Wednesday, 20 December 2017

Multi Dimensi Konflik Timur Tengah

Multi Dimensi Konflik Timur Tengah

Timur Tengah memanas, setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang kemudian di veto AS, kini menghangat bantahan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang dituding oleh Presiden Suria Basyar AlAssad sebagai sponsor pemberontak Suria dan Yaman sedang mengarahkan misilnya ke Saudi Arabia. Ini konflik multi dimensi dari multi kepentingan yang diikuti oleh negara - negara yang mencari peruntungan dari situasi tersebut.




Presiden Perancis membantah tundingan tersebut dan menegaskan, bahwa sejak awal konsisten terhadap perdamaian di Suria. Namun fakta sejarah tidak bisa dihapus begitu saja, sekalipun media Perancis telah berupaya untuk menghapus postingan tentang Macron yang menginginkan Assad digulingkan pada tahun 2013 dan 2015, tapi data meta tentang itu tidak hilang. Media Israel pun memposting pernyataan menteri pertahanan Perancis tentang hal ini.


Hal yang sama dengan Turki, Erdogan, pada tahun 2013 menegaskan agar Basyar AlAssad menyerahkan kekuasaannya. Disinilah awal issue berkembang, konflik di Suria menjadi issue perang sunni versus syiah. Ini tujuannya untuk menarik lebih banyak dukungan umat sunni di dunia agar dapat mempercepat proses penggulingan Assad yang dilapangan dimotori ISIS yang diciptakan oleh AS dengan tokoh ISIS adalah intelejen MOSAD.


Sekarang seperti Macron, Erdogan pun seakan sebagai pembela no.1 terhadap Palestina. Saya masih ingat ketika awal terjadinya pemberontakan militer di Turki. Ini adalah bagian skenario Erdogan dengan perwira militer, tujuannya untuk menunjukkan, bahwa Erdogan didukung mayoritas rakyat Turki, dengan begitu memuluskan jalan mendapat dukungan Uni Eropa agar bisa menjadi anggota Uni Eropa. Sayangnya Turki tetap ditolak oleh Uni Eropa. Erdogan merasa dibohongi AS, kemudian membangun kedekatan Kremlin. Dan sekarang Erdogan teriak mendukung Assad dan melawan AS tentang Yerusalem.


Inilah cara barat membangun pencitraan, ketika operasional ISIS akan digulirkan, beriringan dengan itu, diblow up sebuah pencitraan, bahwa Erdogan adalah sosok Pemimpin muslim yang ideal. Ini adalah dalam rangka untuk mendapat bahan baku peluru untuk menggulingkan Assad. Ingat, bahan baku peluru itu bukan hanya mesiu tapi juga manusia untuk dijadikan robot ISIS secara sukarela. Dan terbukti tahun lalu, seorang warga Indonesia ditawari bea siswa kuliah di Turki setelah disana dia dijadikan robot ISIS.




Hal yang sama apa yang dilakukam seorang teman yang tinggal di Eropa, ketika Pemerintah Suria mendapat bantuan senjata dan prajurit Rusia dari Rusia, dia menunjukkan kepada saya, senjata yang digunakan Tentara Suria adalah buatan Rusia, ini untuk meyakinkan saya, bahwa Rusia bermain dengan Suria. Sedangkan dia tidak menunjukkan kepada saya senjata yang digunakan pemberontak Suria. Itulah cara barat melakukan publikasi kepada dunia untuk mendapat dukungan masyarakat dunia, termasuk didalamnya mempromosikan bahwa barat pihak yang paling bersih dan netral.


Seperti sekarang, dengan pernyataan Presiden Perancis, seakan berpihak pada perdamaian di Suria, yang seperti ingin menghapus kesan bagaimana sebelumnya begitu paling keras menuding genosida yang dilakukan pemerintah Assad. Begitu dengan AS, setelah kegagalannya dengan robotnya, ISIS, untuk meraih dukungan masyarakat muslim kembali, baru - baru ini mengadili seorang wanita yang didakwa telah menggunakan bitcoin untuk mendanai ISIS. Situasi berbalik, dengan cepat pula mereka membalikan issue situasi diantara mereka.


Eropa sendiri sekarang dalam keadaan tak menetu pasca ditinggal Inggris dan ditinggalkan AS dalam masalah pemanasan global. Sementara cita - cita global yahudi membangun reinkarnasi Asyria Raya bisa dikatakan gagal total, setelah tujuan akhirnya di Suria gagal. Jika draft resolusi itu gagasan dari Mesir, itu adalah kekhawatiran besar Mesir dengan global strategi Yahudi. Dan ujungnya semua rencana Yahudi gagal total, setelah Rusia pun mulai turun tangan menyelesaikan masa depan Libya.


Uang, tenaga dan pikiran AS dan sekutunya telah tercurah habis disana, sehingga keluarnya Keputusan Trump tentang status Yerusalem adalah ujud dari itu, merupakan bentuk kefrustasian. Kita lihat langkah perkembangan berikutnya pasca resolusi Dewan Keamanan PBB.


No comments: