur Kota Surabaya dari berbagai penjuru. Untuk menghancurkan Surabaya, Inggris mengerahkan segenap daya dan upayanya, dari darat, laut, dan udara.
Kekalahan Indonesia di Surabaya, namun gerakan nasionalis Indonesia yang masih muda membuktikan kepada Inggris dan dunia bahwa mereka tidak akan menerima kembalinya pemerintahan kolonial Belanda setelah Perang Dunia II. Di Surabaya, ribuan pemuda dibantai, seringkali dalam bentuk tindakan heroik namun tidak dapat dimenangkan Inggris dan Belanda karena melawan strategi gerilya dan posisi lawan berada di area yang lebih tinggi.
Perang di Surabaya dianggap sebagai pertempuran yang tidak setara. Pasukan Inggris yang berperalatan lengkap dan terlatih memerangi milisi yang dibentuk secara tergesa-gesa dan hanya memiliki sedikit senjata – sebuah pertempuran yang biasa terlihat pada patung-patung peringatan di Indonesia sebagai ‘penindasan brutal’ terhadap ‘pejuang kemerdekaan’.
Sebagian besar resonansi organik Surabaya, para pemuda ‘ditebang pada masa puncaknya’. Di Indonesia, mereka masih sangat muda. Banyak dari unit-unit Pemuda yang tidak teratur sebenarnya dibentuk berdasarkan nama sekolah menengah tempat mereka direkrut. Kata pemuda secara harfiah berarti ‘pemuda'
Arek - Arek Surabaya tidak lepas dari kobaran api semangat dari Sutomo yang dikenal dengan Bung Tomo, beliau saat itu berusia, 25 Tahun.. sekali lagi 25 tahun. Diusianya mampu menyusun kata kobaran semangat yang membangkitkan semangat kaum muda saat itu.
Berikut isi pidato Bung Tomo:
Bismillahirrahmanirrahim.
MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan dalam waktu yang mereka tentukan untuk menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangan tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.
Saudara-saudara,
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan, bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang lick dari pada mereka itu, saudara-saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka, kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran, tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara,
Kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini, akan menerima tantangan tentara Inggris itu dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini tentara Inggris, ini jawaban kita, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian
Hai tentara Inggris,
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu, kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau menyuruh kita membawa senjata senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu, tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita: selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapa pun juga.
Saudara-saudara,
Rakyat Surabaya, siaplah!
Keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
Dan untuk kita, saudara-saudara, Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan, kita yakin, saudara-saudara, Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah, saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!
Tokoh Sentral Kaum Muda Yang Menjaga keutuhan NKRI 10 November 1945
- Mayjen Sungkono 35 Tahun (1911 - 1945)
- Mayjen Moestopo 32 Tahun (1913 - 1945)
- Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo 47 tahun (1898 - 1945)
- Mayjen HR Mohammad Mangoendiprodjo 40 Tahun (1905 - 1945)
- Abdul Wahab Saleh 22 Tahun (1923 - 1945)
- KH Hasyim Asy’ari 74 Tahun (1871 - 1945)
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel- Daftar bimbel TES SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO