Peneliti sekaligus Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Trisna Priadi mengatakan mutu kayu cepat tumbuh yang saat ini banyak digunakan di sebagian besar bangunan dan rumah rentan dari ancaman 'Biodeteriorasi' dan menjadi target serangan organisme perusak, seperti rayap yang mengakibatkan kayu cepat keropos dan lapuk
"Lebih dari 80 persen rumah di Bogor, Jakarta, Lembang, Serang, diserang rayap dan jamur pelapuk sehingga kayu cepat keropos," kata Trisna pada wartawan saat Orasi Ilmiah Guru Besar IPB.
Menurut Trisna, data tersebut meupakan hasil survei yang menyatakan jika rumah ancaman biodeteriorasi pada kayu dari pohon cepat tumbuh yang banyak digunakan masyarakat, terutama di wilayah Jabodetabek sehingga kayu cepat keropos. "Serangan Jamur pelapuk banyak menyerang komponen bangunan yang sering terbasahi, sedangkan rayap dapat menyerang kayu kering maupun basah," kata dia.
Trisna mengatakan tingginya permintaan dan penggunaan kayu struktur bangunan rumah di wilayah Jabodetabek menyebabkan peningkatan produktivitas kayu dari hutan tanaman umumnya dari jenis cepat tumbuh, "Padahal mengandung kayu muda, bermasalah dalam stabilitas dimensi dan ketahanannya dari organisme perusak," kata dia.
Tingginya risiko biodeteriorasi kayu pada bangunan di Indonesia juga, menurut Trisna, didukung dengan iklim tropis yang hangat, lembab dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. "Hasil uji lapang tanpa menyentuh tanah selama 45 hari mengungkapkan bahwa kayu sengon, mahoni, mangium dan nangka mengalami penurunan berat jenis yang signifikan oleh serangan jamur," kata dia.
Sedangkan untuk pemanasan di atas 150 derajat Celcius meningkatkan stabilitas dimensi kayu sengon dan mangium dengan nilai anti swelling efficiency yang meningkat seiring dengan peningkatan suhu dan waktu pemanasan. "Modifikasi ini dilakukan agar sifat higroskopisitas kayu juga berkurang sehingga mengurangi resiko serangan jamur," kata Trisna.
Dalam perlakuan panas pada kayu cepat tumbuh berhasil meningkatkan stabilitas dimensi dan ketahanan terhadap jamur pelapuk. "Ini menurunkan sifat higroskopisitas kayu serta memodifikasi warnanya," kata dia.
Bahkan penggunaan minyak nabati, terutama kemiri dengan pemanasan 140 derajat Celcius meningkatkan efektivitas pengawet kayu senyawa boron dalam menahan pencucian, serangan jamur pelapuk dan rayap sehingga mendukung penggunaan kayu dalam fungsi eksterior.
"Memang biaya produksi kayu agar terhindar dari ancaman biodeteriorasi cukup mahal, tapi dengan modifikasi ini kualitas kayu pun terjamin," kata Trisna.
BIODETERIORASI KOMPONEN KAYU RUMAH DI BEBERAPA DAERAH YANG BERBEDA SUHU DAN KELEMBABANNYA
Biodeterioration should be controlled properly for efficient and sustainable forest products (woods) utilization. This research aimed to know the distribution of wood biodeterioration in house structure; the biodeterioration intensity and its economic loss in Lembang, Bogor, Serang and North Jakarta, which were different in temperature and humidity. The survey was conducted to 200 houses in the four places. The result showed that wood biodeterioration occured in most (90%) house buildings. Doors, windows and roof structures were the most frequent attacked by biodeterioration agents. Decay fungi attacked wet wooden house components, mainly lisplank and ceiling, whereas termites attacked mainly doors, windows, poles and walls. The volume of damaged wooden house components in Lembang and Bogor were higher than those in the warmer and drier regions, Serang and North Jakarta. The average economic loss due to wood biodeterioration in a houses was about Rp28 000/year. However the economic loss per region was quite high, about two billion rupiahs per year in Serang and more than eight billion rupiahs in Bogor City.
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO
CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel TES SMAKBO
No comments:
Post a Comment