Tuesday 24 April 2012

Tawuran Bagian Dari Budaya Bangsa

Tawuran Bagian Dari Budaya Bangsa
Perkelahian masal atau akrab sering disebut tawuran, jadi sering terjadi. Tawuran bukan lagi satu - satunya menjadi milik pelajar. Ada tawuran antar kampung di beberapa tempat masih dianggap rawan terjadi letupan - letupan. Ada tawuran antar suporter bola, suporter bola dengan warga. Tawuran antar geng. Dan yang semodel dengan tawuran, pertikaian sengketa lahan... dan masih banyak lagi.. dengan bermacam peristiwanya. Itulah potret sisi kelam di negeri ini.

Melihat kenyataan sisi kelam ini, layak untuk kita berlapang dada, kalau tawuran itu diakui sebagai bagian dari budaya bangsa kita. Tawuran merupakan expresi dari bentuk semangat kebersamaan, peleburan dari rasa solidaritas. Tentunya, ujud dari kebersamaan, kebersamaan  pada sisi negatif dari sebuah kehidupan sosial budaya, yakni sebagai bentuk penyimpangan dari kaidah normatif yang telah dinormakan. atau penyakit buruk prilaku sosial atas sebuah pemahaman rasa solidaritas.

Pengecualian untuk tawuran antar pelajar dan tawuran antar suporter, secara umum, inti yang melatarbelakanginya adalah persoalan adanya ketidakadilan atau menganaktirikan. Dan mudahnya mereka terpancing kedalam kemarahan masal oleh sedikit letupan (gampang terprovokasi) diatas semangat kebersamaan pada sisi negatif, secara kasat mata bisa dilihat suasana keseharian dan ruangan di wilayahnya. Secara umum adalah masalah status sosial dan tingkat taraf ekonominya, diatas kondisi itu terbentuk rasa yang sama senasib seperuntungan, dimana rasa ini mudah sekali meledak kapan saja ketika menyentuh ke persoalan rasa dan harga dirinya. Kemudian diterjemahkannya kedalam tindakan  masal sebagai ungkapan kekuatan harga dirinya, yang mereka sebut itu adalah bentuk  dari rasa solidaritas.

Doeloe ada tawuran antar kampoeng yang sudah terus menerus dari generasi ke generasi, sudah seperti tradisi musim - musiman. Tapi sudah tidak lagi, setelah sebagian besar warga di kedua belah pihak, hidupnya sejahtera. Jadi sepertinya, dari sedikit gambaran diatas, ada korelasi antara tingkat kemakmuran dengan semangat tawuran. Cuma hipotesa ini masih mentah, karena ini seolah terpatahkan oleh adanya tawuran antar pelajar, tawuran antar suporter, tawuran antar geng, kemudian tontonan itu dilengkapi oleh bagaimana sikap para anggota dewan, kalau mereka ketemu sidang yang alot, deadlock, tidak ada kata sepakat, maka membahanalah keluar gemuruh sorak cemooh disana, kesemuanya sadar atau tidak sadar memberikan contoh membentuk karakter yang sama pada generasi berikutnya. 

Berkaca dari gambaran di atas, dilihat pada status sosialnya. Dimana sebagian besar dari mereka itu, apalagi anggota dewan, bukanlah kelompok dari golongan orang  - orang yang minim taraf hidupnya, bahkan daiantar mereka, rata - rata diatas lebih diatasnya lagi diatas rata - rata hidup sejahtera.

Lalu apa esensi dari tawuran ini kalau kita tak sudi mau berikhlas hati, mengatakan itu adalah bagian dari budaya bangsa? 

Exploitasi kemarahan yang membabi buta secara masal, amuk masa tak terkendali tiada mampu diredam jua, dihati - hati mereka, sekalipun pendidikan moral/ahlak slalu dikumandangkan dimana -mana? Belum lagi gaya petangtang petengteng karena mentang - mentangnya. Jika kita ada disana, ditengah - tengah amukan, seperti berada di ruangan angker, kaya di alam liar, bringas dan buas. Seperti sebuah negara yang tak bertuan, negara yang tidak ada negaranya.

Setiap negara memiliki dasar negara sebagai titik pijaknya disaat akan melangkah. Salah satu dasar dari dasar negara kita, adalah kerakyatan sama dengan kebersamaan semangat bergotong royong, bermusyawarah untuk mufakat, kemudian kata khidmad memberikan pembatasan bagi tumbuhnya semangat kebersamaan yang negatif dan anarkis, dengan kata lain semangat keinginan mau menegatifkan sikap solidaritas negatif. Tapi apa mau dikata, secara tidak sadar, banyak yang memberi contoh bagi tumbuhnya semangat mufakat kearah negatif, membuat persekutuan - persekutuan yang memancing saling berbisik saling menghasut, walau awalnya mungkin tidak sampai kearah itu, tapi mungkin pula lupa, sebab siapa yang membendung kebiasaan berbisik dalam persekutuan?

Ini baru satu, belum dikaitkan lagi dengan dasar - dasar dari dasar negara yang lainnya. Maka dibutuhkanlah sebuah teori/ ajaran yang mampu menjawab dari semangat yang terkandung dalam dasar negara kita. Sayangnya semua sudah menerima kalau dasar negara ( Pancasila) itu Ideologi. Yang padahal itu adalah visi yang melekat dengan misi yang mulia.

Kembali pada masalah kebersamaan pada sisi negatif, jika dilihat pada manusia sebagai mahluk sosial, ia sama dengan mahluk lainnya. Essensi mahluk sosial itu hidupnya berkelompok dalam mencari makan, menjaga lingkungannya batas kekuasaan. Jadi setiap mahluk hidup bisa bringas ketika wilayahnya dinganggu. Begitu dengan manusia, bringas pada manusia itu insting untuk menunjukkan kekuatannya, sama kaya mahluk lain, homo humini lupus.  Yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya, selain sebagai mahluk sosial, manusia juga sebagai mahluk budaya. Budaya inilah yang memberikan penilaian "kebersamaan pada sisi negatif" pada hal - hal kehidupan yang tidak beradab atau biadab. Sedangkan kehidupan biadab jika dilihat dari sisi mahluk sosial ansih, itu kebersamaan yang semodel itu tidak biadab tapi alamiah, gerak ilmiah semua mahluk sosial.

Maka essensinya disini adalah pada persoalan budaya. Pembentukan budaya itu melalui proses pendidikan.
Jadi berbagai hiruk pikuk aneka tawuran yang sampai dengan hari ini terus saja muncul itu muaranya pada persoalan pendidikan.

Dalam hal ini bukan mau menampikkan hasil pendidikan. Dan memang tidak semuanya buruk dari hasil penyelenggaran pendidikan di negeri kita.. Tapi tengoklah sudah berapa lama negara ini berdiri?

Menulis Bukan Profesi

Menulis Bukan Profesi
Setelah sering secara sekilas melihat beberapa judul dan isi dari tulisan seputar tentang nulis menulis dan profesi menulis. Mendorong saya untuk menyampaikan sesuatu, yang mudah - mudahan bisa menjadi sesuatu.

Setiap kali membaca, intinya hampir sama, kesemuanya didorong oleh motivasi kalkulasi uang. Tidak salah  tentunya jika penulis memberikan penilaian, kebanyakan sebagian orang tergiur untuk jadi penulis, salah satunya oleh pengaruh iming - iming hitungan duit, dari situ kemudian mencoba dengan kerasnya menulis, agar terwujud hasil segera seperti dalam gambaran dari kalkulasi uang, dengan kata lain impiannya.

Ketika hasil ternyata tidak sesuai dengan harapan, banyak yang patah arang. Sedangkan yang bertahan berusaha menengkan hatinya sendiri, biasanya untuk sekedar menjaga rasa kecewa terdalam dari jerih payahnya tidak terus menyakiti hidupnya, muncullah kata - kata kiasan pembelaan : "walau penjualan minim saat ada yang membeli adalah saat terindah seperti melahirkan bayi yang disenangi orang lain", " tidak masalah belum ada yang beli, kami senang ketika tulisan kami sudah beredar di etalase toko - toko buku", dsb. Beginilah semisal ungkapan bilamana menulis didasari motivasi imbal balik.

Maka seperti merek roti eceran silih berganti nama merek menghiasi etalase elang warung - warung di pinggiran jalan, jadi seperti main judi, untung - untungan. kalau laku tenar kalau tidak meratap mengelus dada, seperti kaum urban mencari peruntungan. Seperti serangan fajar multi - multi level marketing menjanjikan kemegahan dari orang - orang yang rindu dihormati sebagai pemimpin. Membuat Tulisan kehilangan ruh-nya.

Menulis adalah menuangkan buah pikiran, guratan hati, gagasan, menguraikan pengalaman, melukiskan imajinasi, untuk dibagi dan berbagi. Isi tulisan menyampaikan pesan dan tulisan dapat mempengaruhi peradaban. Dengan begitu menulis sama dengan menjaga kelangsungan peradaban, baik dalam dunia satra, perkembangan sosial budaya maupun Ilmu Pengetahuan. Sehingga menulis bukan profesi, hasil adalah akibat atau efek samping bukan sebagai pendorong orang untuk giat menjadi penulis.

Sebutan profesi pada seorang penulis adalah sebutan dari para pembacanya bukan dari si penulis itu sendiri yang menyebutkannya, bahwa dirinya berprofesi sebagai penulis. Semakin banyaknya media untuk menuangkan tulisan banyak yang membuat tulisan. Ini baik bagi perkembangan daya nalar. Mereka jadi gemar menulis sekedar hobi, kebutuhan dan aneka macam latarbelakangnya.

Dari sekian banyaknya talenta baru bermunculan, namun tidak sedikit yang kandas ditengah jalan. Masalahnya juga macam - macam, ada karena kesibukannya, ada juga karena minimnya informasi kaidah menulis yang dimiliki, karena upah, pendapatan yang diterima penulis tipis dan lain sebagainya.

Sebaliknya tidak sedikit pula yang menghindar untuk menjadi penulis setelah melihat, membaca  tulisan tentang minimnya pendapatan yang diterima si penulis dari upahnya menulis.

Sekalipun demikian tidak menyurutkan calon talenta untuk tetap dlgiat bikin tulisan. Tidak menjadi sesuatu yang tabu jika sekarang banyak juga yang terdorong menjadi penulis oleh desakan ekonomi, susahnya mendapatkan penghidupan.

Nah, kalau dibolak balik ketiganya sama, motivasinya adalah hasil akhir. Dan motivasi inilah yang menentukan isi tulisan itu berkualitas atau biasa - biasa saja.

Tulisan berkualitas mampu merubah paradigma, mampu mempengaruhi logika berpikir, mampu membangkitkan emosi, bahkan bisa membuat sebuah trend. Itu adalah Nilai sebuah tulisan, akan tetapi bila nilai itu dapat melemahkan semangat menulis, sama dengan masih terjebak kedalam motivasi akhir.

Menulislah apa yang dirasa, kegundahan yang dipunya dan uneg - uneg yang ingin disampaikan atau sekedar berbagi informasi dan pengetahuan adalah menularkan kecerdasan wawasan, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan hasil akhir hanyalah akibat, seperti menanam sesuatu, maka panen adalah akibat dari tujuannya, yaitu berusaha mengetrapkan teori dan praktek bercocok tanam. Hasil akhirnya seberapa jauh tulisan diterima oleh pembacanya.

Memanglah tidak mudah membuat kesesuaian pesan antara apa yang dibenak dengan hasil menggoreskan sebuah tulisan. Jadi teruslah berproses, hingga proses itu semakin matang dalam kesesuaiannya, jangan dulu berpikir tentang pembacanya, berpikir saja apa yang ingin dituangkan.. Tulis..
Menulis.. Tulis.. Menulis.. Penulis..

Sunday 1 April 2012

Tela'ah atas Sikap Presiden RI terhadap Hasil Sidang Paripurna

Mendengarkan paparan resmi pidato Presiden atas hasil sidang paripurna  DPR, 29 Maret 2012, walau tidak menyimaknya dengan tuntas, perlu diketahui, tidak menyimak dengan tuntas itu bukan karena  tidak menghormati Beliau, dimana sebagai warga negara yang baik, selayaknya mau mendengarkan dengan seksama dengan penuh perhatian.  Dan juga bukan karena sudah terbentuk apriori atau tidak suka secara pribadi oleh faktor a atau b atau c atau d atau z, padanya. Itu  semua dikarenakan oleh sebab paparan awalnya.

Setelah menyimak beberapa kalimat awal dari paparannya, isi paparannya itu sudah cukup menggambarkan sikap Presiden atas hasil akhir rapat sidang paripurna DPR kemaren itu, dan juga sudah cukup mewakili semua uraian yang akan disampaikannya saat itu secara keseluruhan. Dan tentunya disini yang menarik adalah sikap Presiden dari mulut, mimik dan motoriknya

Sikap Presiden, dari sisi pribadi Beliau sebagai pribadi dalam setiap menyikapi norma tata tertib dalam bernegara, sudah dipastikan dapat menerima. Dari sisi sebagai  Pengemban mandat pemerintahan yang didalamnya memiliki rencana, menerima walau agak pilu diwajahnya.. Sedangkan sebagai bagian dari kelompok partai birunya, nah ini yang paling menarik, Beliau condong memperlihatkan geramnya dengan menyebut - nyebut sebutan kata koalisi di perparah, oleh karena, dari sudut penilaian penulis, tidak siap kalah dan tidak siap solusi pemecahannya, kalau naik ataupun tidak, maka yang ditonjolkan adalah membangga - banggakan diri atas prestasinya sendiri selama di daulat menjadi Presiden RI, ini lebih lucu dibanding lawakannya sule.

Sikap Presiden ini, kemudian disikapi dengan bermacam penilaian dari semua masyarakat Indonesia, jumlah yang menyeruak antara pro dan kotra bisa dikatakan  cukup berimbang, hanya yang diam saja yang sulit untuik  ditelaah berimbang tidaknya dengan jumlahnya orang menghujatnya, sebab yang diam bisa pro bisa kontra. Dan sikap Presiden ini semakin memperburuk wajah Indonesia berdasarkan penilaian dari telaah sikap Presiden sebagai bagian dari pemegang mandat pemerintahan dan sebagai baju biru..

Dan juga memang tidak penting membahas ini, seperti yang khalayak umum bisa merasakan sendiri, pencitraan menjadi headline setiap gerak langkanya. Namun bagi penulis menjadi Penting kalau beliau bersikap dalam menyikapi keputusan itu adalah bersikap sebagai pribadinya, karena itu lebih jujur dibanding kedua tadi. Implikasinya kedepan, rakyat membelanya sebenar - benarnya membela..

Saturday 17 March 2012

Tingkat Kesadaran Masyarakat Sudah Matang

Tingkat Kesadaran Masyarakat Sudah Matang

My note at Facebook, March 18, 2012.at 02:44



Membaca tulisan lugas seorang calon dokter, terdorong untuk membaca sekilas dari sk permenkes. Keduanya sangat intelektual dalam uraiannya, apalagi yang satu uraian sebuah SK, tentu uraiannya lebih sistimatis, meski secara umum SK, isinya slalu begitu, tidak mudah untuk dipahami sekalipun oleh praktisi hukum apalagi orang awam, bahkan kebanyakan juga dipastikan si pembuatnya sendiri pun belum tentu clear benar mengerti isinya, ini bukan mau mengecilkan kemampuannya, namanya juga model SK peninggalan prasejarah.




SK semodel itu, biasanya si penanggung jawab SK akan ketahuan tidak tuntas memahami apa yang dibuatnya kalau SK itu, muncul masalah dalam pelaksanaannya, yaitu ada gugatan hukum yang menarik-narik untuk mengkaji uraian SK tersebut. Dan jika sudah begitu, dalam perdebatannya, untuk menguatkan argumentasi ilmiahnya dari si penanggungjawab pembuat SK, biasanya akan melebar kemana-mana. Dan biasanya lagi, yang bukan yang bertanggungjawab / wali penanggungjawab / advokat / penasehat hukum malah suka melebihi takarannya dalam berargumentasi. Maap sedikit melebar ke model SK.


Kembali ke tulisan menarik dari seorang calon dokter, dokter gigi, tentang ruang lingkup kerja dokter gigi dengan permasalahannya berhadapan dengan para tukang gigi yang dibatasi oleh SK pencabutan praktek tukang gigi, kurang lebih begitu.


Saudara-saudara, kata "tukang" sudah menjadi kesadaran bangsa Indonesia,mungkin sejak zaman firaun, ditujukan pada keahlian sebuah profesi. Sehingga secara harafiah kata Tukang itu, sebuah profesi. Kemudian dalam perjalanannya, sejalan dengan berkembangnya tingkat pendidikan, status sosial dan persentuhan sosial, mulai sedikit dibedakan maknanya dalam status sosial, antara tukang dengan profesi yang berstatus profesinya, profesional. Pembeda ini selain sebagai pamor gengsi juga menunjukkan pada strata-nya dengan label titelnya. Padahal kalau dilihat makna asalnya, keduanya adalah sama alias tidak beda. Tukang = ahli/pandai, Profesional = ahli/pandai.


Nah dengan begitu, dokter gigi juga bisa dikatakan tukang gigi.


Kemudian tukang gigi yang bukan dari dokter gigi, di SK disebut kata tukang gigi, ini bisa kena juga kepada dokter gigi. Sebaiknya jika yang dimaksud oleh SK tersebut adalah tukang gigi yang bukan dari lulusan dokter gigi, harusnya dicantumkan kata setelah tukang gigi, bahasa sederhananya "tidak bersertifikat dokter gigi" atau "bukan anggota IDI". Cuma karna perkataan tukang itu sudah dianggap mafhum oleh kalangan umum, mungkin menurut si pembuat SK, jadi dengan "Tukang" saja sudah bisa mengena pada sasarannya. Meski dari sudut hukum bisa menimbulkan lahan /celah, memancing gugatan balik kalau dikemudian hari muncul masalah secara massive.


Terakhir yang menarik ya tulisan dokter gigi itu. Menariknya karna sistimatik dalam mengurai masalah, harapan dan pemecahan solusinya.


Sebagai penutup sedikit tentang kenyataan Masyarakat Indonesia sekarang. Bahwa masyarakat Kita sekarang sudah cukup matang dalam menentukan pilihan hidupnya, juga dalam menentukan alternatif pengobatan kesehatannya. Kalaulah diantara mereka itu masih banyak yang lebih memilih tukang gigi yang bukan lulusan dari dokter gigi, ini jauh kaitannya dengan tingkat pendidikannya. Tapi lebih kepada kemampuan financialnya.




Bayangkan saja, ada juga seorang sarjana S2 pun banyak yang tidak ke dokter gigi karna belum bekerja, atau pun bekerja tapi masih pekerja lepas harian dalam arti belum menemukan pekerjaan yang menghargai S2nya.Jadi yang harus dibenahi, dimulai dari pembangunan Pendidikan yang beriringan dengan meningkatkan sumber2 Industri baru dengan terobosan baru dan berani, yang pemerintahnya bukan mendorong-dorong masyarakatnya untuk menciptakan lapangan kerja.


Penting diusulkan kepada pemerintah oleh dokter gigi, bukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pergi ke dokter gigi. Tapi mendorong pemerintah melalui IDI untuk memperluas industri yang menyerap banyak SDM.. Sehingga memudahkan kerja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kesehatan gigi.

Saturday 7 January 2012

Awal Tahun 2012

Awal Tahun 2012
Permulaan awal tahun, diawali dengan cuaca yang sedikit tidak bersahabat. Cuma kalau dibeberapa lokasi di DKI dan sekitarnya akibat cuaca, pohon - pohon pada tumbang, papan reklame rubuh dan terjadi longsor di jalan tol, itu bukan peristiwa kejadian alam, tapi musibah akibat kesalahan manusia, lebih tepatnya bentuk ketololan dari, baik yang menanam dan membangunnya juga yang terlibat didalamnya, baik secara langsung maupun tidak. Jadi tidak menarik untuk didalami lebih jauh. Nah, yang paling menarik adalah diawal tahun ini terjadi bentrokan antar warga/kampoeng dibeberapa tempat di wilayah Republik Indonesia ini.

Republik Indonesia, masyarakatnya masyarakat pancasila, kehidupannya berpancasilais.Lihat saja lima butirnya didalamnya adalah menggambarkan kehidupan sosial budaya dari kekhasan setiap etnis dan bangsa - bangsa( bhineka ) dalam keutuhan bangsa sebangsa kedalam satu ikatan setanah air, Republik Indonesia. Lima dasar menjadi kata kunci sosial budaya, kata kunci yang ingin ditampilkan kepermukaan dari kenyataan bentuk tatanan hidup bangsa Indonesia sejak kakek-kakekku kakek-kakekmu bisa berdiri. Kemudian ini menjadi satu bentuk dogma, berlanjut hingga kini terus dibangkit-bangkitkan kembali sebagai bentuk penawaran dogma, hidup berPancasila.

Kehidupan masyarakat Pancasila digambarkan terlalu berlebihan. Sebagai harapan sih oke - oke saja, tapi kalau sudah menyentuh dogma ini menjadi timpang, sebab Pancasila itu sendiri merupakan gambaran khusus ( penonjolan sisi baiknya) dari kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia. Hal yang dilupakan didalam jiwa pancasila adalah satu kenyataan yang terpendam dibalik lima butir sebagai kata kunci tadi, yaitu mudah diajak musyawarah mudah pula disulut masalah. Apalagi kalau dijejer setiap butirnya, dari ketuhanan..sampai keadilan, masing - masing butir, ada yang tersembunyi dari kenyataan negatif/buruk dari watak & kebiasaan-nya. Belum nanti ini digandeng dengan pengaruh pendidikan dan pergaulan dengan dunia luar. Apalagi kini, era sudah banyak berubah drastis, jaringan sosial dunia maya telah membuat dunia satu bangsa.

Kembali ke masyarakat Pancasila, bayangkan satu bentuk budaya asli bangsa pada sisi negatifnya yang ingin dinegatifkan dalam kenyataan sosial, dimana yang perlu disadari, bahwa, yang negatif itu takkan pernah hilang, sebab itu bersemayam didalam dada bangsa Indonesia. Kemudian masuklah dunia politik dalam arti, arti politiknya menurut pemahaman politik dari para politisi dan pengamata politisi. Maka, masyarakat ini akan mudah dijadikan objek dengan model pemicu macam2 dalam situasi & tujuan apa saja.

Hal yang paling fundamental untuk menghilangkan kebodohan adalah dengan pendidikan.Namun yang teramat sangat fundamental adalah Negara ini tidak pernah serius membangun pendidikan. sebuah Kontruksi Pendidikan Pembebas Kebodohan Masal.





Thursday 22 December 2011

PENDAPAT & PEDOMAN

PENDAPAT & PEDOMAN

Ada Pendapat, ada Pedoman.. Pendapat dibaliknya pedoman.Pedoman menyudahi pendapat.


Bermilyar manusia di dunia, masing - masing punya pendapat, maka pendapat bisa bermilyar - milyar, bermilyar - milyar pula pendapat yang berbeda - beda bersemayam di kepala manusia, ada juga yang bertumbukan lewat ranah diskusi.




Seberapa jauh pendapat dihargai?

jawabannya, kembali ke penyelamatan situasi, yaitu pada kalimat "saling menghargai pendapat masing - masing".

Lalu seberapa bernilai pendapat itu?

Yakinlah, tak ada yang mampu mengukur, sebab itu hanya sebuah persepsi. Kedalaman nilai-nya bisa kita lihat dengan satu ilustrasi.

Mari kita bermain ilustrasi..


Coba kita bayangkan, ketika ada 3 orang yang tersesat di dalam hutan, dimana ke 3 orang tersebut, tidak membawa KOMPAS. Saat mereka akan pulang, pastilah terjadi masalah. Dan Ketika akan dimulai pencarian jalan keluar, bagaimanakah situasi ke-3 orang tersebut?


Situasi yang bisa kita bayangkan adalah mereka akan saling berdikusi mencari jalan keluar agar bisa keluar dari hutan tersebut. Diskusinya pada awalnya saling mengeras, masing - masing bersikeras dengan pendapatnya, lalu karena hari semakin gelap, mau tak mau harus ada yang mengalah. Dan akhirnya satu orang ditunjuk sebagai pemimpin penunjuk arah. Pendapat pemimpin ini bisa 100 % benar, bisa juga 100 % malah mengantarkan mereka ke tepi jurang. Akhirnya sekedar untuk mencapai ketenangan hati, masing - masing berdoa dalam meniti perjalanannya, semoga bisa selamat dan keluar dari rimba raya itu.. Situasi dalam perjalannyanya akan terlihat tenang yang dibuat - buat..antar yakin dan tidak.. diyakin-yakinin tetap saja tidak yakin..namun kalau pun saat itu terbesit tidak yakin, bahaya, malah membuat mereka semakin gelisah. Harapan satu2nya adalah adanya jejak..baik itu sampah orang maupun ranting - rating patah sebagai tanda pernah dilalui sebagai jalur lintasan.


NAH! Bagaimana situasinya, jika ketika itu mereka punya kompas?..

Terjadikah saling silang pendapat tentang arah jalan keluar hutan?

Dan beranikah mereka mempertentangkan Arah Utara, Selatan, Barat dan Timur yang ditunjukan oleh KOMPAS?




