Ilustrasi - Berikut ini 6 bansos yang Cair September 2021, mulai dari subsidi listrik, kartu sembako, hingga PKH. (Pixabay)
Sedikitnya ada 6 bansos yang cair September 2021, mulai dari subsidi listrik, kartu sembako, PKH, hingga Kartu Prakerja. Hingga kini, pemerintah masih terus menyalurkan sejumlah bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
Bansos tersebut di antaranya dianggarkan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang nilainya meningkat dari Rp. 699 triliun hingga ke kisaran Rp. 744 triliun.
Bantuan pemerintah tersebut diberikan melalui kementerian terkait, seperti Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), dan lain sebagainya.
Terdapat 6 bantuan pemerintah yang masih akan diberikan di bulan September 2021. Apa sajakah itu? Berikut ini daftar bansos September 2021 selengkapnya:
1. Subsidi listrik PLN
Pemerintah kembali memperpanjang subsidi listrik hingga bulan Desember 2021 mendatang.
Perpanjangan pemberian bantuan tersebut telah disampaikan oleh Kementerian ESDM.
Alasannya adalah karena PPKM masih diberlakukan di Jawa-Bali. Stimulus listrik merupakan program pemberian diskon tarif listrik pelanggan rumah tangga, bisnis, dan industri sebagai bagian rangsangan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
2. Bantuan kuota internet
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim mengatakan, bahwa bantuan kuota internet ini akan disalurkan secara berkala setiap bulannya pada tanggal 11-15. Dimulai dari tanggal 11-15 September, 11-15 Oktober, lalu 11-15 November 2021.
Kuota bantuan internet ini berlaku selama 30 hari sejak diterima. Bantuan kuota internet diberikan untuk mendukung kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) kepada 26,8 juta siswa dan tenaga pengajar dari berbagai jenjang pendidikan.
3. Bantuan Subsidi Upah/Gaji (BSU)
BSU Tahap 1-3 telah disalurkan, dan kini masyarakat menunggu tahap 4. Penerima bantuan adalah para pekerja/buruh yang terdampak pandemi covid-19.
Bantuan pemerintah ini akan ditransfer melalui rekening. Bantuan ini sebenarnya adalah subsidi gaji/upah sebesar Rp 500.000 untuk dua bulan yang dibayarkan sekaligus, sehingga penerima bantuan akan mendapatkan Rp 1 juta.
4. Program Keluarga Harapan (PKH)
Dalam rapat terbatas mengenai evaluasi PPKM Darurat yang diselenggarakan di Istana Merdeka pada tanggal 18 Juli 2021 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa program PKH masih berlangsung hingga Desember 2021 mendatang.
Total sasaran program ini adalah hingga 10 juta keluarga. Karena rata-rata anggota keluarga 4 orang, maka total penerima 40 juta orang. Total anggaran untuk program ini adalah sebesar Rp. 28,31 triliun.
5. Kartu Sembako
Program Kartu Sembako juga masih akan berjalan di bulan September ini. Hal ini telah disampaikan dalam kesempatan yang sama oleh Sri Mulyani. Setiap keluarga akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 200.000 per bulan dari Januari hingga Desember mendatang.
6. Kartu Prakerja
Program Kartu Prakerja yang dimulai sejak tahun lalu masih dilanjutkan hingga saat ini.
Dalam rapat terbatas disebutkan Sri Mulyani bahwa program tersebut akan dibuka lagi untuk target 2,8 juta peserta. Kini masyarakat masih menantikan pembukaan Prakerja Gelombang 21 yang kemungkinan akan segera dibuka pertengahan September ini.
Itulah daftar lengkap bantuan pemerintah di bulan September 2021, dikutip dari Suara.
Bupati Ade Yasin, meluncurkan Sekolah Pemerintahan Desa dan Desa Presisi di Auditorium Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, Senin (13/9).
Bupati Ade Yasin, meluncurkan Sekolah Pemerintahan Desa dan Desa Presisi di Auditorium Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, hari Senin, 13/09/2021.
Ade Yasin menjelaskan, program yang terselenggarabatas kerja sama dengan IPB University itu, untuk meningkatkan pengethauan dan keterampilan aparatur desa.
“Terutama tentang tata kelola pemerintahan desa di era digital, dinamika dan perencanaan pembangunan berbasis data sensus, partisipatif dan spasial yang didampingi tenaga pengajar profesional serta kompeten dari IPB University,” kata Ade.
Ade mengakui, permasalahan pembangunan di desa selama ini, karena terbatasnya informasi, pengetahuan, teknologi dan kapasitas SDM.
“Pengolahan data desa dilakukan secara manual dan belum banyak memanfaatkan teknologi. Jadi penyusunan perencanaan masih menggunakan kira-kira. Bukan berdasarkan data yang akurat presisi. Jadi banyak program tidak tepat sasaran,” ungkapnya.
Dengan segala keterbatasan itu, di sisi lain desa diberikan kepercayaan penuh untuk mengelola anggaran desa dari berbagai sumber, seperti dana desa, bantuan keuangan provinsi Jawa Barat hingga Samisade dari Pemkab Bogor.
Menurut Ade, dengan kewenangan begitu besar, perlu ada peningkatan kapasitas aparatur desa, agar pembangunan desa berjalan lancar, tepat tujuan dan sasaran.
Ade mengungkapkan, sekolah pemerintahan desa didasari Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
“Undang-undang itu mengamanatkan pemerintah deaa untuk menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektif, efisien, kearifan lokal, keberagaman dan partsipatif,” katanya.
Diikuti 40 Kepala Desa
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Reynaldi Yushab menjelaskan, Sekolah Pemerintahan Desa 2021 ini diikuti 120 peserta, terdiri dari 40 kepala desa dari 39 kecamatan dan masing-masing didampingi dua orang operator.
“Operator itu terdiri dari operator sosial dan operator spasial dari perangkat desa,” jelas Reynaldi.
Diharapkan, program ini akan menjadikan data desa presisi sebagai bahan praktikum yang dikumpulkan dengan teknologi 4.0, berbentukk data citra deaa dengan resolusi tinggi.
“Dalam data itu terdapat jumlah vegetasi, jumlah biodiversity, konsumsi pangan per bulan, uang berputar per bulan, sebaran rumah tidak layak huni, peta infrastruktur yang akan menjadi tolok ukur perencanaan program pembangunan di desa,” katanya.
Bupati Cianjur H Herman Suherman saat sidak PTM di SD Negeri Ibu Dewi 1 Cianjur, Senin (13/9/2021). (Ayobandung.com/Muhammad Ikhsan)
Pandemi Covid-19 membuat pelajar tak bisa belajar di sekolah dan harus mengikuti pembelajaran secara daring.
Namun sayangnya, tak sedikit siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu tak bisa mengikuti belajar daring karena orang tua mereka tak memiliki fasilitas ponsel pintar.
Kondisi ini salah satunya terjadi di Kabupaten Cianjur. Ada siswa sekolah dasar atau SD yang hampir selama 1,5 tahun tak bisa maksimal mengikuti belajar daring karena orang tuanya tak memiliki ponsel.
Saat pembelajaran tatap muka atau PTM kembali digelar, siswa tersebut lupa cara membaca.
Bupati Cianjur Herman Suherman sendiri mengaku kaget saat menemukan pelajar kelas IV SD Negeri Ibu Dewi 1 Cianjur lupa cara membaca saat inspeksi mendadak (sidak), pada hari Senin, 13/09/2021.
“Iya saya kaget, ternyata sekolah SD di kota masih ada siswa yang lupa membaca, karena tidak sekolah selama 1,5 tahun,” ujar Herman.
Meskipun begitu, Herman memaklumi masih adanya pelajar yang lupa membaca, dikarenakan mereka telah belajar secara daring selama kurang lebih 1,5 tahun.
Bagi yang mampu secara ekonomi, kata dia, para siswa memiliki handphone dan untuk membeli kuota internet. Namun hal itu berbeda dengan yang tidak mampu.
“Contohnya pelajar di SD Negeri Ibu Dewi 1, ternyata orang tuanya secara ekonomi masuk kategori pendapatan rendah, katanya nggak punya handphone, apalagi membeli pulsa,” katanya.
Menindaklanjuti temuan tersebut, Herman meminta guru yang menemukan pelajar lupa membaca, diharapkan memberikan pelajara tambahan usai pulang sekolah.
“Sudah saya perintahkan semua guru untuk segera memberikan pelajaran tambahan pada siswa yang lupa membaca,” terangnya.
Ia mengatakan, adanya fenomena banyak pelajar yang lupa membaca merupakan salah satu indikasi menurunnya kualitas pendidikan di Cianjur.
“Semua daerah di Indonesia mengalami hal yang sama di dunia pendidikan, indikatornya sama,” ujarnya.
Serangan pesawat tak berawak AS yang disahkan oleh Joe Biden setelah serangan bom bunuh diri Daesh-K yang mematikan di Kabul, menewaskan seorang pria tak bersalah dan keluarganya, menurut New York Times. Veteran CIA Philip Giraldi dan mantan pejabat pemerintahan Reagan Dr. Paul Craig Roberts telah membahas penyelidikan NYT.
Operator pesawat tak berawak Pentagon menyerang sebuah kendaraan pada 29 Agustus, percaya bahwa itu membawa bom Daesh-K dan merupakan ancaman yang akan segera terjadi bagi pasukan di bandara Kabul. Setelah serangan itu, Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark A. Milley mengatakan kepada wartawan bahwa ledakan sekunder setelah serangan itu mendukung kesimpulan militer bahwa mobil itu berisi rompi bunuh diri atau bom besar. Jenderal menegaskan kepada pers bahwa serangan itu didasarkan pada intelijen yang baik dan bahwa semua tindakan pencegahan telah diambil untuk mengurangi risiko terhadap warga sipil di dekatnya.
Namun, sekelompok penyelidik NYT (New York Times) meragukan laporan Departemen Pertahanan, menunjukkan bahwa kendaraan yang ditargetkan membawa air, bukan bahan peledak, sementara pengemudi sebenarnya adalah Zemari Ahmadi, 43, seorang pekerja bantuan, bukan teroris Daesh-K. Apalagi, serangan pesawat tak berawak itu merenggut nyawa sembilan anggota keluarganya, termasuk tujuh anak. Ahmadi, yang telah bekerja untuk sebuah perusahaan bantuan Amerika selama 14 tahun, akan pindah ke AS sebagai pengungs
Biden Kehilangan Kontrol Narasi Afghanistan
"Penyelidikan NYT mengagumkan karena melakukan wawancara di lapangan yang mempertanyakan pandangan militer AS tentang apa yang terjadi," kata Philip Giraldi, mantan spesialis kontra-terorisme CIA dan perwira intelijen militer.
Veteran CIA itu percaya bahwa Pentagon menemukan kebenaran tak lama setelah serangan itu terjadi, tetapi sekarang terlibat dalam melakukan pengendalian kerusakan. Mundurnya Afganistan berdampak buruk bagi militer dan Presiden Biden dan "mereka berusaha membuatnya terlihat seperti mereka berperilaku bertanggung jawab dan sesuai rencana, tidak ada yang benar," menurut Giraldi.
Pemerintahan Biden telah berjuang untuk mengambil kembali kendali atas narasi penarikan Afghanistan sejak pengambilalihan Kabul oleh Taliban. Untuk bagiannya, pers arus utama AS membuat kemunduran presiden Afghanistan dengan kritik keras, sangat kontras dengan perlakuan kasar yang dinikmati Biden sebelum dan segera setelah pemilihan 2020.
We obtained exclusive footage to identify the last movements of Zemari Ahmadi, who was killed in a U.S. drone strike in #Kabul. Running office errands & loading canisters of water into his car, the military might have misinterpreted his actions. https://t.co/1Snk3kUq1J
Laporan mengejutkan NYT mencerminkan perselisihan internal di koridor kekuasaan, menurut Dr. Paul Craig Roberts, mantan Asisten Menteri Keuangan di bawah Ronald Reagan, dan mantan anggota Komite Perang Dingin tentang Bahaya Saat Ini.
"Faksi-faksi saingan di pemerintahan memberi makan cerita-cerita media yang dirancang untuk mendorong mereka atau untuk merusak saingan mereka," kata mantan pejabat itu. "Cara terbaik untuk memahami cerita NYT adalah dengan bertanya, 'siapa yang diuntungkan?' Keberhasilan tergantung pada pengendalian penjelasan, menanamkan narasi yang berkuasa."
Kecerdasan Buruk Pentagon dan Standar yang Tidak Memadai
Sementara itu, Departemen Pertahanan tampaknya berada dalam masalah menyusul pernyataan Jenderal Milley bahwa serangan itu didasarkan pada intelijen yang tepat. Menurut NYT, operator pesawat tak berawak tidak mengawasi rumah Ahmadi sebelum serangan. Sebaliknya, MQ-9 Reaper dilaporkan telah melacak Toyota Corolla 1996 berwarna putih yang dikemudikan oleh pekerja bantuan sepanjang hari.
🇺🇸 Before leaving Afghanistan, the US struck a vehicle in Kabul, claiming it was loaded with bombs.
▪️It turned out that the vehicle belonged to the charity worker Zemari Ahmadi, who carried water to his family. pic.twitter.com/7cJuHqQUb5
Ketika, pada malam hari, Ahmadi menepi ke halaman rumahnya, sedan itu dihantam rudal Hellfire. Hebatnya, keesokan paginya Toyota Corolla serupa digunakan oleh pejuang Daesh-K untuk meluncurkan rudal di bandara Kabul, kata surat kabar itu.
"Saya percaya serangan itu didasarkan pada intelijen yang buruk ditambah dengan kecenderungan untuk mengizinkan serangan pesawat tak berawak berdasarkan 'profil' dari apa yang tampaknya terjadi di lapangan," kata Philip Giraldi. "Jelas standar yang digunakan untuk mengevaluasi kecerdasan untuk melakukan aksi tanah kinetik tidak cukup untuk membuatnya lebih ringan".
Ini bukan pertama kalinya drone AS mengenai sasaran yang salah, kata Dr. Roberts: "Daftarnya panjang: pernikahan, pemakaman, pertandingan sepak bola anak-anak, petani di lapangan, rumah sakit, dan sekolah," katanya.
Pada Juli 2010, WikiLeaks merilis 90.000 catatan insiden dan laporan intelijen mengenai perang AS di Afghanistan. File militer mengungkapkan, khususnya, bagaimana pasukan koalisi membunuh ratusan warga sipil, membingungkan pengemudi yang tidak bersenjata atau pengendara sepeda motor sebagai pelaku bom bunuh diri. Catatan perang juga menjelaskan peningkatan penggunaan drone Reaper yang mematikan di negara itu untuk memburu pemberontak.
Namun, pada beberapa kesempatan drone AS tidak membunuh pemberontak tetapi warga sipil, "petani, pedagang, penambang, atau - yang paling mengganggu - anak-anak," seperti yang dicatat oleh Foreign Policy pada Desember 2020, menyerukan Joe Biden untuk membuang strategi drone brutal. Di bawah Barack Obama, Afghanistan "menjadi negara yang paling banyak dibom drone", menurut FP.
I first heard about Emal when American forces launched a drone strike in Kabul targeting “a suicide car bomber suspected of preparing an attack on the airport”. That day 10 members of his family were killed. Including 3-year-old daughter, Malika, and older brother Zemarai Ahmadi. pic.twitter.com/Z3Pj3gI0en
"AS tidak mendapat informasi yang baik tentang negara-negara tersebut," kata Dr. Roberts. "Akibatnya, AS membuat banyak kesalahan tentang penargetannya, tetapi AS juga digunakan oleh 'sumber informasinya'."
Terkadang, individu atau faksi saingan dengan sengaja memberi informasi AS yang dirancang untuk menyingkirkan musuh atau saingan pribadi mereka, menurut mantan pejabat tersebut.
"Saya dapat dengan mudah membayangkan Taliban memberi informasi melalui 'mata-mata' AS yang mengakibatkan kematian warga Afghanistan yang tidak bersalah yang menghasilkan lebih banyak oposisi terhadap AS dan lebih banyak dukungan untuk Taliban," saran Dr. Roberts.
Biden & Partai Demokrat Mungkin Menderita Kekalahan Politik
Penyelidikan NYT kemungkinan akan memberikan pukulan baru yang berat bagi Presiden Joe Biden, "yang tampaknya telah ceroboh hampir semua yang terlibat dalam evakuasi," menurut Philip Giraldi.
Peringkat persetujuan presiden telah mengalami penurunan tajam setelah penarikan yang gagal, dan saat ini berfluktuasi antara 43% dan 46% dalam survei yang berbeda. Yang lebih meresahkan bagi Biden adalah bahwa studi terbaru oleh stasiun kabel berhaluan kiri CNN, menunjukkan bahwa pesimisme tumbuh di antara penduduk Amerika. Sekitar 69% percaya hal-hal di negara saat ini berjalan buruk, lebih dari 60% yang memiliki pandangan yang sama pada Maret 2021. Pada saat yang sama, 62% mengeluh bahwa kondisi ekonomi di AS buruk, naik dari 45% pada April 2021.
Biden Job Approval (or lack there of) Full Week 9/5-9, 2021
2500 National Likely Voters weighted D38, R36, IND 26
Note Unaffiliated or 'Independent' voter disapproval (marked)
"Musim panas Biden yang sulit membuat Demolrat sangat waspada," demikian judul utama Politico baru-baru ini. Menurut outlet media, peringkat persetujuan presiden secara historis berkorelasi erat dengan kinerja partainya dalam pemilihan paruh waktu. Politico mengingat bahwa tahun-tahun pertama kepresidenan yang bergejolak Bill Clinton dan Barack Obama masing-masing mendapatkan 54 dan 63 kursi DPR dari Partai Demokrat. Timbul pertanyaan, apakah Partai Demokrat akan dapat mempertahankan mayoritas tipis di dua kamar kongres pada tahun 2023.
"Partai Demokrat sedang dalam masalah," kata veteran CIA itu. “Bukan hanya Afghanistan tetapi juga krisis imigran yang berkelanjutan dan vaksinasi COVID wajib, yang semuanya dianggap negatif oleh sebagian besar publik. Mereka dapat kehilangan kendali baik di DPR maupun Senat. Biden secara publik dianggap sebagai pengecut dan tidak sepenuhnya mengendalikan apa pun yang dilakukan pemerintahannya."
Menurut perkiraan Komando Pusat AS (CENTCOM), militer Amerika telah meninggalkan setidaknya 170 buah di Afghanistan setelah penarikan yang kacau dari negara itu. Jumlah ini telah memicu kekhawatiran dari anggota parlemen Republik, yang menyerukan "pertanggungjawaban penuh" dari perangkat keras militer AS yang ditinggalkan di Afghanistan.
Mantan Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengambil serangan verbal lain pada pemerintahan Biden atas penarikannya yang sibuk dari Afghanistan, memusatkan perhatian pada peralatan militer yang ditinggalkan yang tersisa di negara yang ia klaim dapat direkayasa ulang oleh China dan Rusia.
Berbicara kepada Sharyl Attkisson, pembawa acara 'Full Measure', Trump mengecam penarikan yang "tidak kompeten", mengklaim bahwa musuh AS dapat memanfaatkan peralatan militer AS yang ditinggalkan di Afghanistan.
"Sekarang saya berkata, 'Bagaimana mereka bisa mengambil peralatan ini?' Dan saya jamin bahwa China dan Rusia sudah memiliki helikopter Apache kami dan mereka membongkarnya untuk mengetahui dengan tepat bagaimana mereka dibuat. Mereka adalah yang terbaik di dunia sejauh ini. Dan mereka memisahkannya sehingga mereka bisa membuat peralatan yang sama persis. Mereka sangat bagus dalam hal itu. Ini memalukan", katanya.
Mantan presiden berusaha untuk meragukan gagasan bahwa perang AS di Afghanistan telah berakhir. Dia mengambil kesempatan untuk menyentuh jumlah pengungsi Afghanistan yang dibawa ke Amerika Serikat setelah evakuasi, mempertanyakan apakah mereka benar-benar "penerjemah".
"Saya tidak tahu karena Anda memiliki orang-orang yang pergi ke seluruh dunia dan dijatuhkan di seluruh dunia saat ini, dan tidak ada yang tahu siapa mereka", kata Trump.
"Ini bukan penerjemah yang kami ambil. Ini adalah orang-orang yang bergegas ke pesawat, dan mereka sangat tertarik untuk mencoba membuatnya terdengar seperti 'Oh, mereka melakukan pekerjaan dengan baik.'"
Mantan pembawa acara reality show itu melanjutkan dengan mengklaim bahwa para pengungsi "akan menjadi teroris" karena "mereka sangat kuat" dan "sangat energik untuk naik ke pesawat."
Ketika datang ke peralatan militer AS yang tersisa di Afghanistan, CENTCOM memperkirakan setidaknya 170 buah ditinggalkan ketika tentara Amerika meninggalkan negara itu. Menurut Kepala Jenderal CENTCOM Kenneth McKenzie, sebagian besar potongan telah didemiliterisasi atau dibuat tidak dapat dioperasikan.
USA Today melaporkan bahwa di antara peralatan militer AS yang ditinggalkan setidaknya terdapat 70 kendaraan yang Dilindungi Penyergapan Tahan Ranjau, 27 Humvee, dan 73 pesawat. Mengenai yang terakhir, McKenzie mencatat bahwa "pesawat itu tidak akan pernah terbang lagi".
Menurut Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, yang mengakui bahwa "sejumlah besar" peralatan militer telah disita oleh Taliban*, para pejabat AS tidak memiliki "perasaan bahwa mereka (para militan) akan segera menyerahkannya kepada kita di bandara".
Menurut laporan, AS telah menghabiskan sekitar $83 miliar dalam pelatihan dan peralatan untuk pasukan keamanan Afghanistan sejak 2001.
Anggota parlemen Republik telah berulang kali menyatakan keprihatinan tentang peralatan militer yang dinonaktifkan yang dibuang oleh pasukan AS di Afghanistan, dengan banyak yang menyerukan "perincian lengkap" aset dan daftar rinci peralatan demiliterisasi yang tertinggal di tengah penarikan yang kacau.
"Tidak masuk akal bahwa peralatan militer berteknologi tinggi yang dibayar oleh pembayar pajak AS telah jatuh ke tangan Taliban dan sekutu teroris mereka," sekelompok senator Republik yang termasuk Marco Rubio, Joni Ernst, Chuck Grassley, Ron Johnson dan Rick Scott, kata dalam sebuah surat kepada Menteri Pertahanan Lloyd Austin.
Sebelumnya, anggota parlemen GOP menyuarakan keprihatinan sehubungan dengan akses Taliban ke peralatan militer AS, dan kemungkinan kelompok militan mencari bantuan dari China, Iran atau bahkan Rusia.
Baru-baru ini ramai penemuan Alquran dijadikan sebagai bungkus petasan. Hal itu diyakini merupakan bentuk penistaan agama.
Dilansir dari Republika.co.id, Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota Kompol Abdul Rachim menuturkan, pihak kepolisian tengah menyelidiki kasus tersebut. Hingga saat ini, tiga orang saksi sudah diperiksa dalam perkara itu.
“(Diselidiki) terkait adanya kertas bertuliskan Alquran yang digunakan sebagai pembungkus kulit petasan. Sementara ada tiga orang saksi yang diperiksa,” kata dia.
Kasus kertas bertuliskan ayat Alquran yang dijadikan pembungkus petasan diketahui terjadi di Kelurahan Parung Serab, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang pada hari Sabtu petang, 11 September 2021, usai diadakannya sebuah acara pernikahan.
Acara pernikahan itu diketahui digelar dengan adat Betawi, dan secara tradisi sudah biasa membunyikan petasan sebagai penanda bahwa acara akad nikah sudah selesai.
“Pada Ahad, 12 September 2021 jam 11.00 WIB, telah didapat keterangan dari sumber (saksi) saudara H, alamat di Jalan H Nasar RT 01/06 Kelurahan Parung Serab. Bahwa yang bersangkutan pada Sabtu mengadakan acara pernikahan putrinya, pada acara tersebut secara tradisi memasang petasan,” terang Abdul.
Polisi Telusuri tempat pembelian petasan dibungkus Alquran
Polisi pun menelisik tempat dibelinya petasan tersebut. Berdasarkan keterangan saksi, petasan itu diperoleh dari sebuah toko dengan pemilik berinisial A yang beralamat di Kampung Kebon Manggis, Kelurahan Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren.
“Petasan tersebut dibeli dengan harga Rp120 ribu pada Jumat (10 September 2021) oleh saudara H. Kejadian ini pertama kali ditemukan dan diketahui saksi setelah acara pernikahan dan pemasangan petasan di alamat TKP,” terangnya.
Informasi tentang kasus itu tersebar luas melalui video yang diunggah di media sosial instagram, @ciledug24jam. Di dalam video tersebut, tampak kertas-kertas petasan berserakan di sebuah lahan di dekat rumah warga.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang menanggapi kasus kertas bertuliskan ayat-ayat Alquran yang dijadikan sebagai pembungkus petasan yang ditemukan di kawasan Ciledug, Kota Tangerang, Banten. Perbuatan itu dinilai sebagai bentuk penistaan agama.
“Itu harus diselidiki. Petasan dibungkus kertas yang ada ayat-ayat Alquran, dan ada kesengajaan penistaan oleh si pembuatnya. Iya betul (penistaan agama),” kata Ketua Umum MUI Kota Tangerang, Ahmad Baijuri Khotib, Ahad, 13 September 2021.
Namun, Baijuri menuturkan, perlu dilakukan pendalaman mengenai motif dari perkara tersebut oleh pihak kepolisian. Dia menyebut, pihak MUI Ciledug juga tengah mengumpulkan data dan informasi mengenai kasus itu.
“Saya minta ke MUI (Ciledug) lebih mencari data ya. Kepolisian kita imbau untuk menyelidiki ini. Dalam aspek hukum, ini penistaan ya, cuma nanti penistaan ini berangkat dari kesengajaan atau kebodohan karena keawaman, ini yang lagi kita cari datanya,” jelasnya.
Itulah informasi tentang Alquran yang dijadikan bungkus petasan. Semoga kasus serupa tidak terulang lagi ya.
Artikel ini di tulis oleh Emma Graham-Harrison, setelah kekalahan Inggris yang memalukan di Afghanistan, kembali mencoba pengaruh negatif pada dunia, untuk 'Anti-Taliban'. Melalui media arus utama, mereka gambarkan Taliban sebagai kelompok extrimis yang paling kejam di dunia, yang memperlakukan tidak memanusiakan wanita.
Seperti sudah diketahui oleh seluruh dunia, Taliban baru saja mengumumkan pemerintahan. Maka berbagai aktivitas politik, ekonomi, pendidikan,sosial dan budaya belum normal. Sehingga berbagai gambaran citra buruk taliban yang dibangun barat, termasuk kategori hoax yang diterbitkan media arus utama.
Dalam dua bulan, Parwana memperkirakan dia telah melewati ambang rumahnya mungkin empat kali. Dia biasa berangkat pagi-pagi, untuk pekerjaan yang menghidupi seluruh keluarganya, dan kemudian melanjutkan ke program gelar malam.
Setelah Taliban mengambil alih Kandahar, manajernya menyuruhnya untuk tidak masuk kerja dan universitasnya belum menentukan cara untuk menerapkan kelas yang terbagi berdasarkan gender yang mereka minta.
Banyak orang menyambut ketenangan yang menyelimuti kota setelah perang tiba-tiba berakhir, tetapi bagi Parwana, sebagai seorang wanita muda lajang, jalan-jalan yang dipatroli oleh tentara Taliban dipenuhi dengan ancaman. “Sekarang saya takut untuk keluar. Saya tidak sebelumnya.”
“Saya pikir saya adalah seseorang, saya bisa melakukan sesuatu untuk keluarga saya dan membantu orang lain. Sekarang saya bahkan tidak bisa menghidupi diri sendiri, ”katanya. “Wanita di sini merasa segalanya sudah selesai untuk mereka.”
Kepemimpinan Taliban, yang sangat menginginkan pengakuan dan dana internasional, telah bertahun-tahun merayu dunia dengan janji-janji bahwa kelompok itu secara fundamental telah mengubah posisinya dalam hak-hak perempuan.
Ketika pejuang mereka merebut Kabul, juru bicara Zabihullah Mujiahid berjanji dalam beberapa hari bahwa perempuan akan memiliki hak atas pendidikan dan pekerjaan, dalam kerangka Islam yang belum ditentukan oleh kelompok tersebut.
Setelah berminggu-minggu berlalu, tanpa klarifikasi lebih lanjut, bukti dari lapangan di Afghanistan menunjukkan bahwa mereka membayangkan suatu bentuk apartheid gender. Perempuan mungkin ditawari beberapa hak, tetapi akan diharapkan untuk belajar dan bekerja di bidang yang benar-benar terpisah dari laki-laki yang menjalankan negara, ekonomi dan semua sektor utama sehingga kehidupan mereka masih akan sangat dibatasi.
Niamatullah Hassan, walikota baru Taliban di Kandahar, mengatakan dia memiliki dua wanita yang kembali bekerja di pemerintahannya, dari 1.200 tim kotapraja yang kuat. Dia akan mengizinkan lebih banyak karyawan wanita, begitu mereka dapat diisolasi dari pria dan pemerintah pusat menyetujui.
“Saya bersedia menambah jumlah pekerja perempuan, kami berencana menyiapkan tempat kerja terpisah untuk mereka, lingkungan yang aman bagi mereka,” katanya.
Pekerja kesehatan dan pendidikan sebagian besar masih berada di kantor mereka, meskipun beberapa di Kandahar telah diperintahkan untuk mengenakan burqa, tetapi semua wanita lainnya telah diperintahkan untuk tinggal di rumah tanpa batas waktu untuk alasan “keamanan”. The Observer telah mendesak pejabat senior di seluruh negeri dalam wawancara untuk tanggal ketika perempuan akan diizinkan kembali bekerja secara nasional. Sebagian besar menunda pertanyaan atau menawarkan janji samar "segera". l Wanita Afghanistan skeptis; pada 1990-an kelompok itu menggunakan alasan yang sama untuk melarang mereka bekerja selama lima tahun mereka memegang kekuasaan.
Di bidang pendidikan juga banyak janji dari pimpinan, tapi pengalaman perempuan membatasi. Meskipun beberapa universitas swasta telah dibuka, dengan siswa yang dipisahkan secara ketat berdasarkan jenis kelamin, kekurangan guru perempuan, atau siswa perempuan, akan menutup banyak mata pelajaran untuk perempuan.
Di Kandahar, Zainab adalah satu dari dua gadis yang mengambil program gelar sains dan universitasnya telah mengatakan bahwa tidak ekonomis untuk mengajar mereka secara terpisah dari laki-laki. Dia satu semester lagi dari penyelesaian, tetapi tidak tahu apakah dia akan mendapatkan gelar. “Saya sangat sedih, sangat kecewa.”
Gulalai senang belajar kedokteran, karena Taliban mengizinkan dokter wanita untuk bekerja, tetapi dia suram tentang kualitas gelarnya. “Tidak banyak siswa perempuan, jadi kita tidak akan mendapatkan guru yang ahli, kita akan mendapatkan yang muda, yang tidak berpengalaman.”
Beberapa universitas negeri mengatakan mereka tidak bisa mengatasinya. “Taliban berbicara tentang segregasi tetapi kami adalah salah satu universitas terbesar dan paling lengkap di Afghanistan, dan masih belum memiliki kapasitas untuk melakukan itu,” kata seorang profesor di Universitas Herat, yang dulunya memiliki mayoritas siswa perempuan; banyak yang sudah drop out.
Ada beberapa jurusan yang sama sekali tidak memiliki profesor wanita atau hanya memiliki sedikit dosen, tetapi dengan banyak mahasiswi. Bagaimana kami bisa berfungsi jika kami harus memiliki profesor perempuan untuk perempuan dan laki-laki untuk laki-laki?”
Juga bukan kehancuran hanya di kota-kota. Wanita di salah satu distrik paling kejam di Kandahar, yang telah bekerja pada program pendidikan dengan Parwana, meneleponnya sambil menangis. Janji kepemimpinan Taliban tentang pendidikan sekolah dasar untuk anak perempuan tidak berarti apa-apa bagi para pejuang garis keras yang menguasai wilayah mereka. “Mereka mengatakan ‘itu hanya mimpi bagi kami, selama satu setengah tahun, bahwa anak perempuan kami bisa mendapatkan pendidikan’. Sekarang mereka harus kembali hanya mengikuti setiap perintah yang mereka terima dari laki-laki, dan melakukan tugas-tugas.”
Namun, perempuan akan diminta untuk mengenakan penutup kepala dan kurikulum sedang ditinjau, kata penguasa baru Afghanistan.
Siswa menghadiri kelas dengan pria dan wanita yang dipisahkan oleh tirai di sebuah universitas swasta di Kabul (File: Aamir Qureshi/AFP)
Wanita di Afghanistan dapat melanjutkan studi di universitas, termasuk di tingkat pascasarjana, tetapi ruang kelas akan dipisahkan berdasarkan gender dan penutup kepala akan menjadi wajib.
