Tuesday 31 July 2018

Tumaninah - Arti Dan Sebutan Yang Benar

Tumaninah - Arti Dan Sebutan Yang Benar


Assalaamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatuhu



Alhamdulillahi rabbil'aalamiin


Aha Dua Permata kembali kembali dalam syiar ISLAM, kali ini tentang tumaninah, arti dan sebutan yang benar. Karena salah penyebutan salah pula artinya. Sebutan tumaninah sudah menjadi kebiasaan seperti sebuah sebutan "serapan", sama seperti sebutan kata fi'il, yang sebenarnya adala fi'lun. di sini dalam bahasa penulisan yang dibuat untuk membedakan hurup alif mati dengan 'ain mati, menggunakan tanda baca " ' " untuk penganti kata 'ain, sedangkan tanda baca "-" untuk alif mati. Sama pada tuma-ninnah, yang sering kita dengar adalah "tumaninah", "tuma'ninah" atau "tumaninnah".








Kedua perkataan diatas seperti sudah menjadi satu sebutan serapan, sedangkan jika pada sebutan itu diberi makna,maka maknanya menjadi jauh dengan sebutan "tuthma-innna". Tuthma-inna ini asal katanya dari kata "tha-mim-alif" yang diberi ta'kid dengan tanda nun bertasysyid, untuk menguatkan. Sebutan tuthma-inna tidak ada dalam alQuran, dalam alQuran kata pelakunya, yaitu "muthma-inah". Kata "tuthma-innah itu sendiri dalam sebuah hadits Rasulullah, yang ditulis oleh Bukhari dan Muslim, tentang tata cara pelaksanaan shalat.


إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا


"Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat al Quran yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan tuthma-inna lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud dengan tuthma-inna, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan tuthma-inna, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh shalatmu"



Pergeseran sebutan perkataan tuthma-innna menjadi tumaninah ini, mungkin sejarahnya adalah salah dengar salah mengucap, bukan masalah kebiasaan dialetika. Karena pada sebutan muthm-innnah, mereka sama menyebutnya. Kesalahan ini harus diperbaiki bukan untuk dibiasakan menjadi kebiasaan. Sebab bahasa alQuran adalah bahasa yang diperkenalkan pertama kali oleh Allah kepada manusia, bergesernya bahasa menjadi berbagai bahasa oleh bergesernya kesadaran manusia. Semakin jauh kesadaran manusia dari alQuran semakin bergeser bahasanya. Lahirnya berbagai bahasa dengan berjuta dialektika seiring pergeseran kesadaran dan migrasi manusia memenuhi permukaan bumi. Jadi bahasa itu ciptaan untuk menyampaikan kesadaran. Dan sekarang manusia mau membikin bahasa Inggris menjadi induk bahasa. Ini semakin diajak manusia menjauhi dari kesadaran ke arah kesadaran alQuran.


Dalam perjalanannya, meniti hidup dari hasil pergeseran kesadaran dan bahasa, ada proses fusi dan defusi. Manusia melakukan pencarian tentang nilai benar dan salah. Artinya bukan untuk mengecam atau mengutuk diri karena terlahir dari pergeseran bahasa dan kesadaran, sebagian manusia dipertemukan dijalan yang benar atas kesungguhannya dan sebagian lagi tidak, sisanya mengambang, dalam arti tidak melakukan pencarian. itu sekelumit tentang bahasa dan pergeserannya. Dalam hal ini kembali kemasalah tumaninah, sebagai sebutan dari salah mendengar yang melahirkan salah mengucap, bukan dari pergesaran bahasa karena dialektika. Ini harus dikembalikan ke sebutan sebenarnya.


Karena tumaninah, tuma'ninah. tuma'ninna itu sendiri secara bahasa arab memiliki arti tersendiri, sangat jauh berbeda dengan makna dengan tuthma-inna. Jika di illustrasikan, seperti seseorang kebiasaan salah menyebut, misalkan menyebut kanan padahal kiri. Ini tentu akan membuat bingung lawan bicaranya, apalagi jika yang kebiasaan salah menyebut, misalkan adalah seorang penumpang dan yang menyebut adalah supir. Nanti pas dipersimpangan, si penumpang menyebut ke kanan, sedangkan yang dimaksudnya ke kiri, sang supir tentu akan memutar stirnya ke kiri. Apalagi ini adalah masalah bahasa antara Allah dengan manusia, manusia dengan Allah.








Tuthma-inna, maknanya "dalam keadaan benar - benar tenang, damai, mantap, sikap enak nyaman". Sedangkan tumaninnah bisa berarti terus menerus memberi, merendahkan dan lain sebagainya". Jadi bukan sekedar persoalan tajwid saja dalam menapaki nilai - nilai luhur yang terkandung dalam alQuran, tata bahasa-nya juga harus diselami.


Demikian pembahasan tentang Tumaninah, semoga bermanfaat bagi penulis dan keluarga.


Walhamdulillahi rabbil'aalamiin
billahittaufiq wal hidaayah
Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuhu






1. Shalat Jama' Dan Qoshor
2. Wudhu Pembuka Shalat
3. Shalat - Rukun Shalat
4. Shalat - Shalat Rawatib
5. Tata Cara Shalat Dan Bacaannya
6. Shalat Pembentuk Manusia Tangguh Beretika
7. Marhaban Sahrul Ramadhaani
8. Shaum Pembinaan Hidup Sabar
9. Hidup Berkualitas Di Bulan Ramadhan
10. HILAL
11. Catatan Kecil Tentang Zakat Pembangunan SDM Dan SDA
12. Kiblat Ke Masjidil Jaraam Atas Perintah ALLAH
13. Niaga Dari Sudut AlQuran Dan Sunnah Muhammad II
14. Idul Fithri
15. THR Dan Lebaran
16. Halal Bil Halal
17. Idul Adha
18. Tentang Auliaa
19. Kata INSYAA-ALLAH
20. Tentang Shaum
21. Tentang Shaum II
22. Tentang Shaum III
23. Nuzulul Quran Fi Lailatul Qadr
24. Shalat Idul Fithri
25. Tumaninah - Arti Dan Sebutan Yang Benar

No comments: