Thursday 11 August 2016

Konstalasi Politik Jelang PilGub DKI 2017

Konstalasi Politik Jelang PilGub DKI 2017 Agustusan: Refleksi Penghambat Kemajuansegera dapatkanToday RRC The Great Leaf Forward Effect PERETASAN MOBILE SELULAR OLEH INTELEJEN DUNIAPETA POLITIK LAUT TENGAH PASCA KEGAGALAN MENGGULINGKAN ASSAD DAN REINKARNASI ASYIRIA RAYA YAHUDIJasa Payroll Sistim Akuntansi Dan Penggajian







Kemaren secara aklamasi di tv, 7 parpol, PDIP, PKS, PAN, Gerindra, Demokrat dan PPP, membentuk koalisi besar di Pilgub DKI 2017. Ketujuh partai baru bersepakat dan baru berencana mencari calon melawan bakal calon Ahok yang sudah diusung 3 parpol Hanura, NasDem dan Golkar. Artinya dengan menyiarkan di depan televisi berarti ini aklamasi.


Aklamasi ini seperti kristalisasi dari kegalauan parpol - parpol itu sejak bulan ketiga kemaren walaupun yang melatabelakanginya berbeda. Kemaren masalahnya adalah galau melihat pergerakan tim independen ahok pengumpul ktp.


Oleh karena situasi seperti itu saat itu, hingga membuat wakil ketua Majelis Syuro PKS bersuara, yakni mengusulkan membuat strategi melawan ahok dengan gagasan yang sama, yakni parpol bergabung. Begitu pula dengan PDIP lewat ketua DPD PDI-P DKI Jakarta.





Saat itu pun Pengamat politik Universitas Padjajaran (Unpad), memberi ide hal yang sama, sekalipun latar belakangnya bukan karena tim pengumpul ktp untuk Ahok, tapi tekanannya pada masalah figure. Sedikit banyak ide itu telah memberikan andil pengaruh pada parpol - parpol tersebut.


Dan terbukti kemudian, kemaren mereka realisasikan. Kesepakatan itu seolah sedang menguburkan Sandiago Uno juga H.Lulung yang sebelumnya sudah wara - wiri, mempromosikan diri bakal maju. Situasi ini pun juga seperti membikin Yusril gigit jari.


Sedangkan diluar situasi politik yang terus meramaikan media, tiba - tiba saja muncul bakal calon baru dari benar - benar jalur independen, yakni Noorsy. Ichsanuddin Noorsy ternyata cuma blow up saja kalau mengklaim telah terkumpul 600rb KTP, karena kenyataannya cuma sedikit saja yang bisa dikumpulkan. Ujungnya Noorsy gagal maju.




Sekarang tinggal 7 parpol yang kemaren bersepakat yang belum menentukan balonnya ( bakal calon ). Sandiago Uno tidak mungkin lagi diusung sebagai bakal calon Gub DKI 2017, karena di situ ada PDI-P bergabung, itu rules mereka. Nah! Kalaupun Sandiago Uno tetap akan diusung, tentunya sebagai balon wagub bisa saja. Dibelahan lain, Gub Jatim belum ada kepastian. Jadi belum ada balon gubernurnya.


Itulah konstalasi politik saat ini di Ibukota. Jika kita lihat konstalasi politik ini berdasarkan satu sudut ahok dan lawan ahok saja, maka bisa kita lihat atau kita plot komposisi parpol diantara kedua kubu tersebut. Ini supaya jelas, tidak terjebak kedalam permainan politik picisan itu, yang selama ini terus saja kerjanya selalu membohongi rakyatnya.


Kebohongan seperti sudah jadi gaya hidup, enteng diucapkan sudah pada tebal muka. Contohnya lihat saja Noorsy, Noorsi ini jika bicara mengamati situasi selalu begitu berapi - api. Tapi kemaren saja berbohong, mengklaim terkumpul 600rb ktp ternyata hanya belasan ribu ktp.


Bicara bohong itu entah noorsy yang berbohong atau tim pengumpul ktpnya yang berbohong. Tapi intinya adalah berbohong. Dan bicara bohong itu seperti diamini, sebelas dua belas para pendoa di medsos yang minta di amini doa yang pengen dia tulis atau minta di like dan lain sebagainya. Kongruen dengan sindikat pengemis yang menadahkan tangan di jalan minta belas kasihan.


