Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memaparkan letusan Gunung Anak Krakatau pada 4 Januari lalu. Letusan tersebut merupakan bagian dari mekanisme gunung berapi membentuk dirinya kembali setelah separuhnya pecah pada letusan Desember 2018 lalu. yang memicu tsunami yang merusak.
Saat Anak Krakatau terbentuk secara alami, Koordinator PVMBG Gunung Api Oktory Prambada mengingatkan bahwa bahaya yang terus ada adalah lahar dan serentetan letusan kecil. “Sejak 2019 sudah ada aliran lahar yang akhirnya membentuk gunung baru,” imbuhnya.
Letusan pada 4 Januari 2023, menghasilkan awan abu yang mencapai ketinggian tiga kilometer di atas permukaan laut, yang menurutnya terutama disebabkan oleh sumbatan di bawah kawah gunung yang menyebabkan tekanan berlebih.
Mengutip laman Magma Indonesia yang dikelola Badan Geologi, letusan Gunung Anak Krakatau kembali terjadi pada Kamis pagi, pukul 00:13 WIB. Ketinggian kolom abu teramati kurang lebih 750 meter di atas puncak gunung.
Pihak berwenang telah memberlakukan status Peringatan Level 3 yang menetapkan 'zona bahaya' radius 5 kilometer.
"Masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif," ujar PVMBG
“Di luar itu masyarakat masih bisa beraktivitas sehari-hari,” kata Koordinator PVMBG Gunung Api Oktory Prambada pada 5 Januari lalu.
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Ade Yasser Akhmad Purwata, petugas pos pantau GAK Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, yang diunggah ke aplikasi resmi Magma Indonesia, kolom abu berwarna hitam tebal mengarah ke timur.
Erupsi itu terekam di alat seismogram dengan amplitudo maksimum 65mm dan berdurasi 1 menit 37 detik.
Dalam laporan lain, letusan gunung berapi di Selat Sunda itu terjadi juga pukul 14.10 WIB di hari yang sama, dengan ketinggian abu 100 meter.
Abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal, mengarah ke timur. Letusan tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40mm dan berdurasi 20 detik.
Saat ini, Gunung Anak Krakatau berstatus siaga atau pada Level III, dengan larangan mendekat dalam radius 5 kilometer guna menghindari material letusan.
"Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 20 detik," ungkap PVMBG dalam akun Twitter resminya, Rabu, 04/01/2023.
Terjadi #erupsi G. Anak Krakatau pada hari Rabu, 04 Januari 2023, pukul 14:10 WIB. Tinggi kolom letusan teramati ± 100 m di atas puncak. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 20 detik. #PVMBG @id_magma https://t.co/mpIZTr44Zi
— PVMBG (@PVMBG_) January 4, 2023
"Terjadi #erupsi G. Anak Krakatau pada hari Rabu,04 Januari 2023, pukul 15.09 WIB. Tinggi kolom letusan teramati 3000 m di atas puncak. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung," tulis akun Twitter PVMBG lagi.
Perlu diketahui, sejak April 2022 aktivitas Gunung Anak Krakatau terpantau meningkat, sehingga statusnya berada pada Level III (Siaga). Akibatnya, masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif.
Terjadi #erupsi G. Anak Krakatau pada hari Rabu, 04 Januari 2023, pukul 15:09 WIB. Tinggi kolom letusan teramati ± 3000 m di atas puncak. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung. #PVMBG @id_magma https://t.co/kw0w8NTIwC
— PVMBG (@PVMBG_) January 4, 2023
Hari ini, PVMBG melaporkan, Anak gunung Krakatau kembali terjadi erupsi, pada hari Kamis siang, 5 Januari 2023, pukul 13.00
Terjadi #erupsi G. Anak Krakatau pada hari Kamis, 05 Januari 2023, pukul 00:13 WIB. Tinggi kolom letusan teramati ± 750 m di atas puncak. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung. #PVMBG @id_magma https://t.co/JPiPgneVmf
— PVMBG (@PVMBG_) January 4, 2023