Menteri Pendidikan Tinggi Abdul Baqi Haqqani memaparkan kebijakan baru pada konferensi pers pada hari Minggu, sehari setelah Taliban mengibarkan bendera mereka di atas istana presiden, menandakan dimulainya pekerjaan baru, pemerintah semua laki-laki diumumkan pekan lalu.
Kebangkitan Taliban telah memicu kekhawatiran kelompok itu akan kembali ke aturan kejam yang mendefinisikan tugas pertamanya berkuasa di Afghanistan 20 tahun lalu. Itu termasuk penolakan pendidikan untuk anak perempuan dan perempuan, serta pengucilan mereka dari kehidupan publik.
“Kami akan mulai membangun apa yang ada hari ini,” kata Haqqani, mempertahankan posisi Taliban bahwa sikapnya, khususnya terhadap perempuan, telah berubah dalam 20 tahun terakhir.
Pernyataan terbaru datang ketika kelompok itu telah mencari legitimasi internasional menyusul serangan kilatnya di seluruh negeri ketika Amerika Serikat bersiap untuk menarik pasukan pada batas waktu 31 Agustus. Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus.
Terlepas dari sikap Taliban, wanita telah dilarang berolahraga dan Taliban telah menggunakan kekerasan dalam beberapa hari terakhir terhadap pengunjuk rasa wanita yang menuntut persamaan hak.
'Tidak akan mengizinkan pendidikan bersama'
Pada hari Minggu, Haqqani mengatakan mahasiswi akan menghadapi pembatasan yang mencakup aturan berpakaian wajib. Dia mengatakan jilbab akan menjadi wajib tetapi tidak menentukan apakah ini berarti jilbab wajib atau juga penutup wajah wajib.
Segregasi gender juga akan ditegakkan, katanya. “Kami tidak akan mengizinkan anak laki-laki dan perempuan untuk belajar bersama,” katanya. “Kami tidak akan mengizinkan pendidikan bersama.”
Dia mengatakan siswa perempuan akan diajar oleh perempuan sedapat mungkin. “Alhamdulillah kami memiliki banyak guru perempuan. Kami tidak akan menghadapi masalah dalam hal ini. Segala upaya akan dilakukan untuk mencari dan menyediakan guru perempuan bagi siswa perempuan,” katanya.
Haqqani mengatakan mata pelajaran yang diajarkan juga akan ditinjau.
Meski tidak merinci, dia mengatakan ingin lulusan universitas Afghanistan dapat bersaing dengan lulusan universitas di kawasan dan seluruh dunia.
Taliban, yang menganut interpretasi Islam yang ketat dan berbeda, melarang musik dan seni selama masa kekuasaannya sebelumnya.
Kali ini, televisi tetap ada dan saluran berita masih menampilkan presenter wanita, tetapi pesan Taliban tidak menentu.
Dalam sebuah wawancara di TOLO News Afghanistan yang populer, juru bicara Taliban Syed Zekrullah Hashmi mengatakan perempuan harus melahirkan dan membesarkan anak-anak, dan sementara Taliban tidak mengesampingkan partisipasi perempuan dalam pemerintahan, juru bicara itu mengatakan, “Tidak perlu bahwa perempuan berada di kabinet.”
Kebijakan pendidikan tinggi yang baru menandakan perubahan dari praktik yang diterima sebelum pengambilalihan Taliban. Universitas digabungkan, dengan pria dan wanita belajar berdampingan, dan siswa perempuan tidak harus mematuhi aturan berpakaian.
Namun, sebagian besar mahasiswi memilih untuk mengenakan jilbab sesuai dengan preferensi agama, pribadi dan budaya.
Di sekolah dasar dan menengah, anak laki-laki dan perempuan diajarkan secara terpisah sebelum Taliban berkuasa.
Pada hari Sabtu, sebuah kelompok, yang tampaknya terdiri dari mahasiswi berjubah hitam yang menutupi mereka sepenuhnya dari kepala hingga kaki, berdemonstrasi di Kabul untuk mendukung aturan tentang pakaian dan ruang kelas yang terpisah.
Haqqani mengatakan jika tidak ada guru perempuan yang tersedia, langkah-langkah khusus akan diambil untuk memastikan pemisahan.
“Kalau memang ada kebutuhan, laki-laki juga bisa mengajar, tapi sesuai syariah, mereka harus menjaga cadar,” katanya. Ruang kelas akan ditutup untuk membagi siswa laki-laki dan perempuan jika diperlukan dan pengajaran juga dapat dilakukan melalui streaming atau TV sirkuit tertutup.
Ruang kelas yang dipisahkan oleh tirai telah terlihat di banyak tempat sejak pemerintah yang didukung Barat runtuh dan Taliban merebut Kabul bulan lalu.