Semua terus berusaha mengelabui, saling mengelabui. Itu mereka lakukan demi duit. Dedemit duit ini sudah merasuk sukma mereka, sekalipun mulutnya fasih bicara ayat, bicara Sang Pencipta, bicara nilai yang benar.


Yang demikian inilah telah membikin hidup terus jadi budak duit dari segala lapisan. Kita saksikan kembali apa yang terjadi sekarang, permainan politik dengan 7 parpol bersatu, dan yang lucu tidak diwakili deklarasi itu oleh ketumnya masing - masing.


Lalu sekarang dimana koalisi merah putih kemaren yang mereka deklarasikan?


Ada yang tahu???!





Aklamasi 7 parpol kemaren, jika dilihat secara kasat mata 7, memyimak obrolan mereka dari salah satu kader PDI-P, bahwa dibaliknya adalah persoalan etika ahok yang kurang santun bicara.


Santun ini bukan cuma milik budaya jawa saja, santun itu budaya milik semua orang beretika di dunia dimana saja berada. Lihat donald trump, ceplas - ceplosnya bikin risau para petinggi USA. Terus apa Paus di Vatikan slengehan bicara?


Apa dalai lama bicaranya kaya preeman?


Contoh itu untuk membuktikan bahwa santun itu etika orang beretika didunia, di dunia yang membangun peradaban lebih baik. Dan salah satu yang menyebabkan PDIP-P bikin koalisi lawan ahok, masalah etika. Etikanya ini bukan masalah cara bicaranya, tapi sering menelikung. Satu lagi omongannya inkonsisten.


Tentang menelikung itu, mungkin sebagian masih ingat bagaimana dulu Gerinda bukan cuma dikhianati tapi dilengkapi dengan lampiran kata - kata yang tidak tahu rasa berterima kasih. Hal yang sama pula yang dilakukan ahok terhadap tim sejuta ktp. Hehe.. Sayang meski begitu tim sejuta KTP ada yang masih setia.


Khianat, lawan dari khianat adalah amanah. Jadi jika tidak amanah pasti khianat. Sebaliknya jika khianat jangan pernah bermimpi amanah. Itu saja. Kembali ke konstalasi politik dalam masalah komposisi parpol dua kubu yang mereka rancang sekarang.


mailto:ahmad.hanafiah33@gmail.com

Informasi detail, dapat dihubungi di :


Kita lihat kubu 7 parpol disitu ada PDI-P, PAN dan P3 yang menjadi basis inti masuk dalam barisan koalisi Indonesia Hebat..

Sedangkan kubu ahok ada Nasdem dan Hanura, yang juga menjadi basis Koalisi Indonesia Hebat.

Jadi apa yang sedang mereka rancang tidak perlu saya jelaskan secara detail. Dari situ saja sudah terbaca mau digiring ke arah mana. Mereka semua jadi budak duit, budak dari agen dari luar sebagai penggagasnya.

Segitu saja uraian kali ini. Tidak ada yang harus ditakutkan dari ahok, takut disini takut ahok menang di pilgub di tahun besok buat mereka orang parpol yang sudah kalah sebelum bertanding, ujungnya karena galau jadi tidak sadar masuk kedalam satu perangkap.

Adios...






USD
  
IDR


Sunday 7 August 2016

Agustusan: Refleksi Penghambat Kemajuan


segera dapatkan Today RRC The Great Leaf Forward Effect PERETASAN MOBILE SELULAR OLEH INTELEJEN DUNIA PETA POLITIK LAUT TENGAH PASCA KEGAGALAN MENGGULINGKAN ASSAD DAN REINKARNASI ASYIRIA RAYA YAHUDI HALAL BIL HALAL Jasa Payroll Sistim Akuntansi Dan Penggajian




Agustusan, sebentar lagi... 2016 dikurangi 1945 sama dengan 71 tahun, sudah tua. Sudah habis satu generasi, seharusnya begitu. Masa kini kekinian masa lalu kekinikinian, artinya tidak ada yang berbeda. Kita dihadapkan generasi lalu yang bermimpi besar berbuat kekolotan.

Mimpinya ingin jadi negara nomor wahid di dunia, ingin jadi macan asia. Namun tindakannya selalu menyengsarakan bangsanya. Dari hebohnya penangkapan Santoso, respon terhadap saudara Harris Kontras terus kemaren ke masalah anak belia yang bikin mie merk bikini dan kebelakang heboh terhadap Saskia Gotik yang ke pleset masalah Pancasila dan banyak lagi. Ini saja bagaimana mereka merespon sudah indikasi besar susah maju, bisa dibilang penggambat maju.





Ciri negara maju itu harus punya ketangguhan ekonomi, kekuatan SDM yang unggul, berkualitas dan berkesinambungan, pengelolaan SDA tepat guna. Sedangkan potret yang bisa dilihat hal sebaliknya. Bahkan senang memblow up hal - hal yang sebaliknya, sampai bikin drama demi meraup simpatik. Pertanda haus pujian, mirip dengan heboh diatas tadi, dasarnya adalah haus pujian.

Satu contoh begitu hebohnya menanggapi produk makanan merk bikini. Semua menyerang bukan membina. Seolah semua lembaga yang punya kepentingan berhak dapat pujian sebagai penyelamat bangsa. Itulah mental paternalistik, yang bangga dengan baju seragam, bukan prestasi.

Padahal pembuatnya ini remaja masih belia, belasan tahun, layak dibina bukan dibinasakan. Ia sudah punya kemampuan memproduksi, salah nama layak diberi tahu bukan disodori hukum tapi kasih tahu dan bina. Tidak terdaftar di bppom, ya bppom yang aktif. Jika tidak memenuhi standard, minta mengulang sample baru dari komposisi produk baru. Yang umum tidak begitu, kalau tidak datang sendiri aktif (calon produsenya) kagak bakal ada pemberitahuan buat periksa sample lagi. Inilah mental paternalistik, bukan cari pasar malah jadi juri. Jadi apa faham mereka, para aparat, mengelola konflik?

Rata - rata kan begitu, sebagai dua contohnya, ada air ledeng, listrik cari pelanggan baru?





Semua senang jika masuk pns,karena ada jaminan. Jaminan ini satu segi menciptakan calo, membuat biaya tinggi buat pelamar jadi pns, segi yang lain membentuk karakter lama, masyarakat paternalistik, yang paling parah pemalas berseragam, kagak kerjapun dapat duit. Surat - surat bisa digadaikan ke bank buat sebagian besar tuntutan gaya hidup.

Orientasi mereka jadi begitu bukan ansih salah mereka, itu karena sudah terbentuk satu budaya seperti itu. Mereka mencontoh seniornya, seniornya nyontek seniornya lagi. Dan ini dibiarkan terus. Kalau pun yang diperbaiki, cuma nyolongnya, nyolong waktu dan duit. Jika ketahuan korupsi, dijebloskan ke sel. Hanya itu yang baru digalakkan, tidak ada orientasi yang membikin semua sdm yang diberdayakan tepat guna tepat sasaran berdasarkan fungsinya.





Agustusan sebentar lagi, mental masih bermental kolot, hanya mengelus dada jika melihat kanan kirinya tidak jelas pekerjaan. Sekali diberi pekerjaan dijadikan alat tukang pukul, tukang kampanye, tukang ngumpulin ktp dan lain sebagainya. Itulah potret perjalanan 71 tahun merdeka. Tidak pernah matang dan dewasa. Kekhasan ketidakmatangan senang puja puji, senang plakat, senang lencana, senang piagam penghargaan.

Itu tergambar, satu contoh, sangat jelas tergambar bagaimana sikap institusi Kepolisian merespon informasi Harris Kontras. Sebaliknya si pembuka informasi pun seperti berlaku sama. Cenderung yang dikedepanan mencari popularitas ditengah masyarakat yang premature dikitari oleh para penyamun.

Hal yang sama, bombardir pemberitaan penangkapan Santoso. Santoso ini militan kecil, bisa ditangkap dengan sedikit serdadu, atau memang sudah keasikan hidup di kafe - kafe jadi susah atau lupa atau tidak tahu lagi bagaimana cara perang gerilya benar. Apa tidak ini jadi kontradiktif dengan berita juara peperangan dengan USA. Bahkan mungkin hidungnya kembang kempis dipuji perwira USA?

Kontradiktif lagi sampai salah sasaran tembak???



mailto:ahmad.hanafiah33@gmail.com

Informasi detail, dapat dihubungi di :


Agustusan sebentar lagi, disetiap kampung semua yang berkepentingan sedang cari saweran buat kemeriahan menyambut HUT NKRI. Dari tahun ke tahun potretnya sama, satu sama dengan kenyataan dalam cara pandang, cara mengambil keputusan dan tindakan. Tema dan kenyataan jauh panggang dari api, hal yang sama pula dengan jargon revolusi mental dan nawa cita yang jauh panggang dari api, gagasan tanpa konsep.

Sadar dirilah usia sudah kian senja tanpa satu gerakan revolusi tak akan ada perubahan. Menjebol konsep lama yang tak berkonsep ganti dengan konsep baru. Untuk itu bentuk dulu konsep baru, buat kesepakatan. Dan kompromi itu adalah lubang jebakan. Semua bicara semua bersuara ini penghambat pembangunan, demokrasi kebablasan. Demokrasi diukur menurut isi kepala masing- masing. Ini hanyalah ekses, akibat dari satu konsep yang tidak membumi tidak menjulang ke angkasa.

Negara yang maju adalah negara yang penyelenggaranya siap memberdayakan semua SDM-nya all out, semua komponen bangsa disiapkan untuk bertempur merebut pasar dunia. Bukan model penyelenggara yang suka cari jalan pintas, berhutang demi gengsi yang terlanjur membumbung. Ujungnya jadi boneka agenda kerja dari luar, yang bagaikan hidup diatas rawa. Hingga ajal menjemput.

Senang pujian adalah manusiawi, namun haus pujian adalah ledakan umum pembual.

Kehebatan SATU BANGSA bukan tidak pernah korupsi. Kehebatan SATU BANGSA ada pada Produktivitasnya dan keberpihakan pada BANGSAnya. Satu yang jadi tujuannya mengangkat harkat martabat BANGSAnya menjadi hidup sejahtera dan penuh yakin dan percaya diri.

SEMOGA TERCAPAI KEMERDEKAAN ITU.

SALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 1945.









USD
  
IDR


Friday 5 August 2016

TANJUNG BALAI BUKAN INTOLERAN ITU ISSUE POLITIK

TANJUNG BALAI BUKAN INTOLERAN ITU ISSUE POLITIK
segera dapatkan Today RRC The Great Leaf Forward Effect PERETASAN MOBILE SELULAR OLEH INTELEJEN DUNIA PETA POLITIK LAUT TENGAH PASCA KEGAGALAN MENGGULINGKAN ASSAD DAN REINKARNASI ASYIRIA RAYA YAHUDI HALAL BIL HALAL Jasa Payroll Sistim Akuntansi Dan Penggajian


Menengok peristiwa kemaren di Tanjung Balai, beberapa hari yang lalu, itu bukanlah masalah intoleran. Tapi yang menyeruak kepermukaan adalah intoleran. Semua membangun penilaian - penilaian picisan.

Penilaian - penilaian picisan itu, yang kebetulan yang tidak suka umat islam di Indonesia memanfaatkan ini untuk membagi bagaimana sikap pemerintah dan umat islam di Arab, kaya di Saudi. Yang membawa sentimen agama islam dari barat dan timur tengah terhadap yang demikian menjadi ajang sempurna untuk menyudutkan persoalan aqidah dan syar'i.

Dan yang ditangkap kemaren di jagakarsa adalah ekses lanjutan dari kerja politik untuk menyebarkan issue permusuhan. Jadi bukan murni dalang, karena dalang dari semua dalang itu adalah arah politik yang mengambang, mengujudkan satu masyarakat minim bekal hidup, minim penghidupan. Sempitnya lapangan kerja sulitnya mendapatkan kerja yang layak.





Sementara usaha - usaha yang dilakukan untuk menciptakan niagawan baru atau bahasa kerennya enterpreneur, tidak ada, bahkan wilayah ini dimanfaatkan betul oleh para motivator jadi lahan duitnya. Mereka undang mereka yang kebingungan dengan jati dirinya dengan masa depannya, diceramahi trik tips berniaga dengan harga merogoh duit buat tempat duduk dan pengganjal perut.

Kemudian motivator lainnya datang membawa misi dari luar merekrut masyarakat yang kebingungan dengan jati diri dan masa depannya untuk menjadi kader yang mereka inginkan, seperti penggalangan dana dan sdm untuk direkrut jadi kader alQaeda dan ISIS.

Banyak lagi yang lainnya, yang merusak mental dan masa depan generasi bangsa Indonesia. Dari jadi pengedar narkoba, makelar organ tubuh, pasukan nasi bungkus dan lain sebagainya. Sementara pemerintahnya di sibukkan dengan urusan mereka dan masa depan mereka sendiri. Sampai duit bantuan buat usaha sudah mereka tongkrongin salah satunya duit hibah.

Sekalipun tidak ada duit buat membangun cari pinjaman, sampai - sampai rela memasukan orang World Bank masuk dalam barisan meski yang bersangkutan WNI sendiri, yang sempet diselamatkan World Bank setelah sukses menggerayangi duit negara ini, kini kembali menduduki jabatan strategis, yang penting duit cair. Itulah mental yang berakar yang sudah permanen merusak mental bangsa.


mailto:ahmad.hanafiah33@gmail.com

Informasi detail, dapat dihubungi di :


Kembali masalah pembakaran Vihara di Tanjung Balai. Setelah mengikuti rentetan beritanya, ini bukan masalah ada asap ada api, juga bukan masalah intoleran. Ini adalah masalah politik yang dihembuskan dari luar yang berpadu dengan kondisi di dalam.

Politik adu domba yang paling efektif adalah issue sara. Ini yang dilakukan orang - orang yang punya kepentingan dengan NKRI, para makelar yang bekerja melakukan pengrusakan ini. Itu serangan dari bawah seperti hembusan angin yang mereka tiupkan. Sementara angin dari arah atas mereka mencoba mempengaruhi kebijakan dalam negeri.

Satu dari seribu contohnya adalah upaya yang dilakukan USA mengenai persoalan LGBT, terus mendesak agar ini di akui di Indonesia bukan masalah kejiwaan. Yang mana upaya UNDP dengan menyebar tagline dan yang upaya lain - lainya tentang LGBT kurang nendang.

Mereka terus melakukan perlawanan terhadap apa yang diberi peringatan nyata oleh Sang Pencipta. Itulah mereka yang mengklaim dirinya pembangun kehidupan, pembela HAM. Dan mereka yang demikian sesungguhnya adalah perusak kehidupan penghancur nilai - nilai hidup mulia yang memenuhi nilai kemanusiaan.

Ada 7 divisi yang akan mereka serang dalam upaya merubah kultur satu bangsa. Masyarakat yang miskin, pemegang kebijakan yang korup dan sudah rusak mentalnya adalah sebuah arena yang paling menguntungkan bagi mereka untuk mengibarkan pengaruhnya yang dibaliknya adalah penghisapan kekayaaan tanah air ini.


segera dapatkan



USD
IDR


Monday 1 August 2016

PERANAN IGGI-MDGs SEBAGAI KENDALI BARAT TERHADAP INDONESIA

PERANAN IGGI-MDGs SEBAGAI KENDALI BARAT TERHADAP INDONESIA

IGGI, berdiri 1967, cita - citanya sudah di gagas sejak 1966. Setelah sukses menggulingkan rezim Soekarno, dengan latar belakang kekhawatiran setelah Soekarno mendeklarasikan Guidev Democracy", demokrasi terpimpin, dan Soekarno berhasilkan mengendalikan politik di MPR.




Ini juga harus dilihat latar belakang sejarahnya, yakni sebagai bentuk kekhawatiran USA dan Inggris terhadap situasi di tanah air saat itu, berdirinya CSIS sebagai telegram yang mencatat setiap peristiwa disetiap jengkal tanah NKRI. Yang perlu disadari adalah dari mana dana Pemerintah Soekarno untuk membangun NKRI?


Tahun 1950s USA mengirim USAID, untuk memberikan bantuan tenaga ahli dan alih teknologi, yang menjadi satu paket bantuan dana pembangunan dari Barat, di bawah komando Inggris. Masih ingat hadis mereka "tidak ada makan siang yang gratis?"


Kondisi ekonomi kian buruk ditambah Sorkarno dibawah "Guide Democracy" , makin menggila dengan gerakan non blok. Soekarni mengibarkan "10 dasa sila bandung" di KAA.


Kekhawatiran barat bukan karena takut kalau kelak Soekarno bakal jadi figure baru sekaligus kekuatan baru di dunia yang lepas dari pengaruh blok Barat maupun blok Timur. Tapi menyangkut masalah ekonomi.


Barat bukan peduli tapi khawatir duit yang sudah digelontorkan bakal sia - sia dan semua bentuk investasi yang sudah ditanam terutama di pertambangan bakal terusik.




Maka langkah yang diambil barat adalah menggulingkan Soekarno. Dan issue nasakom yang dihembuskan Soekarno adalah ide dari intelejen USA, yang pada akhirnya ini menjadi titik awal proses kearah itu diarahkan, menggulingkan dengan memanfaatkan basis kekuatan politik terbesar saat itu.


Setelah sukses melengserkan Soekarno dan menjebloskan Soekarno dalam tahanan rumah virtual melalui koleganya Soeharto. Kemudian sebagai bentuk realisasi imbalan atas dukungannya terhadap Soeharto, didirikan IGGI, berikutnya G8, memberikan bantuan dana pembangunan.


Barat tidak pernah ikut campur persoalan kebijakan politik. dan pembangunan dalam negeri atau dalam negara mana pun. Tapi mereka akan membangun pengaruh politik jika kepentingannya terusik dan atau ada kepentingan secara ekonomi.


Semua gagasan tahapan kerja Pelita adalah advis barat melalui anak bangsa didikan barat. Ini dalam rangka mengamankan kepentingan Barat di Indonesia dibawah kontrol Soeharto. Hampir tiap tahun IGGI memberikan dana bantuan dan hibah, IMF dan World Bank memberikan bantuan pinjaman kapanpun rezim Soeharto butuh.


Hasil dari dana yang bergulir itu tidak berputar secara produktif menetes rembesannya ke semua lapisan, sebaliknya hanya berputar dikalangan militer yang mengendalikan birokrasi dan badan usaha milik negara. Kejadian yang sama seperti di era Orla, namun tak separah di rezim Soekarno, dimana di era Soekarno lapisan masyarakat sangat jomplang.


Kondisi dimana dibelahan sana bergelimpang penyakit dan kekurangan sandang pangan disebelah atas bisa hidup seribu tahun dari duit pembangunan. Ini adalah akar dari instabilitas.


Tahun 90an, krisis melanda dunia, setelah serangan badai USA di Irak. Yang diharapkan barat dari Soeharto tidak terjadi, Bahkan Soeharto mulai seperti Soekarno dalam hubungan internasional, tadinya Soeharto bergaya low profile, berani menentang IGGI, masalah Timor Timur, tahun 1992.


Pada akhir 1990-an, OECD, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan bikin ide "gagasan pembangunan internasional" dengan tolok ukur upaya donor dana buat menghalau krisis ekonomi.


Kemiskinan oleh gaya hidup corrupt yang diproteksi oleh pengaruh nepotism yang kuat sebagai penyebab utama krisis dan mendorong lahirnya ide itu. Kemudian proposal OECD ditandatangani oleh para pemimpin dari IMF, Bank Dunia, dan PBB, kofi annan.


Konrad Raiser, kepala Dewan Gereja Dunia, sempat protes atas gagasan itu ia menulis Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan, menyampaikan kekecewaan pada Annan telah mengesahkan "propaganda uji coba kebijakan lembaga keuangan internasional, yang kebijakannya secara luas justru menjadi akar dari banyak masalah sosial yang paling serius yang dihadapi masyarakat miskin di seluruh dunia.


Pada tahun 1992, seperti merespon Soeharto yang telah menghentikan bantuan dari IGGI, kemudian pertemuan di Den Haag pemimpin G-8 mengambil langkah besar ke depan membuat kebijakan pembatalan - hutang.


Dari juga muncul gagasan USA mau memberikan bantuan di negara asia terutama Asia Tenggara, meski tidak di amini Belanda karena kondisi keuangan negara super power saat itu sedang rapuh diterjang biaya perang Vietnam, Irak vs Iran dan perang Irak. Namun gagasan ini tetap disetujui.


Puncak krisis terjadi 1998 yang merambat sejak 1996. Moment ini diambil oleh Inggris dan USA untuk menggulingkan Soeharto dengan dua arus, pertama masalah pengembalian hutang dan hutang, kedua menggunakan sebagian rakyat Indonesia dengan issue KKN di seluruh negara yang ada WNI.




Kemudian Tahun 1999 pada pertemuan puncak G-8, di Cologne, Jerman, melahirkan kebijakan baru, bahwa negara bisa menerima bantuan hutang dengan syarat bahwa mereka dialokasikan untuk tabungan pendidikan atau kesehatan. Ini membantu reorientasi pemerintah terhadap belanja di sektor sosial setelah bertahun-tahun pemotongan.


Itulah yang sering kita dengar, didengungkan sampai sekarang tentang dana pendidikan dan kesehatan, tujuannnya supaya dapat bantuan dana, bukan murni bagi kecerdasan dan kesehatan bangsanya sendiri. Lahirlah kartu - kartu dana bantuan masyarakat miskin dengan beraneka label.