Kompas adalah Pedoman arah. Tentunya yang dimaksud itu kompas yang masih baik kerjanya. Pada situasi seperti itu, kompas memberikan Kepastian arah bagi mereka. Kepastian ini juga membuat langkah - langkah mereka menjadi yakin dan pasti.. Dengan adanya Kompas di tangan tak ada lagi ketegangan, gelisah dan doa komat - kamit membendung luapan ketakutan diantara mereka. Yang ada hanyalah keriangan menyambuat hari - hari sepanjang hari itu di hutan itu, mulai dari datang sampai pulangnya..hehehe


Sedikit pesan secangkir kopi:


"Pedomani hidup agar tidak terjebak oleh pendapat yang bisa membuat stroke kehidupan"


by me on Facebook/Ahmad Hanafiah on Thursday, 22 December 2011 at 02:10


Saturday 8 October 2011

Presiden dan Tantangannya

Presiden dan Tantangannya
Sudah berapa kalikah negeri ini berganti Presiden? Lupa.. jadi merasa tidak penting lagi mereview mengerahkan ingatan.. mengingat - ingat berapa kali berganti Presiden, nggak penting. Bukan apa - apa, hapal pun tidak akan disebut pinter, apalagi disebut loyal, bahkan tak kan berdampak pada perubahan yang revolusioner..

Perubahan yang Revolusioner, mungkin itulah yang menjadi harapan semua komponen bangsa di negeri ini, yang disematkannya di pundak Presidennya.

Presiden dengan intelengensi & kemampuannya serta didukung oleh mayoritas pemilihnya, memiliki aset yang sangat berharga sebagai modal dasar membangun tatanan kehidupan yang lebih baik dan bisa mensejahterahkan rakyatnya, secara menyeluruh, yaitu bangsa yang flural, tanah yang subur, laut an yang luas yang menyimpan bermilyar harta karun.

Bangsa yang flural ini bisa menjadi sebuah kekuatan untuk maju melangkah.. namun juga kemajemukan ini yang ditunjang oleh struktur geografisnya yang berupa kepulauan, maka juga ini akan menjadi bahan bakar terjadinya sikap disintegrasi, yang disulut oleh siapa saja yang mau memanfaatkan situasi stabilitas nasional menjadi situasi yang instabilitas, dalam rangka menjegal kinerja Presiden dan kepemerintahannya.. lebih jauh lagi penjegalan oleh negara - negara yang tidak berharap negeri ini maju dan mandiri.

Bila melihat kemajemukan dengan jumlah penduduknya, komponen bangsa ini, menjadi sumber kekuatan bagi Presidennya.. Kemajemukannya bila seorang Presiden tidak dapat menjamahnya dari sudut culture dan dengan lincah, mampu mengikatnya kedalam satu wadah keinginan yang sama dengan benar, maka aset berharga ini akan menjadi sumber kendala, atau malah akan menjadi penghambat, jika muncul terjadi disorientasi arah pembangunannya, bila trek garis - garis haluan pembangunannya yang sudah ditetapkan, diletakan dan mulai running, harus tersendat oleh sebuah sikap yang emosional dari Presidennya, yakni terpancing untuk sekedar merespon oleh berbagai tanggapan - tanggapan situasional pada setiap momentnya, lebih parah lagi jika bertabrakan, hal ini biasanya pemicunya adalah bila keinginan untuk dimengerti dan dikasihani dari seorang Presidennya lebih dominan.. Sekalipun itu semua tidak ada mendingnya, harus kita akui, suka atau tidak suka kita sekarang punya Presiden seperti itu, dimana bumi dan tanah air ini adalah aset terbesarnya..

Itulah yang menjadi tantangan Presiden kita sekarang dalam mengujudkan programnya selangkah demi selangkah, Tantangannya bukan saja pengaruh internal dari hasutan external dan atau pengaruh external dari permintaan internal.. namun juga tantangan terberat dari alam, artinya bukan harus memiliki kemampuan menaklukan alam, hanya orang syaraf yang mengatakan itu..

Kejadian - kejadian fenomena alam yang akhir - akhir ini sering terjadi dan hampir tiap tahun terjadi, berdampak pada struktur tata kehidupan yang kembali porak poranda dan tentunya ini harus segera dibenahi, otomatis,, ibarat orang lagi menabung/ berinvestasi, dia harus menarik kembali sebagian dari tabungannya / modalnya, masih mending begitu, kalau pinjam, gmana?

Sayangnya, saat menyimak tele conference seorang Presiden dari Vietnam itu, menunjukkan seorang peminta bukan seorang yang pandai berterima kasih.. memperburuk harapan perbaikan kedepan negeri yang lebih baik..


diambil dari tulisan saya:
@facebookby Ahmad Hanafiah on Tuesday, 02 November 2010 at 20:39






Saturday 20 August 2011

Mesjid, Mushala, Langgar Dan Plaza

Mesjid, Mushala, Langgar & Plaza
Bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah, mesjid kembali dimeriahkan oleh umatnya, siang tempat beritikaf, juga sekalgus tempat berteduh, selain nyaman juga sejuk untuk sekedar mengusir dahaga dan lapar. Menjelang maghrib, menjadi berkah buat umatnya yang ingin berbuka bersama dari menu yang disajikan oleh pengurus mesjid.


Malamnya, shaf-shaf yang biasa cuma 2 sampai 3 baris, kembali full oleh gairah untuk menjalankan shalat taraweh berjama'ah.


Umat muslim yang menjalankan shalat taraweh tidak hanya bisa dilihat di mesjid - mesjid saja, juga bisa ditemukan di mushala, juga di langgar. Bedanya di mushala dan di langgar tidak akan ada menu berbukanya. Itu karena, selain ruangnya kecil, mushala dan langgar adanya cuma ada ditengah-tengah perkampungan kota dan desa.


Tempat seperti ini tidak pernah ada ditempat yang bersentuhan langsung dengan aktivitas padat para pencari nafkah ( kecuali di perkantoran, hotel dan plaza, dengan ruangannya yang kecil ), jadi tidak ada hal yang membuatnya tergesa-gesa buat berbuka, sebab mereka sudah berada dirumahnya sehingga ada banyak waktu menunggu saatnya berbuka di rumahnya masing - masing.


Namun demikian ditiap tempat ibadah, baik mesjid, mushala maupun langgar, kembali meriah disetiap bulan Ramadhan. Kemeriahannya seiring dengan kesadaran yang kian meningkat dari umatnya. Umat makin banyak, wanita pun kini banyak senang berjilbab.


Hasil perpaduan sentuhan sosial di dunia nyata dengan dunia maya sangat membantu membangkitkan budaya islami yang tidak lagi ortodok, berbagi ilmu dan wawasan membuat hidup umat muslim lebih modern dan moderat, kalaupun masih ada yang tersisa dari gaya hidup lama, tinggal sebatas keragu-raguan didalam benaknya, tidak lagi diujudkan dalam keseharian hidupnya.


Kehidupan sehari - hari umat muslim yang kian padat, diperlukan wadah sekedar memalingkan kepenatan. Maka dibangunlah tempat rekreasi, salah satunya, mall dan plaza.


Mall dan Plaza menawarkan segala macam kesenangan dan kemegahan hidup selain kemudahan akses untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Dan disetiap plaza ada mushalanya, diberi tempat di ruang kecil, sekalipun kecil pengap tak ber-ac, tetap harus ada dan diadakan, sebab ini sudah menjadi aturan.


Melihat ruang kecil tempat shalat itu, terasa membuat suasana kemegahan Plaza & Kemeriahan umat muslim di Plaza seperti tidak berimbang dengan keberadaan tempat mushalanya itu. Keberadaannya ini bisa dibilang sekedar memenuhi aturan saja, sebab kalaupun diberi ruang besar, pertimbangannya sudah barang tentu itu tidak akan menguntungkan buat pengelolanya.


Bagi pengelola ukurannya adalah bisnis, bussines oriented, segalanya harus diukur untung ruginya. Sementara buat umat muslim, ada saja (adanya mushala) sudah dianggap plaza itu sudah bersahabat dengan mereka. Tapi untungnya hal ini tidak sampai memancing reaksi dari umat kristen, hindu, budha dan khong hucu, bayangkan kalau mereka marah ?!hehe..


Dan sudah menjadi tradisi saat - saat menjelang akhir ramadian, kemeriahan menjalankan shaum, mulai beralih dari mesjid ke Plaza. Semua dikerahkan untuk menghadapi lebaran. Meskipun begitu semangat beribadahnya tetap tinggi, kebanyakan mereka masih berpuasa dan menghabis waktu berbukanya di pusat jajanan di plaza - plaza, walau harus belepotan antara berburu tempat berbuka dengan antri shalat di ruang kecil itu.
Wajah Indonesia moderat.

Tuesday 5 July 2011

SAAT DENGANMU

SAAT DENGANMU


Duet: ERAMONO & RINA WAHYU

Kumemandangi jalan - jalan didepan rumahmu
Inginku berlari dan berharap ada kau disitu
Kuingin jumpa denganmu lalu memanggil namamu
Entah mengapa aku rindu

Kumemandangi dinding - dinding didalam kamarku
Kuingin bermimpi dan berharap melihat wajahmu
Ingin kujumpa dirimu lalu menjawab sapamu
Aku juga merasa rindu

Ada yang berbeda saat denganmu
Aku bahagia aku jatuh cinta
Semua tiba - tiba uuh serasa
Kita terlena dalam asmara

Aku cinta padamu
Juga sayang kepadamu

Hai kau kekasih
Kutak mau kehilangan kamu
Dan kau yang tersayang
Kutak mau kau tinggalkan daku

Ingin kupeluk dirimu
Kuingin kaupun merayu
Betapa indah segalanya

Ada yang berbeda saat denganmu
Aku bahagia aku jatuh cinta
Semua tiba - tiba uuh serasa
Kita terlena dalam asmara

Ada yang berbeda saat denganmu
Aku bahagia aku jatuh cinta
Semua tiba - tiba uuh serasa
Kita terlena dalam asmara..aa..uuh..

Ingin kupeluk dirimu
Kuingin kaupun merayu
Betapa indah segalanya.. segalanya

Ada yang berbeda saat denganmu
Aku bahagia aku jatuh cinta
Semua tiba - tiba uuh serasa
Kita terlena dalam asmara..

Ada yang berbeda saat denganmu
Aku bahagia aku jatuh cinta
Semua tiba - tiba uuh serasa
Kita terlena dalam asmara

Aku cinta padamu
Juga sayang kepadamu

Tuesday 28 June 2011

DEMAM MENYEBUT NEGARA HUKUM JADI SUKANYA MAIN KAYU

DEMAM MENYEBUT NEGARA HUKUM JADI SUKANYA MAIN KAYU
Negara kita, NKRI sekarang, menganut sistem pemerintahan presidensial yang berlandaskan hukum pada UUD'45 yang sudah diamandemen. Namun bila melihat pada prosedure kerja saat pemilu kemaren dengan mekanisme kerja antara pemerintah dengan badan legislatif, apalagi jika melihat sepak terjang badan legislatifnya, juga bagaimana pemilihan kepala daerah dilakukan dan pengaturan anggaran negara kedaerah serta bagaimana teknis pengelolaan didalam otda, maka dapat digambarkan secara gamblang, bahwa sekarang ini sistem yang dianut adalah sistem kawin silang presidensial dengan parlementer dan sebaliknya. Namun mereka tetap bersepakat akan berpegang pada aturan atau tatanan hukum UUD'45 yang diamandemen.

Akhir - akhir ini kata - kata Negara hukum, sering sekali kita baca & dengar di media - media dari mulut - mulut mereka itu, mereka yang sudah merasa diri beken, ya maklumlah telah merasa menjadi bagian dari pengemban amanah negeri ini. Lalu, bila kita amanati secara seksama, sebetulnya apa sih hubungannya negara hukum dengan negara berdaulat??! Apa bukan yang mereka ungkap itu, tadinya mungkin ingin mengingatkan "hai, negara kita negara hukum lho!.. Namun karena seringnya dilontarkan sesering mereka gonta ganti celana dalam, jadi terkesan kalau tidak bodoh, ya sekedar menjadi tameng saja, yaitu ingin menunjukkan taringnya bahwa mereka ini pintar hukum yang padahal semakin nyata pintar bergaya bak penipu ulung dari kalangan bangsawan.

Okeh sekarang kita kerucutkan hubungan antara alinea satu dengan paragraf dua, dimana paragraf kedua sebagai hasil dari alinea pertama. Dalam alinea pertama disebutkan tentang sistem pemerintahannya, sistem perkawinan silang antara presidensial dengan parlementer. Nah, kalau disebut kawin silang masih mending, artinya ada kemungkinan hasil baiknya ada, sebab kemungkinannya 50% bibit unggul dan 50% bisa pedog. Lalu Bagaimana kalau hasilnya membuat susah keluar dilubang diantara selangkangan paha? Apa tidak membuat jalannya menjadi tidak normal lagi alias ngangkang? Apa enak tuh jalan ngangkang kemana2?.. Nah, jadi begitulah situasinya yang terjadi sekarang ini. Dan semakin seringnya kata negara dan hukum dilontarkan mereka, maka mereka itu bagaikan turunannya yang lagi tercekik dilubang diantara selangkangan paha itu. Kemudian seterusnya, efek lanjutannya, norma - norma hukum tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya, dimana ruang pengadilan sebagai ruang bersaksi bagi terdakwa tidak lagi berfungsi utuh.

Nuansa kesaksian sudah berubah, selain akibat sistem, pada dasarnya adalah karena situasi manusianya.. dimana situasinya dihadapkan pada keadaan kebingungan, yaitu dimana manusianya/pelaku pengemban amanah negeri ini tidak tahu lagi hakikat dirinya dengan peralatannya dalam ikatan bangsa dengan tujuannya. Mimbar - mimbar pengadilan terbuka pun kian marak dengan bantuan alat media, seperti mimbar - mimbar pengadilan jalanan semakin sering terjadi, khususnya bila menyangkut masalah politisi, selebriti dan kurcaci, tidak bagi para maling ayam.. MEREKA SEKARANG SENANG MAIN KAYU DIATAS KEPALA MEREKA.

Monday 14 February 2011

Di Mataku Ada Api Amarah Dan Api Cinta

Di Mataku Ada Api Amarah Dan Api Cinta
Ini tentang tanah Airku... Tanah Ibu Pertiwi, di matanya ada api amarah dan api cinta.

Tidak ada kebaikan
Tanpa ada kejahatan,
Kebaikan dinilai
karena ada kejahatan
Kejahatan nilainya
Karena ada kebaikan


Perjalanan dapat memberikan pengalaman untuk membuat penilaian sementara, bahwa kejahatan kecil, besar sama nilainya beda harganya...selama kita hidup kejahatan dan kebaikan selalu terjadi..

Dalam kehidupan kita sehari - hari, kita sering menjumpai kejahatan dimana saja, kapan saja, disengaja ataupun tidak. Jenis tindak kejahatannya pun bermacam - macam, kadang kita pun tak luput menjadi korban.

Kejahatan secara individu maupun kejahatan secara berkelompok dua - duanya sama, merugikan semua pihak yang menjadi korban kejahatan.

Beraneka modus dan penyamaran untuk mengelabui korbannya sudah kian cerdas. Tuhan yang telah memberikan akal pada umatnya, ada sebagian umatnya menggunakan kecerdasan akalnya  untuk melakukan kejahatan untuk bertahan hidup, untuk bertahan didalam status sosialnya dan demi masa depannya.

Satu kejahatan yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan, sudah seperti nafas dan denyut nadinya, hingga seperti gatal rasanya jika tak dilakukan  bila kesempatan itu ada. Itulah kejahatan korupsi dan manipulasi.

Pelakunya sudah pandai berkelid, pandai menyembunyikan ekpresi wajahnya, lihai menutupi aibnya, bahkan mungkin sudah putus urat malunya.

Semua itu karena sudah dianggap wajar, apa yang dilakukannya sudah jadi bentuk kesadaraan umum adalah lumrah adanya, meski di mimbar dakwah lintas agama disenandungkan hal yang sama, bahwa itu adalah bentuk kejahatan. Jadi tidak salah yang seperti itu sudah membudaya.

Sebagian orang tidak setuju jika manipulasi dan korupsi disebut sudah menjadi budaya, itu sah - sah saja. Coba pikirkan dari mana asal pribahasa "ada budi ada balas"?

Pribahasa ini lahir dari budaya yang tumbuh sejak berlampau - lampau lamanya.  Entah siapa yang pertama kali membikin pribahasa itu. Harus diakui itu juga yang tertanam dalam alam pikiran meski seseorang tidak mengenyam bangku sekolah pun.

Dan hari ini, kejahatan seperti ini yang sempat tertutup 19 tahun yang lalu dan bertahan selama 30 tahun lebih, kini terurai terbongkar satu persatu, terus terburai tiada henti bagaikan jamur di musim hujan selama 19 tahun tak kunjung habis, mati satu tumbuh seribu, tindakan korupsi dan manipulasi kian hari bukannya berkurang dengan berbagai sanksi dan ancaman, malah kian berani.

Ibu Pertiwi tiada pernah bersusah hati, linangan air matanya hampir kering. Kini api dimatanya, amarah dijiwanya, mengguncangkan gunung - gunung, wabah, badai dan bah, siap menggulung penghuninya...

Wednesday 2 February 2011

BARACK OBAMA Coba Bujuk, HOSNI MUBARAK Tidak Mudeng

BARACK OBAMA Coba Bujuk, HOSNI MUBARAK Tidak Mudeng


Akhirnya Barack Obama terbuka tentang keberadaan Mesir bagi kepentingan Amerika Serikat di Middle East, khususnya didalam mengujudkan cita-cita zionisme.

Situasi Mesir yang kian tak kondusif, membuat Obama mencoba membujuk Mubarak untuk segera melakukan langkah konstitusional dalam masa transisi. Namun, pidato Mubarak sebagai jawabannya, bahwa Mubarak mendengar, tapi tak menjawab memenuhi harapan Obama, yang merupakan pesan dari harapan para demonstran.

Hari ini genap sudah memasuki hari ke 9, meletusnya demonstrasi di Mesir. Ini rekor baru dibanding peristiwa tahun 1998 di Jakarta. Langkah-langkah yang diambil oleh Hosni Mubarak, menunjukan bahwa Mubarak tidak ingin mengikuti jejak sejarah dari para pendahulunya di dunia dalam masalah penggulingan Presiden dengan cara demontrasi.

Ini bukan semata karena gengsi atau otoriternya Mubarak, namun ini merupakan kekhasan dari watak pemimpin - pemimpin dari Mesir , pastilah sama dengan Firaun, dimana Mubarak sendiri lahir sebagai seorang orang no. 1 di Mesir berangkat dari tempaan militer.

Jika ditarik ke Indonesia, ada kesamaan dengan Soeharto, bedanya HM. Soeharto tidak memiliki keturunan darah dari sebuah bangsa yang besar dalam sejarah peradaban, sehingga digertak sedikit saja oleh penguasa sejarah abad ini langsung ciut kegagahannya didepan para demonstran.

Demo dimana - mana, di Tunisia, Libya sampai ke Mesir, seperti di Indonesia dan di dunia mana saja, tidak ada keberanian dalam bentuk demonstrasi besar - besaran melawan rezim berkuasa hingga sanggup menggulingkannya jika tidak ada faktor external yang menungganginya.

Data sejarah telah membuktikannya, dari Soekarno, Marcos sd Soeharto. Ada faktor kepentingan external yang memegang peranan disini. IGGI hingga ke MDGs.

Ciutnya nyali pemegang kendali no.1 di satu negara, satu faktor utamanya, masalah ketidakberdayaan membayar hutang. Hutang inilah kartu truf bank Dunia memainkan peranannya dibawah kendali USA.

Tuesday 25 January 2011

Project PSSI, Sampah Orde Baru

Project PSSI, Sampah Orde Baru
PSSI rupanya menyengaja tidak berkaca atas project masa lalunya yang gatot koco lagi, gagal total kok malah sekarang coba -coba lagi, salah satunya yaitu, PSSI primavera. Kementerengan nama - nama pemainnya, tim primavera saat itu, tidak mampu melambungkan timnas jangankan ditingkat Asia, piala asia, di piala tiger saja loyo.

Sekarang dari hasil menyaring pemain - pemain muda dengan menggunakan ayakan mess no.2, mereka dikirim ke Uruguay guna menimba pengalaman jalan - jalan keluar negeri di usia dini, siapa yang ga suenang? Berapa budgetnya? Seharga 1 gulalikah biaya perorangnya?..

Kalau PSSI tidak berkaca, itu wajar, lihat saja tampang ketumnya, kebanyakan disisir pake sisir dompet.

Project karbitan PSSI ini adalah jalan keluar dari ribednya bagi - bagi anggaran membina kompetisi usia dini. Selain biayanya lebih mahhal menguras bukan saja anggaran yang ada, tapi juga menguras energi kalau harus pontang - panting nyodorin proposal sama sponsor, lagian gengsi dong, nurdin teaaa..anak buahnya.. bentobentobento.

Banyak talenta muda, layu sebelum berkembang akibat tak adanya wadah yang tepat. Satu - satunya wadah, sudah jadi mesium hidup. Mereka berdiri berpose disetiap standnya tanpa pengembangan dan peningkatan skill yang diatas rata-rata seperti yang mereka impikan ingin jadi Zidane, Beckham, Ronaldinho, Messi.

Sistem pembinaan dan pelatihan harus dibangun jika ingin melahirkan bakat - bakat baru. Kerjasama Pemerintah dengan PSSI harus padu. Bisa padu jika keduanya bergerak berdasarkan satu panduan aturan. Sehingga masing - masing tahu batasan. Batasan ini dibuat mengikuti butir - butir kerja, pelaksanaan teknis dan taktis.

Sehingga dengan begitu keduanya tidak akan lagi bertabrakan atau saling menyalakan, seperti yang sering kita lihat. Perseteruan Pemerintah dengan PSSI akhir - akhir ini sudah tampak jelas cuma pada persoalan rebutan lahan. Problem ada gula ada semut. Apalagi geliat kompetisi selalu penuh penontonnya. Selama begitu, ini hanya jadi arena cari untung para opportunis.

Saya ingin menggaris bawahi pada tulisan akhir, bahwa kerjasama yang baik itu akan melahirkan hasil yang maksimal dan berguna. PSSI mengelola kompetisi dan semua event resmi, serta mengatur penerimaan dari hasil usahanya, dari tiket, iklan dan lain sebagainya. Dan Pemerintah urusan pembinaan calon bibit baru dari tingkat 5 ke tingkat pusat berjenjang .
Itu saja sebagai solusinya, semoga ada manfaatnya.

Saturday 1 January 2011

MEMATUT DIRI MEMASUKI TAHUN 2011

MEMATUT DIRI MEMASUKI TAHUN 2011
Membaca lagi, berita - berita yang tersaji di detik dotkom & kompas dotkom diawal tahun ini, menarik untuk dijadikan bekal, kalau pinjam bahasa dari paranormal, mau melihat peruntungan kita dan Republik kita ini di tahun 2011, semoga beruntung tidak ada satupun yang buntung.

Disana ada beberapa berita diseputaran politik dan kebijakan politik. Masih terngiang dalam ingatanku beberapa bulan yamg lampau, bagaimana kukuhnya sikap ketua MK, tetap pada keputusannya. MK memutuskan untuk tetap memutar rekaman percakapan mirip anggodo dengan beberapa mirip kolega anggodo disiarkan secara live oleh beberapa stasiun tipi.

Setelah disiarkan, kemudian seantero bumi persada pun ternganga - nganga, tak percaya tapi nyata atau sudah percaya ternyata memang yang seperti itu nyata ada, atau tak percaya kok bisa disadap, atau memang percaya yang seperti itu memang ada, sebagai kegiatan yang dimafhumi dibalik layar tapi tak percaya bisa disiarkan ke khalayak umum.

Namun secara perlahan pelan tapi pasti, seusai disiarkannya rekaman menghebohkan itu, arah angin pun terus berbalik arah. Lihat hasilnya kini MK seolah dikepung, mungkin yang menjadi target ketua MK-nya. Mereka yakin bakalan sukses, setelah sukses mengepung dan memporakporandakan struktrul utama di KPK. 


Ini sedikit menunjukan indikasi kinerja kerja aparat negeri ini secara menyeluruh dalam mengelola, manfaatkan kekayaan bumi dan tanah airnya, yang bagaikan pisau bermata dua. Kilauan tajam satu yang adalah sekumpulan manusia yang nyaman di zona korupsi. Satu tajamnya lagi, pemimpinnya yang lemah gemulai menyikapinya. Sementara gagangnya berlumuran minyak adalah aturan hukum dan para penegak hukumnya, dimana tangannya rakyat dan para birokrat yang masih punya nurani, namun kesusahan mengendalikannya.


Jadi bagaimana peruntungannya di tahun baru ini?


Semalam, seluruh dunia merayakan usia bumi berdasarkan hitungan masehi. Bumi, kini di usia senjanya masih setia memberikan hamparan kehidupan pada semua mahluk, dimana mahluk yang ada didalamnya silih berganti, datang dan pergi, namun bumi dan satelitnya, tetap slalu siaga. Dan Matahari, tak pernah bosan memancarkan sinarnya memberikan energi pada semua mahluk. Begitu juga dengan bulan menjaga daya tarik dan atmosfer bumi agar tetap stabil.

Kian hari kian padat isi bumi, oleh sebab pertumbuhan manusianya yang pesat dibanding angka kematian, wajar, akibat tidak adanya predator sebagai penyeimbangnya. Mungkin oleh karena tidak ada predatornya, maka salah satu penyeimbangnya, dalam keadaan damai, adalah saling memakan antara manusia satu dengan yang lainnya.

Yang bertahan adalah yang lincah, gesit dan pandai. Yang kalah adalah yang lemah bagaikan pohon kering ditanah tandus dan mati. Dan yang diam bertahan adalah mereka yang bagaikan pohon akasia tegar hidup di tanah kering dan tandus memberi sumber air didalamnya, seperti bunga adelweis yang bertahan diterpa panas dan dingin, bak tumbuhan flora yang bertahan di celah belahan bebatuan.

Jadi, tahun 2011 ini, apakah akan semakin tajam pertarungan berdarah di antara sesamanya, yang bagaikan senyuman bidadari berselimut vampire, ada taring yang siap kapan saja mengisap darah, ada senyum menggoda dibalik belati yang siap menghunus siapa saja yang menghalangi jalannya..

Selamat tahun baru 2011.