Di Korea Selatan ada 116 orang yang telah sembuh dari infeksi virus corona, yaknk telah dinyatakan bersih dari virus corona, ketika dites positif lagi, meskipun para pejabattelah menyarankan mereka akan segera mempertimbangkan pelonggaran rekomendasi ketat untuk bertujuan mencegah wabah baru.
Para pejabat kesehatan Korea Selatan sedang menyelidiki beberapa penjelasan yang mungkin untuk sejumlah kecil pasien virudls corona yang pulih tetapi semakin banyak yang kemudian dites positif.
Di antara kemungkinan utamanya adalah infeksi ulang, kambuh, atau tes yang tidak konsisten, kata para ahli.
Korea Selatan telah melaporkan 141 kasus seperti itu pada hari Kamis, menurut Centers for Disease Control and Prevention (KCDC / Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea ).
Meskipun re-infeksi akan menjadi skenario yang paling memprihatinkan karena implikasinya kepada kemampuan mengembangkan kekebalan dalam suatu populasi, baik KCDC dan banyak ahli mengatakan ini tidak mungkin.
Sebaliknya, KCDC mengatakan condong ke arah semacam kekambuhan atau "re-aktivasi" pada virus.
Kambuh dapat berarti bahwa sebagian virus masuk ke suatu keadaan tidak aktif untuk sementara waktu, atau bahwa beberapa pasien mungkin memiliki kondisi tertentu atau kekebalan lemah yang membuat mereka rentan terhadap virus yang hidup kembali dalam sistem mereka, kata para ahli.
Sebuah studi baru-baru ini oleh para dokter di Cina dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa virus corona baru dapat merusak limfosit T, juga dikenal sebagai sel T, yang memainkan peran sentral sistem kekebalan tubuh dan kemampuan untuk melawan infeksi.
Kim Jeong-ki, seorang ahli virus di Korea University College of Pharmacy, membandingkan kekambuhan setelah perawatan dengan pegas yang patah kembali setelah ditekan.
"Ketika Anda menekan pegas itu menjadi lebih kecil, maka ketika Anda melepaskan tangan Anda, pegas itu muncul," katanya.
Sekalipun pasien ditemukan kambuh dan bukannya terinfeksi kembali, itu bisa menandakan tantangan baru untuk menahan penyebaran virus.
"RT-PCR Test memiliki akurasi 95%. Ini berarti masih ada 2-5% dari kasus-kasus yang terdeteksi positif palsu atau positif palsu," kata Kim.
Sisa-sisa virus bisa tetap pada level yang terlalu rendah untuk dideteksi oleh tes yang diberikan, kata Seol.
Di sisi lain, tes juga mungkin sangat sensitif sehingga mereka mengambil tingkat kecil, yang berpotensi tidak berbahaya dari virus, yang mengarah ke hasil positif baru meskipun orang tersebut telah pulih, Kwon Jun-wook, wakil direktur KCDC mengatakan di sebuah briefing pada hari Selasa. Tes juga dapat dikompromikan jika sampel yang diperlukan tidak dikumpulkan dengan benar, kata Eom Joong-sik, profesor penyakit menular di Gachon University Gil Medical Center.
Sementara itu, kabar baiknya di Korea Selatan tak ada penambahan jumlah pasien yang positif terkonfirmasi Covid-19 maupun yang meninggal dunia.