Pada tahun 2000 UN Millennium Summit merupakan pertemuan terbesar para pemimpin dunia, tekanannya, bahwa setiap kepala negara perlu bekerja sama untuk membantu orang termiskin di dunia.


Akhirnya, dengan semangat yang ditularkan, yaitu "melihat tantangan baru yang dihadapi di abad baru", semua negara anggota PBB menyetujui, Deklarasi Milenium, dengan kerja program target terukur dan terencana, yang melahirkan MDGs.


Yang santer kepermukaan latar belakang didirikannya MDGs adalah tidak ada kerangka kerja umum untuk mempromosikan pembangunan global setiap dana dialirkan. Dan pasca Perang Dingin berakhir, banyak negara kaya memotong anggaran bantuan luar negeri mereka, beralih fokusnya ke dalam, prioritas dalam negeri. Misalkan di Amerika Serikat, anggaran bantuan luar negeri mencapai semua-waktu rendah pada tahun 1997, di 0,09 % dari pendapatan nasional bruto, kecuali bantuan ke Israel tidak berubah bahkan bertambah.


Pada tahun 2001,  disusun dalam delapan target MDGs:


  1. memberantas kemiskinan dan kelaparan
  2. mencapai pendidikan dasar universal;
  3. mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
  4. mengurangi angka kematian anak
  5. meningkatkan kesehatan ibu
  6. memerangi HIV / AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
  7. memastikan kelestarian lingkungan
  8. menjalin kemitraan global di antara berbagai negara dan aktor untuk mencapai tujuan pembangunan


Setiap tujuan selanjutnya dipecah menjadi target yang lebih spesifik. Misalnya, gol pertama melibatkan pemotongan setengah "antara 1990 dan 2015, proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya kurang dari $ 1 per hari". Itu target programnya.


MDGs berhasil dimobilisasi oleh setiap pemerintah dan para pemimpin bisnis (cikal bakal lahirnya csr) yang menjadi anggota untuk menyumbangkan puluhan miliar dolar untuk alat yang menyelamatkan jiwa, seperti obat antiretroviral dan kelambu yang modern (to life-saving tools, such as antiretroviral drugs and modern mosquito nets).


Di Indonesia, Bappenas, disibukan untuk memberikan progress program MDGs. Bayangkan semua negara berkembang masuk dalam barisan ini. Jadi ini adalah kontrol desentralisasi barat terhadap provisinya di sepenjuru dunia. Kenapa mereka siap setia melaporkan semua program MDGs?


Ini tentunya ada kaitan dengan dana.


Kesetiaan ini ekivalen dengan ketidakmandirian. Potret dari sebuah negara yang tidak digjaya tidak berdaya membangun negaranya dengan kekuatan sendiri menjadi bangsa yang mandiri. Jadi neoliberal dengan anti neoliberal ya itu - itu juga, Makelar.


Dan pencanangan dari tujuan MDGs akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2015. Pada saat itu awal tahun 2014, terjadi perdebatan apa program selanjutnya setelah program MDGs. Ini ada perdebatan cikal bakal yang melahirkan SDGs.


Dan sering dalam setiap kesempatan pidato SBY saat itu, menyebut sustainable development, good goverment, good goverment. Itu bukan semata keren tapi menunjukkan ketidakmandirian, semua ide mengikuti apa yang digulirkan oleh barat.


Dan pada kesempatan di tahun yang sama, dalam pertemuan tingkat tinggi PBB, yang diketuai oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, akan diajukan rekomendasi untuk agenda baru, melahirkan SDGs, Sustaible Development Goals.


Tahun 2015 telah berlalu, tidak ada impact besar terhadap negara berkembang dari semua program MDGs, kecuali hutang semakin bertambah dan kemiskinan tetap stagnan. Inilah pengikat sempurna membikin negara berhutang tunduk terhadap pemberi hutang.


Sementara mimpi mereka ingin membangun negara yang mandiri, sejahtera dan maju. Kenyataan yang mengingkari semangat piagam bangsa dan pembukaan UUD'45. Dan mimpinya adalah mimpi para bandit kemanusiaan.


Dan cerita seru abu al shabaab adalah boneka usa menjaga kepentingan uranium dan hidro karbon di somalia selain area transit beta yahudi.