Friday, 13 September 2019

Menilik Agenda Pertemuan G7 Di Biarritz

Menilik Agenda Pertemuan G7 Di Biarritz


Tanggal 24 sampai 26 Agustus 2019 akan berlangsung pertemuan G7 di kota Biarritz, Perancis. G7 terdiri dari dari 7 negara yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jepang, Kanada, Italia dan Jerman. G7 summit akan dipimpin Presiden Perancis, Emmanuel Macron, dengan membawa tema Meningkatkan kesetaraan dan memajukan akses universal untuk kesejahteraan sosial. Yang menjadi hal menarik di sini masalah tema.




Sebelum ke masalah tema yang akan diusung,kita lihat terlebih dahulu beberapa komentar mengenai issue yang akan diangkat di pertemuan G7 nanti. Pertama dari Secretary General of the Global Solutions Initiative, Dr. Markus Engels.


"Semua organisasi internasional perlu direformasi untuk memperhitungkan semua perspektif. Ini adalah prasyarat untuk menyelesaikan tantangan global dan itu akan membuktikan satu hal pada akhirnya: Nasionalisme dan multilateralisme bukan kontradiksi - negara akan mendapat manfaat dari sistem multilateral yang efektif"


"Fokus Presidensi G7 Prancis pada ketimpangan dan pada memerangi banyak manifestasi ketimpangan adalah topik yang disambut baik untuk KTT Biarritz. Yang disebut decoupling kemajuan ekonomi dan teknologi dari kemajuan sosial adalah hambatan utama dalam upaya kami untuk menemukan solusi global. Pikirkan kembali ke tahun 2018: "Presiden Macron membayar mahal ketika dia berusaha mendorong transisi Perancis ke energi bersih dengan menerapkan pajak bahan bakar. Hasilnya adalah keresahan sosial dalam bentuk protes Rompi Kuning""


Jacques Sapir, ekonom Prancis, direktur School for Advanced Studies di Ilmu Sosial dan pusat CEMI, kata.


"Pembicaraan yang paling penting, dan paling dinanti-nantikan, adalah negosiasi perdagangan, tentang konflik antara Amerika Serikat dan Iran dan Amerika Serikat dan Cina. Kami juga akan berbicara tentang kesediaan beberapa negara G7, Prancis dan Amerika. Kerajaan, khususnya, memajaki perusahaan besar dalam ekonomi digital. Ini adalah titik konflik di tempat lain dengan Amerika Serikat"


Sementara itu tanggapan dari Kremlin, hasil lawatan Emmanuel Macron bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan issue mengajak bergabungnya kembali Rusia kedalam G8. Disampaikan oleh Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov:


"Rusia telah bertahun-tahun menjadi anggota yang diundang dari G7 berkat inisiatif dari Pemerintah Italia (di bawah Bpk. [Silvio] Berlusconi). Saya pikir ini adalah ide yang masuk akal, dan saya percaya ini adalah demi kepentingan terbaik dari G7 AS (dan UE) akan melakukan dialog multilateral dengan Rusia di berbagai front politik yang terbuka (Ukraina, Timur Tengah, energi, dll.), "Kata Altomonte"


Jadi sangat jelas sekali tema disana sangat kontras dengan kontennya nanti, yang diangkat masalah selalu masalah kemanusiaan, namun isinya mengukuhkan peta politik bagi negara yang tergabung dalam G7. Dan setiap tema yang mereka buat kemudian jadi ruang lingkup PBB dalam menjalankan misinya baik masalah kesehatan, kesejahteraan, ekonomi dan sosial. Seperti masalah kemajuan akses universal demi kesejahteraan sosial, ini terkait dalam WHO nantinya yang mengemban dan mengembangkannya. Sementara G7 sendiri lebih menitik beratkan kepada peta politik dan perdagangan.


Mundurnya Kremlin tahun 2014, adalah karena issue yang diangkat masalah peta politik dan perdagangan , bukan pada tema yang mereka buat. Dan issue politik ini selalu keterkaitan dengan negara yang tergabung dengan BRICS dibawah komando Rusia.


Jadi akar muaranya bukan mengusung tema, tapi pengukuhan peta poltik dan perdagangan diantara anggota Gu, sekalipun nanti juga akan diangkat masalah tentang ekonomi digital.




Namun ini bukan berarti berburuk sangka, itu karena setiap selesai G7, dua tahun kemudian terjadi pergolakan di negara - negara dunia ketiga. Sehingga mendekat lebih dekat apa yang akan menjadi isi utama yang akan dibahas nanti menjadi penting, untuk mengetahui apa yang tersirat dari yang tersurat.


Sampai nanti di Perancis, 24 - 26 August 2019.

No comments: