Friday 26 August 2016

IGAUAN Putri Tahun 2030

IGAUAN Putri Tahun 2030

Satu hari setelah kemaren semenjak putri diberi jabatan sebagai menteri, setelah rapat dengan orang - orang di Senayan, berani sesumbar, bahwa nanti tahun 2030 Indonesia bakal menduduki peringkat 7 dunia sebagai kekuatan ekonomi baru.




Wow!!! Luar biasa!!!


Hanya di Indonesia yang gemar membual kata, gemar meletupan igauan seperti orang yang kepanasan di tengah padang pasir yang terik.


Bukan kali ini saja bangsa ini disuguhkan kalimat heroik yang absurd. Dari semasa ORLA sampai dengan ORBA, gemar menyampaikan sesuatu khalayan.


Pernah ingat bagaimana ORBA meletup - letup menyebarkan issue tahun 2000 Indonesia akan tinggal landas, itu disampaikan tahun 1990. Hasilnya kebalikannya kembali ke landasan, kembali ke dasar dan terpuruk.


Satu saja saya ambil sample negara Jepang. Setelah porak poranda tahun 1945 di bom Nagasaki dan Hirosima. Kemudian Jepang berbenah.


Dan sepanjang perjalanan pembangunannya, Kaisar Jepang tidak pernah menyampaikan issue heroik yang absurd, bahwa nanti jepang bakal jadi negara maju tahun 1970 atau tahun 1980 atau tahun 1990. Itu tidak pernah terlontar.


Sebaliknya di sini gemar memperdagangkan sesuatu yang absurd. Itu karena antara yang menyampaikan dengan sebagian besar pendengarnya, pemujanya, hidup dalam kungkungan dengan dominasi pola pikir klenik.


Apa lupa bagaimana ketika menyampaikan kesaksiannya sebagai saksi di sidang kasus bank century sambil jari - jarinya pegang tasbih?


Itu yang dimaksud klenik. Setinggi - tinggi bangau terbang hinggapnya ke kubangan jua. Setinggi - tingginya sekolah tetap percaya hantu itu ada, keajaiban itu ada.


Kembali ke igauan tahun 2030. Beliau datang meninggalkan World Bank secara formal karena undangan jabatan di negaranya. Dan Indonesia baru saja nambah pinjam duit ke World Bank. Apa ini tidak ada kaitannya, dengan adanya putri, World Bank berharap tidak gagal bayar?




Minimal bayar bunganya?


Jadi berbagai issue yang absurd itu menunjukkan dengan jelas mereka itu bicara tidak berdasarkan konsep. Lebih tepatnya tidak punya konsep. Semua keluar untuk menambahkan nilai plus saja, yakni mendapatkan tepuk tangan, simpatisan di tengah masyarakat meta fisika lagi galau.


Auditor itu pasti lincah memeriksa dan mengoreksi. Dan tidak ada sebuah grand design itu dari seorang auditor. Auditor itu mengecek lalu lintas duit sudah benar atau tidak, ada kebocoran atau tidak.


Jadi disisi ini putri jempolan. Dan rata - rata putri Indonesia jempolan kalau dalam urusan administrasi dan akuntansi. Terus kenapa putri offside?


Berani menyampaikan sesuatu yang diluar jangkauannya?


Karena apa yang disampaikan itu termasuk menyangkut sistim, aturan, arah dan tujuan bernegara. Artinya apa bisa langsung menyimpulkan tahun 2030 kelak bakal seperti itu tanpa membuat konsep, strategi dan aksi perencanaannya?


Apa bukan sekedar menghibur diri?


Atau menghibur orang - orang yang sedang panik?


Banyak hal yang harus diperbaiki, dipersiapkan jika punya impian seperti igauan diatas. Ini tidak ada yang dilakukan persiapan ke arah sana, hanya berdasarkan rabaan kira- kira dari apa yang dilihat, dievaluasinya, langsung bisa menyimpulkan Indonesia bakal hebat tahun 2030. Apa bukan yang kaya gini adalah sikap premature???


Itulah mereka. Mereka bisa menyampaikan sesuatu pada masyarakat luas tapi mereka tidak bisa sembunyi terhadap realitas bahwa situasi ekonomi Indonesia kini kian memburuk.


Tambah kian buruk lagi, dengan doktrin revolusi mentalnya. Gagasan revolusi mental itu sendiri hasil curcol. Senilai dengan kalimat yang heroik absurd diatas tadi, "gagasan tanpa konsep".


Gagasan tanpa konsep hasilnya akan nyaring bunyinya seperti sebuah tong kosong dibunyikan. Seperti minuman memabokkan, hanya ingin mengajak orang semakin gemar berhayal, tenggelam hidup dialam mimpinya.


Dipermukaan luarnya mereka merasa hebat, sekalipun kerjanya seperti pak ogah, menadahkan tangan setiap tikungan lalulintas peredaran duit.


Banyak hal yang harus diperbaiki dan dikaji, put, untuk sampai pada mimpi putri.


Adios..


Permios..

No comments: