Tuesday 18 February 2014

Being a Great Nation

Being a Great Nation
Indonesia has become the Great Nation because of an area and its population. Early decades of the fifties in the pioneering development, the magnitude of the Indonesian nation because of vast territory and now big naturally by rapid population growth.

Only that which becomes his greatness, that lie is the pride of the consumer, which is the pride of ownership of the goods bought. But the attitude of the Indonesian nation proud as the wish to be, greatly exaggerated.

It be attitudes like two sides of a piece of currency, between pride and hatred are ready to roll at any time.It continues to be nurtured by way of their speeches, maintaining of what is imitated from the previous for the fifties Year.

Fosters pride as a nation of Indonesia to become a formidable, not by nationality uplifting .because it can plunge the nation following the offspring. make the nation self-forgetful and forgotten, lulled by his pride.Moreover gesture as if to show the fangs to the neighboring countries.

The attitude of pride was alive with creativity not drift into the past. Explore what can be achieved and developed. captures all of what technology has evolved. Be friendly to everyone that great men capable unmasked the secret life, for the survival of the nation and its derivatives into a nation strong and resilient.

Do not have a costume suit set life can be a one proud. Only able to boast of other people's rule of the system. Do not be pride because it is just a costume, that will not be able to save themselves from the dust that you throw.

   

 

Friday 14 February 2014

Telat Memberikan Masker Pada Penduduk Terdampak Erupsi


Pemerintah punya interval waktu untuk membagikan masker pada penduduk di radius 10 km terdampak erupsi, dimana hal tersebut tidak dilakukan, baik itu di sinabung maupun di kelud. Seharusnya ada hasil evaluasi dari letusan gunung merapi kemaren dan sinabung beberapa waktu yang lalu. Namun sepertinya menganggap enteng dampak debu dari semburan isi perut gunung tersebut.

Dan itu terbukti, dengan pernyataan dan pemberitaannya, menyebut abu beterbangan. Itu bukan abu tapi Debu, yakni partikel dari berbagai unsur yang unsur utamanya silika dan sulfur. Sedangkan abu itu sisa pembakaran kayu. Jadi apa Abu yang keluar dari perut gunung?

Ini debu, yakni bagian yang keluar dari perut gunung, menjadi debu karena redusir dari udara. debu ini, jika ini terhirup, maka akan merusak jaringan pernafasan. Malah yang menggunakan alat keselamatan para penolongnya. Ini seperti media yang tidak ada gunanya bagi kehidupan populasi di sana.

Tuesday 11 February 2014

Nasional

Nasional

Ada seseorang memberikan penilaian terhadap situasi yang terjadi akhir - akhir ini di Indonesia, bahwa nasionalitas kita terkotak-kotak.




Benarkah begitu???


Nasionalitas terkotak - kotak, Ungkapan ini seperti benar, cuma kalau ini dikembalikan ke istilahnya, sangat nyata, bahwa ungkapan tersebut tidak lebih dari sekedar kata - kata asbun (asal bunyi), tapi terlihat ingin dipandang intelek. Orang seperti ini biasanya jika bicara, ia sendiri tidak paham dengan apa yang sedang ia bicara. Jadi situasi Indonesia akhir -akhir ini terutama orang - orang yang suka ngomong agar dipandang intelek itu, nilainya sebanding dengan yang suka membuat kerusakan moral Bangsa Indonesia.



Sekarang kita lihat apa itu nasional.


Nasional kata sifat dari nation. Nasion/nation itu bangsa. Dan Indonesia itu kumpulan bangsa - bangsa yang berbangsa - bangsa dari aneka suku bangsa, ada bangsa sunda, jawa, sumatera, ambon dsb. Dalam perjuangan pun sudah menjadi sunatullah, secara otomatis, setiap suku bangsa akan kembali ke suku bangsanya sendiri dalam membantu, menolong, memberdayakan dan memyelamatkan bangsanya. Tajamnya yang pertama kali diselamatkan suku bangsanya sendiri, ini yang istilah asing disebut dengan nepotism.


Nation - nation dalam ikatan negara, maka negara menyatukan setiap suku bangsa dan bangsa menjadi satu bangsa. Sehingga kesemuanya diikat janji siap mengikat diri (melebur) kedalam satu sikap nationality, satu kebangsaan.


Dengan begitu bagaimana bisa nasionalisme diartikan sikap merasa satu kebangsaan sementara akarnya adalah campuran bangsa - bangsa yang masih kuat tertanam?


Bahkan makin dikukuhkan beberapa culture daerah sebagai aset kebudayaan nasional?


Jadi terlalu ge'er, jika melihat seseorang mengklaim dirinya nasionalis, sementara ia kental berpegang pada tradisi nenek moyangnya.




Apa bisa yang begitu bisa menanggalkan semua atribut asalnya, turunannya, etnisnya, almamaternya?


Satu kebangsaan itu bukan karakter tapi itu adalah sikap. Dan kalau masih ada yang beranggapan yang demikian itu budaya bangsa, sehingga berdasar itu berharap diri orang lain harus memiliki atau terbentuk oleh karakter satu kebangsaan . Harapan yang seperti itu seperti sedang melukis diatas air.


Satu kebangsaan itu ikatan janji maka dalam pelaksanaan dituntun dengan aturan. Namun yg terjadi hari ini dan kemarin dan yang akan masih beranggapan nasionalis itu lebih dari sekedar karakter satu bangsa, yakni satu sikap kebangsaan.


Nah ini lebih tambah ngaco lagi dengan istilah nasiolism.


Nah sekarang apa artinya berbangsa? Berbangsa - bangsa atau berbangsa satu???


Satu kebangsaan itu adalah ikatan janji beberapa suku bangsa dalam satu wilayah yang ditentukan bersama mengikat diri dalam satu tatanan hidup, pembangunan hidup, menyatukan semangat, visi, misi secara bersama - sam dan siap melebur menyatu menghilangkan perbedaan suku dan budaya.


Jadi satu kebangsaan itu satu kebulatan tekad bersama, dalam bingkai berbeda - beda tapi satu, tunggal visi, tunggal misi, tunggal arah dan tujuan. Diatas semangat itu dibangun sistim. Yang diantaranya dibentuk legalitas negara dengan segala atribut wadahnya, benderanya dan lain sebagainya.


Jadi satu kebangsaan itu kaidah yang sudah ditetapkan dalam sebuah konstitusi, diatur dalam pengaturan. Dengan begitu sudah tidak ada lagi satu nasonalitas yang terkotak - terkotak.


Maka jika dalam perjalanannya muncul indikasi adanya perbedaan, dirasakan satu wilayah yang mulai terkotak - kotak ini tidak bisa disebut nasionalitas terkotak - terkotak, sebab ini hanya indikasi dan atau memang real ada karena disebabkan oleh efek saja, baik efek besar mau pun efek kecil. Contoh sample efek besar misalkan karena pengabaian atau pelanggaran dari para penyelengaranya terhadap konstitusi.


Sebaliknya jika muncul indikasi yang demikian, maka yang diperbaiki bukan cuma area sakitnya tapi harus ke sumber penyebabnya agar sakit bisa sembuh total tidak menjadi akut, baru sembuh sakit lagi, begitu seterusnya.


Jadi jika muncul berbagai indikasi seperti diatas, nasionality, nation terkotak - kotak, adanya indikasi dis integerasi, bukan cuma pada tirik persoalan yang ditangani, akar muaranya harus diperbaiki.


terusan dan revisi dari tulisan sendiri www.facebook.com/ahmad.hanafiah/notes.

Saturday 1 February 2014

AHA GRAPHIC DESIGN



contact person: ahmad.hanafiah@yahoo.com
                         ahmad.hanafiah33@gmail.com
       0815-1127-1079

Untuk Informasi lengkapnya silahkan kunjungi / klik "Menerima Jasa Pembuatan Website"

Tuesday 11 September 2012

Indonesia Punya Timnas, Saya Punya Tim Spanyol Dan Arkhentina

Semenjak kekalahan beruntun yang dialami timnas Indonesia dari semua tingkatan usia didukung oleh sikap  para pengelolannya yang bebal dan berkepala batu.  Ciri khas orang bebal dan berkepala batu, tidak sadar diri terlalu asik minum – minuman yang memabokan,  cenderung menyalahkan orang lain atau orang – orang di sekitarnya sambil teriak – teriak serak yang tak jelas isi omongannya .  Berbagai kegagalan  tidak pernah diakui sebagai usaha mereka,  maka  tidak heran yang dilakukannya adalah merombak pemain. Karena pemain adalah objeknya.

Sulit sekali buat saya menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada anak saya yang lagi gandrung  – gandrungnya  dengan sepakbola.  Ia berteriak – teriak dengan penuh semangatnya ketika timnas melakukan perlawanan pada lawannya, namun dengan seketika terpancar wajah murungnya ketika timnas yang jadi kesayangannya luluh lantah diterjang gol – gol dari lawannya. Yang bisa saya lakukan adalah mencoba berdiskusi dengannya tentang strategi diantara kedua tim yang bertanding termasuk kelemahan - kelemahannya pada timnas , ditengah pertandingan masih berjalan sekedar meredam murungnya agar  tidak sampai  berlarut  terus  keluar sampai pertandingan usai. Dan sebetulnya kalau bukan karena anak,  tak sedikitpun berhasrat melihat laga itu.

Beruntungnya saya punya tim yang sampai dengan hari ini masih menunjukkan performa yang masih  ciamik, Spanyol sdan Arkhentina. Saya tawarkan itu pada anak saya yang keukeuh dengan timnas, tim Inggris dan Portugal. Sayangnya  tidak terlalu berhasil,  cuma timnas yang ia tinggalkan dan yang diambil tim Spanyol, arkhentinanya tidak.. Tapi  tidak apa – apalah namanya juga anak – anak,  masih terus dalam pencarian   idolanya.

Jadi kalau Indonesia samapai dengan hari ini punya timnas, saya pun tak mau kalah, punya tim spanyol dan arkhentina.

Adios