Showing posts with label KEBENARAN BUKAN KEBETULAN BUKAN PULA KEPASTIAN. Show all posts
Showing posts with label KEBENARAN BUKAN KEBETULAN BUKAN PULA KEPASTIAN. Show all posts

Thursday 10 June 2010

KEBENARAN BUKAN KEBETULAN BUKAN PULA KEPASTIAN

KEBENARAN BUKAN KEBETULAN BUKAN PULA KEPASTIAN


Kebenaran merupakan bentuk kata benda abstrak, menunjuk pada sebuah nilai asal katanya benar. Kaidah bahasa umum dari kesadaran sekarang, kebenaran bisa bermakna hukum / aturan.




Nah kalau dalam pendekatan praktis bahasa komunikasi diambil dari serapan kultur dialeg gaulisme, maknanya bisa bermakna kebetulan.
contoh:


  • "kebenaran saja moodnya lagi bagus.."


  • "Harus di uji kebenarannya.."
    Berarti kebenarannya belum teruji. dst.


Pengujian kebenaran harus dibutuhkan alat uji/perangkat uji, bisa teori sintesa, bisa juga dibutuhkan alat tambahan yang terdiri dari bermacam alat aksi uji / pereaksi menurut standard aturan berdasarkan satu kesepakatan bersama yang berlaku. Problemnya kebenaran itu sendiri makna abstrak, berbeda dengan asal katanya, benar.


Kembali kepersoalan pengujian. Hasil uji, biasanya tidaklah 100% akurat, maka dibuat standard toleransi kurang lebih plus minus 5%. Bila telah memenuhi angka 5% plus minus, bisa dikatakan layak pakai, kebenarannya sudah teruji berdasarkan stempel ini itu, boleh dalam lingkup berskala Nasional dan atau skala Internasional. Dan yang jadi masalahnya apa bahan standarnya jika yang dijadikan nilai standarnya bernilai abstrak?


Kembali kepersoalan pengujian. Dalam pengujian pada hasil ujinya harus akurat berdasarkan standard yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tapi ini l karena tentang nilai kebenaran yang dibikin standard yang mana nilainya sendiri bernilai abstrak. Katakanlah pada sebuah sample uji tentang kebenaran, maka hasil boleh tidak persis akurat dari standard dan ini ada aturannya.


Keakurasian hasil uji ditetapkan nilai toleransi, setiap hasil uji kebenaran itu nilai akurasinya bisa 5% plus minus, ditambah proses uji berdasarkan SOP menurut ini dan itu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang berlaku saat itu, artinya SOP bisa berubah / berkembang / dikembangkan sesuai perkembangan issue, dinamika, kemajuan masyarakat nasional dan atau internasional pada masa itu, termasuk perubahan situasi kondisi alam dan peradaban.


Jadi tidaklah haram bila dikatakan kebenaran itu bukan kepastian absolute. Banyak yang bisa dijadikan contoh pada beberapa bentuk percakapan yang menyisipkan kata kebenaran untuk mempertajam kata kebenaran itu sendiri, sekalipun demikian bukan dalam rangka mau mempertegaskannya.


Namun kurang tepat juga bila kebenaran itu sama dengan kebetulan, meski layak mirip dengan bahasa dialeg gaulisme bila dilihat contoh diatas, juga hampir , malahan bisa dikatakan sama maknanya pada bentuk akar katanya, antara kebenaran dan kebetulan, betul = benar.


Lalu kebenaran yang manakah yang pasti benarnya, betul-betul benarnya, sulit dirujuk salahnya menurut teori sintesa dan atau akal sehat




Terus kenapa mereka ukur benar dan salah norma hidup beradab itu disandarkan pada kebenaran, sedangkan kebenaran itu nilainya abstrak?


Apa tidak ini akan membikin abu - abu?


Membikin hasil setiap bahan yang diuji diukur oleh nilai kira - kira ?


Bandingkan ini dalam membuat bangunan bertingkat, bagaimana jika dibangun berdasarkan rumusan kira - kira, akan jadi, kokoh berdiri atau sebaliknya pagi dibangun sore ambruk?


Berdasarkan rumusan robert mac icer, bahwa pada setiap aturan dalam satu masa, berdasar apa pun adalah penyempurnaan dari teori & aturan kebenaran sebelumnya, dalam arti peraturan dibuat mengikuti perubahan zaman. Bahkan iver menyimpulkan kehidupan yang stabil dari sebuah lingkungan dari masyarakat relative.


Dari sanalah muncul hukum relativitas pada teori fisika, kemudian dalam kaitan norma mac iver menggambarkan status sosial dalam satu kemasyarakatan yang disebutnya web piramidal.


Itulah aturan yang berlaku di dunia sekarang meski berbeda bunyi konstitusinya, berbeda sistimnya. Semua sama landasan berpikirnya. Berdasarkan teori kebenaran, teori relative. Teori yang tidak masalah jika kurang akurat.


Bandingkan dengan nilai kepastian, kalau 1 + 1 = 2, maka sampai 100 abad kedepan pun akan tetap 2, tidak akan berubah. Sedangkan Kebenaran mengikuti rasa dan logika yang berkembang pada saat itu.


Dalam uraian ini memang tidak jelas gamblang kearah mana yang dijadikan sasaran pokok pembahasan dan penjabarannya. Karena memang dibuat begini, sebagai orientasi terhadap apa yang menjadi alam pikir umat sekarang yang membentuk pola pikirnya. Jadi menjawab terhadap tantangan yang ada itu bukan tujuan utama dari uraian ini.


Ini hanyalah  konstatering atas apa yang menjadi alam pikiran sekarang yang dipuja oleh umat manusia di funia tentang kebenaran.




Ini adalah satu kepastian kenyataan hidup yang sudah, lagi, akan terjadi, bahwa kebenaran itu akan selalu jadi pedoman umat manusia. Meski kebenaran itu bukan kepastian, yang didalam nilai kebenaran nilainya benar- benar pasti, yaitu sebuah kebenaran tentang sesuatu yang bisa dikatagorikan pasti antara nilai benar dan salahnya menurut apapun aturannya, tapi belum bisa di stempel sebagai satu kepastian benar dan salah.


Oleh sebab itu, tidak salahlah bila setiap teori kebenaran yang berjalan gampang untuk dibantah, dikoreksi, diperdebatkan dan dipersungutkan dengan berapi-api diatas polesan jas with make up be a more young and happy or be a excellent performance from pujangga - pujangga politiktus layar kaca. Bahkan ketika dijalankan tidak jarang terjadi benturan atau ada yang tidak ter-cover dalam aturan. Kemudian mereka lakukan perubahan. Mengacu pada teori mav iver, demikianlah nilai


Kebenaran yang tidak diragukan lagi nilai benar dan salahnya, pasti benar kalau tidak salah, pasti salah kalau tidak benar adalah hanya dua barangkali;


  • 1. rasa alam, contoh gula itu manis, kopi itu hitam kecoklatan pahit, disatukan dilarutkan menjadi manis kepahit-pahitan. Yang lainnya

  • 2. Teori dariNYA.
    Kepastian kebenaranNYA, tidak diragukan (albaqarah ayat 1, 2), namun banyak ragu tapi slalu mengagung-agungkan. Tidak sedikit pula yang yakin betul, mengagung-agungkan tapi salah kapruk, salah kaprah.


Ini kebenaran saja, lagi pengen nulis, kebetulan juga belum ada kepastian jadi makan nasgor suhah apa tidak..


Dari pada menghitung kancing, lebih baik memastikan pilihan saja, aku pilih menulis sambil makan nasgor suhah.


Jadi kalau melihat situasinya kekejaman di tanah palestina, jadi teringat pada satu makna:
"Segudang kasih sayang tidak ada artinya bila tidak di kembalikan kebenaran pada khitah teori kepastian dari sang Pencipta..QS"


Kalau begitu, kebenaran bukanlah kebetulan, juga bukan pula kepastian.





on my Facebook:
http://www.facebook.com/ahmad.hanafiah/notes.