Monday, 25 December 2017

Trump The Man of The Years 2017

Trump The Man of The Years 2017


Nama Trump, nama yang paling sering disebut di tahun 2017. Puncaknya setelah keputusan Presiden AS, Donald Trump yang akan memindahkan kantor duta besarnya ke Yerusalem. Frekuensi nama Trump makin menghiasi semua media main stream di semua negara dan meramaikan update dan komentar sosial media. Jika Tahun lalu majalah ternama the times, memilih man of the years 2016 adalah Donald Trump, karena situasi di dalam AS yang terbelah antara pro dan kontra pada Trump. Untuk tahun ini majalah ini belum mengumumkan siapa man of the years 2017, apakah Donald Trump akan kembali sebagai man of the years?




Di sepanjang tahun 2017, hampir tiap bulan nama Trump selalu ada di media berita. Berbagai keputusanya yang selalu mengejutkan dan kontroversial selalu menarik untuk dipublikasikan. Mengingat peranan AS di dunia sebagai negara super power, dapat menentukan dan atau merubah situasi peta politik Internasional, khususnya kawasan Asia, middle east dan asia pasific.


Dimulai saat pengumumannya membatasi imigran illegal, dimana ini mengundang reaksi dari imigran asal Mexico. Persoalan ini pun masuk dalam pengadilan, dan hakim memenangkan rezime Trump, dengan pertimbangan, exekutif memiliki hak untuk mengubah peraturan. Kemudian, statement Donald Trump, di pertengahan tahun 2017, yang akan menarik dari Paris Climate Agreement.


Keluarnya AS dari kesepakatan rumah kaca dari pemanasan global, otomatis menutup aliran dana dari AS untuk penelitian dan pengembangan masalah global warming, emisi gas buang. Trump meminta memberikan syarat, negosiasi ulang. Namun permintaan tersebut tidak bisa dipenuhi, Jerman memandang, kesepakatan itu tidak bisa di negosiasikan ulang. Keputusan ini sangat mengejutkan bagi para pecinta lingkungan.


Kemudian, perseteruan serunya dengan Kim, pemimpin Korea Utara. Ditambah di dalam negeri AS, belum berhentinya masalah issue ketelibatan Rusia dalam pemilihan Presiden AS. Dan terakhir di penghujung tahun 2017, tepatnya pada tanggal 6 Desember 2017, Keputusan AS yang akan memindahkan Kantor kedutaannya ke Yerusalem, yang membuat langit di dunia menggema oleh berbagai tanggapan, terus bergelombang seperti tuada jeda. Jadi layak disebut, Donald Trump ini man of the Years 2017. Penilaian ini bukan mau mendahulu pemilihan formal the man of the years dari sebuah surat khabar, di sini memberikan Trump sebagai the man of the years 2017, hanyalah sebuah penilaian saja.














Reaksi keras menolak keputusan Trump atas Yerusalem, mendukung Resolusi PBB, ada dimana - mana. Namun AS tak bergeming bahkan mengambil langkah dengan menggunakan hak vetonya. Ternyata setelah veto dari AS yang diwakili Haley, masalahnya belum berhenti disini, lalu sebagian besar anggota dewan keamanan mengambil langkah dengan melakukan vooting. Dan hasilnya adalah 128 perwakilan negara mendukung Resolusi Dewan Keamanan PBB, 9 negara abstain. Pengambilan vooting ini, tidak dihadiri oleh 21 negara, artinya posisi AS dengan keputusannya masih aman.




Ditengah situasi ini, kembali Trump menyampaikan pesan, bahwa AS akan menghentikan bantuan ke negara yang mendukung Resolusi Dewan Keamanan PBB. Statement Trump ini, mendapat reaksi, baik yang pro dengan keputusan AS dengan yang pro terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dan yang sering adalah bentuk statement Presiden Turki, Erdogan. Situasi ini juga mengundang reaksi dari yang pro Keputusan AS atas Yersalem, namun tidak sebanyak yang pro Resolusi Dewan Keamanan PBB.


Ditengah makin meluasnya ketidak sukaan terhadap Trump, yang kemudian sebagiannya menjadi Hater Trump. Meskipun demikian, ditengah para haters, selalu ada lover, pro terhadap Trump, salah satunya Guatemala, yang juga akan memindahkan kantor kedutaannya ke Yerusalem. Hingga hari Raya Natal pun, nama Trump masih menghiasi di media berita dan media sosial


Selamat Hari Raya Natal bagi yang merayakan.


No comments: