Sunday, 20 August 2023

FKUI Klarifikasi Kasus Perundungan Calon Dokter

FKUI Klarifikasi Kasus Perundungan Calon Dokter





Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi






Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam mengklarifikasi sejumlah temuan kasus perundungan yang dialami peserta didik kedokteran di rumah sakit pemerintah.







Bentuk perundungan kepada Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang dilaporkan kepada Inspektorat Kementerian Kesehatan di antaranya waktu siaga pelayanan yang melebihi batas wajar, penyalahgunaan iuran, hingga pernyataan menggunakan kata-kata kasar.


"Terkait waktu siaga pelayanan yang melebihi batas wajar, PPDS merupakan proses pendidikan dan latihan yang memerlukan jam jaga yang lebih untuk memperoleh pengalaman yang lebih luas," kata Ari Fahrial Syam di Jakarta, hari Sabtu, 19/8/2023.


Ia mencontohkan, seorang dokter bedah akan bekerja 24 jam, termasuk dirinya yang sudah 33 tahun berprofesi sebagai dokter harus menyiagakan ponselnya selama 24 jam agar selalu siap jika dihubungi rumah sakit.


Ari mempertanyakan indikator penilaian Inspektorat Kemenkes atas beban kerja peserta didik yang dianggap berlebihan.


"Jadi kapanpun saya harus siap untuk datang ke rumah sakit jika ada pasien yang memerlukan tindakan atau pasien yang mengeluhkan sakit dan hal itu tidak pernah dimengerti oleh orang yang tidak pernah bekerja di rumah sakit," katanya.


Bentuk perundungan oleh oknum senior lainnya berupa penggunaan kata-kata kasar diakui Ari hanya dialami sebagian kecil peserta didik. "Karena angka kasus yang terjadi hanya satu atau dua kasus, tidak sampai puluhan atau ratusan kasus," ujarnya.


Terkait penyalahgunaan dana iuran peserta didik untuk kepentingan pribadi senior, Ari meminta tim Inspektorat Kemenkes melakukan investigasi yang lebih mendalam.


Sebab, pada dasarnya setiap rumah sakit memiliki keterbatasan, sehingga ada beberapa kasus yang mengharuskan dokter mengeluarkan dana untuk keperluan darurat pengadaan obat bagi pasien atau untuk membeli makan PPDS ketika bertugas, kata Ari menambahkan.


"Saya tidak setuju kalau uang itu untuk membiayai kepentingan pribadi senior. Hampir 99 persen di RSCM, RS Adam Malik, dan lainnya merupakan pasien BPJS, jadi bisa membantu untuk pasien dan bisa untuk makan PPDS yang berjaga," katanya.


Pengumpulan dana iuran peserta didik, kata Ari, merupakan hal positif selama dimanfaatkan dengan jelas dan transparan untuk kegiatan positif.


Sehingga peserta didik, khususnya dokter muda, kata Ari, perlu dilatih untuk membiasakan diri terlibat dalam iuran, tapi bukan untuk kepentingan pribadi.


Contohnya, untuk pembelian alat pelindung diri (APD) ketika pandemi COVID-19 melalui pengumpulan dana iuran peserta didik hingga mereka lulus oleh Ikatan Alumni UI senilai total Rp1 miliar lebih.


Kemenkes memberikan sanksi kepada tiga pimpinan rumah sakit milik pemerintah atas kelalaian mereka terkait praktik perundungan terhadap peserta didik.


Mayoritas dari laporan perundungan terkait dengan permintaan biaya di luar kebutuhan pendidikan, pelayanan dan penelitian, serta tugas jaga di luar batas wajar.


Teguran tertulis diberikan kepada Dirut RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo di Jakarta, Dirut RS Hasan Sadikin di Bandung, dan Dirut RS Adam Malik di Medan.



Guru Besar FKUI Sebut Masyarakat Bisa Tanya ke Dokter Masing-masing



Profesor Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan kejadian perundungan calon dokter di sejumlah rumah sakit tidak bisa digeneralisir sama rata. Ia juga meminta masyarakat terbuka untuk bertanya kepada dokter spesialisnya apakah mereka pernah menjadi korban perundungan.


Pasalnya, kata Tjandra, sejak ia menjadi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) 40 tahun yang lalu, hubungan senior dan junior dalam masa pendidikan pada dasarnya sama saja seperti sekarang.


“Kalau ada kejadian yang sekarang di-blowup sedemikian rupa, maka di profesi manapun ada oknum-oknum dan kejadian-kejadian tertentu, dan tentu tidak tepat kalau semuanya digeneralisir,” kata Tjandra dalam pesan tertulis kepada Tempo, Ahad, 20 Agustus 2023.


Apalagi, lanjut Tjandra, sumpah dokter menyebutkan bahwa teman sejawat sesama dokter sebagai saudara kandung, terlebih kalau sesama spesialis di bidang masing-masing.


Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini mengatakan sampai sekarang hubungan sesama dokter spesialis cukup dekat satu dengan lainnya. Ia mengatakan mereka bebas berkomunikasi, termasuk di WhatsApp group para dokter spesialis masing-masing.


“Semua dokter spesialis yg sekarang bekerja di Indonesia tadinya adalah PPDS, dan sekarang bekerja baik, termasuk waktu Covid-19,” ujarnya.


Tjandra mengatakan masyarakat bisa menemui dokter spesialis sehari-hari dan bisa menilai pelayanan yang secara umum baik. Menurut Tjandra, pelayanan kesehatan yang diberikan dokter spesialis ini tentu tidak mencerminkan pelayanan dari seorang dokter yang selama pendidikannya penuh perundungan seperti dinarasikan luas sekarang ini.


“Masyarakat bahkan bisa saja bertanya langsung ke dokter spesialisnya masing-masing, apakah sang dokter itu korban perundungan selama pendidikannya,” kata Tjandra.


Kasus dugaan perundungan alias bullying ini terkuak setelah Kementerian Kesehatan menerima sejumlah laporan aduan. Praktik dugaan perundungan terhadap peserta didik kedokteran atau calon dokter terjadi di lingkungan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dan RSUP Adam Malik Medan.


Inspektorat Jenderal Kemenkes menerima sebanyak 91 aduan terkait kasus dugaan perundungan dari peserta didik tenaga kesehatan di sejumlah RS. Total pengaduan 91 kasus tersebut dihimpun mulai dari 20 Juli hingga 15 Agustus 2023 pukul 16.00 WIB.


Setelah menerima aduan tersebut, pihak Inspektorat Kemenkes kemudian melakukan penelusuran. Hasilnya, sebanyak 44 laporan aduan yang terjadi di 11 RS di bawah kementerian telah divalidasi. Sebarannya yaitu 17 laporan di RSUD pada 6 provinsi, 16 laporan dari Fakultas Kedokteran di 8 provinsi, 6 laporan dari rumah sakit universitas, 1 laporan dari RS TNI/Polri, dan 1 laporan dari RS Swasta.


Investigasi 12 laporan di tiga RS telah selesai, sementara 32 pengaduan lainnya sedang dalam proses investigasi Kemenkes.


Investigas Kemenkes menemukan beberapa jenis perundungan terhadap calon dokter dengan modus beragam. "Mayoritas dari laporan perundungan terkait dengan permintaan biaya di luar kebutuhan pendidikan, pelayanan dan penelitian, serta tugas jaga di luar batas wajar,” kata Inspektur Jenderal Kemenkes Murti Utami, Kamis kemarin, 17 Agustus 2023.


Pelaksana tugas Direktur Utama RSHS Bandung, Yana Akhmad, mengaku mendapatkan teguran dari Kemenkes karena terjadi kasus dugaan perundungan di tempatnya. “Semua yang melakukan investigasi itu dari Kemenkes,” ujar Yana Jumat, 18 Agustus 2023.


Sesuai instruksi Kemenkes, RSHS Bandung harus mencegah tindakan perundungan supaya tidak ada lagi kasus serupa.


“Bukan tidak ada laporan lagi, kami tetap membuka laporan-laporan ini supaya bisa ditindaklanjuti,” kata dia. Mereka yang terkena perundungan bisa melaporkan ke Kementerian Kesehatan atau ke RSHS Bandung.







































google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0






























google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0












































Update Bayi Tertukar di Bogor - Pasien B Tes DNA Minggu Depan di RSCM

Update Bayi Tertukar di Bogor - Pasien B Tes DNA Minggu Depan di RSCM

Update Bayi Tertukar di Bogor - Pasien B Tes DNA Minggu Depan di RSCM





Nasib Nama Bayi Tertukar di Bogor Setelah Tes DNA, Siti Mauliah Sebut Sudah Hak Paten: Dari Mimpi






Siti Mauliah (37), warga Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor terus berjuang mencari keberadaan anak kandungnya yang tertukar.







Proses mencari kebenaran dari persoalan itu pun semakin terang benderang.Kini pasien B yang diketahui bernama Ny Dian yang sebelumnya bersedia melakukan tes DNA kini telah bersedia.


Hal itu diungkapkan oleh kuasa hukum Siti Mauliah yang pertama kali curiga anaknya tertukar, Rusdy Ridho.


"Ini yang kita tunggu-tunggu bahwa sudah ada kabar adanya kemauan tes dna dari pihak pasien B," ujarnya, hari Selasa, 15/08/2023.


Ini adalah tindak lanjut dari kepolisian, untuk mengungkap kasus bayi tertukar di Bogor, akan melakukan tes DNA terhadap "pasien B".


"Pemeriksaan DNA atau tes DNA kemungkinan besar akan kami lakukan di minggu depan," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Kepolisian Resor (Polres) Bogor AKP Yohannes Redhio Sigiro.


Kuasa hukum Siti, Rusdy Ridho, tes DNA direncanakan digelar pekan depan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo atau RSCM, Jakarta.


"Sudah dikabarkan juga kepada saya akan dilakukan di RSCM. Kalau surat yang masuk kepada kami itu tanggal 21 Agustus," ucapnya, Selasa (15/8/2023), dikutip dari Tribunnews Bogor.


Salah satu ibu dari bayi yang diduga tertukar, Siti Mauliah, menyambut baik keinginan D untuk tes DNA. Sebelumnya, D sempat enggan melakukan tes.


"Alhamdulillah, kata saya Allah sudah membukakan hatinya pasien B, semoga lah biar cepet dilaksanakan," ungkapnya.


Jika dari hasil tes diketahui bahwa anak mereka tertukar, Siti tak mau canggung dengan D. Bahkan, Siti berharap dirinya dan D akan terus menjalin hubungan karena sudah saling merawat bayi yang tertukar.


"Kalau misalnya ini bener anak kita ketuker, kita kan udah saling urus bayi masing-masing, mudah-mudahan kita ke depan saling bersilaturahmi jadi saling kunjung mengunjung. Kita menyambungkan untuk kekeluargaan jadi saudara lah selamanya," tuturnya.


Dugaan awal anaknya tertukar mulai menghantui Siti beberapa hari setelah bersalin. Kala itu, ibu empat anak ini sempat merasa janggal dengan bayi yang digendongnya.


"Sesar hari Senin, Selasa gendong bayi yang asli, terus Rabu pagi jam 06.00 itu saya merasa bayi berbeda pas digendong," jelasnya, Jumat (11/8/2023).


Hal-hal yang membuat Siti merasa janggal ialah baju yang dikenakan si bayi, dari yang semula kuning, berubah jadi merah muda. Siti juga merasa janggal dengan fisik bayi yang ia gendong.


"Dari fisik, muka, rambut, dan kulit berbeda. Kalau yang bayi saya rambutnya tipis, enggak tebal," terangnya.


Rusdy Ridho, kuasa hukum Siti (37), ibu bayi yang tertukar di Bogor, Jawa Barat, mengatakan, bayi Siti dan pasien B (penyebutan rumah sakit) tertukar karena gelang yang dipasangkan ke bayi oleh petugas rumah sakit dobel.


Berdasarkan hasil penelusuran pihak Siti, gelang bayi Siti bukan tertukar, melainkan dua gelang dengan satu nama, yaitu atas nama pasien B.




"Jadi bukan gelang tertukar, tapi gelang dobel. Ini yang menjadi tuntutan kami juga karena ini merugikan," ujar Rusdy,hari Rabu, 16/08/2023.


Untuk itu, keluarga Siti meminta kepolisian untuk mengusut manajemen Rumah Sakit (RS) Sentosa, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, tempat Siti melahirkan. Rusdy menilai Siti dan pasien B merupakan korban kelalaian rumah sakit.


Rusdy mengatakan, nama yang sama di gelang tersebut menjadi alasan pasien B enggan melakukan tes DNA.


Pasien B yang merupakan warga Tajur Halang, Kabupaten Bogor, ini merasa tidak perlu untuk tes karena bayi yang dibawa adalah anak kandungnya. Hal itu sudah dibuktikan dengan gelang atau label atas nama mereka.


"Pihak keluarga satunya (pasien B) tidak mau tes DNA karena merasa anak mereka. Tidak ada bukti yang mengarah telah tertukar karena gelang dipakai atas nama mereka sendiri. Sementara gelang yang di Ibu Siti juga nama mereka," ungkapnya .


Rusdy menilai kejadian ini memperlihatkan bahwa manajemen rumah sakit sangat buruk sehingga merugikan kedua belah pihak.


"Kenapa bisa dobel? Ini ada menajemen yang buruk tidak melakukan SOP yang benar. Kami akan menggugat kerugian yang sudah dialami klien kami," ujarnya. Rusdy juga telah bersurat dan melaporkan kasus ini ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) agar memberikan pendampingan secara psikologis kepada Siti dan pasien B.


Sebab, Siti dan pasien B menanggung beban psikologis jika terbukti bayi laki-laki mereka tertukar.


Sementara, juru bicara RS Sentosa, Gregg Djako mengakui ada gelang dobel atas nama yang sama. Hal ini menjadi bukti kuat adanya kelalaian.


Kini, suster yang menangani bayi tertukar selama setahun itu telah diberi sanksi.


"Iya, memang ada dua gelang yang namanya sama, dobel. Jadi atas nama salah satu dari Ibu B ada di Ibu Siti," ujarnya.


Gregg juga menyebut polisi telah meminta keterangan tujuh orang yang terdiri dokter, perawat, dan bidan di Mapolres Bogor, Cibinong.


Sebelumnya diberitakan, bayi laki-laki dari pasangan suami istri M Thabrani dan Siti Maulia asal Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tertukar dengan bayi lain.


Kejadian yang baru terungkap setahun kemudian ini berawal dari kecurigaan nama di gelang bayi yang berbeda.


Siti kemudian mendatangi ibu dari bayi di gelang yang melekat. Namun, ibu tersebut menolak melakukan tes DNA.







































google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0




























google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0











































PM Jepang Cek Keamanan Pembuangan Air Limbah Nuklir ke Laut

PM Jepang Cek Keamanan Pembuangan Air Limbah Nuklir ke Laut

PM Jepang Cek Keamanan Pembuangan Air Limbah Nuklir ke Laut





Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida/Net






Menjelang jadwal pembuangan air limbah nuklir ke laut, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akan melakukan kunjungan ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima.







Kunjungan ke PLTN Fukushima dilakukan pada Minggu (20/8), beberapa jam setelah Kishida kembali dari Camp David untuk pertemuan trilateral dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.


Dimuat Associated Press, sebelum meninggalkan Washington pada hari Jumat, 18/08/2023, Kishida mengatakan sudah waktunya untuk membuat keputusan tentang tanggal pelepasan air limbah, yang belum ditetapkan karena kontroversi seputar rencana tersebut


Sejak mengumumkan rencana pelepasan dua tahun lalu, pemerintah telah menghadapi tentangan keras dari negara tetangga dan berbagai organisasi.


Pemerintah dan operator pembangkit, Tokyo Electric Power Company (TEPCO), mengatakan air harus dibuang untuk memberikan ruang bagi penonaktifan pembangkit dan untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja dari tangki karena banyak air yang masih terkontaminasi dan memerlukan perawatan lebih lanjut.


Setelah proses panjang, Jepang sudah mendapat lampu hijau dari Badan Eneergi Atom Internasional (IAEA), namun dengan syarat meningkatkan transparansi dan kredibilitas untuk memastikan rencana TEPCO memenuhi standar keamanan internasional.


Dalam laporan akhirnya pada Juli, IAEA menyimpulkan bahwa rencana TEPCO terkait pembuangan air limbah nuklir ke laut tidak akan berdampak signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.


Laporan IAEA tersebut juga membuat Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memberikan dukungan atas rencana tersebut, meski ia menghadapi kritik di dalam negeri.







































google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0




























google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0































Video - Russian FPV Drone Operators Compete at ARMY-2023 Forum

Video - Russian FPV Drone Operators Compete at ARMY-2023 Forum

Video - Russian FPV Drone Operators Compete at ARMY-2023 Forum











The ARMY-2023 International Military-Technical Forum is underway in the Moscow region, where delegations from 70 countries and representatives of more than 80 companies have arrived to check out cutting-edge military technology.







A video published by the Russian Ministry of Defense shows the Dronebiathlon-2023 UAV Control Competition held at the Alabino shooting range on August 18, as part of the ARMY-2023 Military-Technical Forum.


Teams consisting of military personnel-operators of unmanned aerial vehicles (UAV) and representatives of the Military Innovation Technopolis "ERA" took part in the contest.


The participants of the event held a race consisting of four stages. In the first stage, the drones hit stationary targets on the ground; during the second one, they conducted reconnaissance aiming to strike a mobile target. In the third stage, the participants hit air targets, showing their skills amid radio-electronic countermeasures. And during the last stage, they were tasked with searching for their target and hitting it with high precision.



New Astarta sniper rifle presented at the Army 2023 Forum



Astarta 12.7-millimeter sniper rifle
©Georgy Sultanov/TASS


The High-Precision Systems holding company (part of Rostec) has presented its latest product - the Astarta 12.7-millimeter sniper rifle - at the Army-2023 forum.


Earlier, the holding company said that Astarta met all modern ergonomic requirements and had the necessary adjustments for the shooter's anthropometric data.


Astarta’s tactical and technical characteristics are superior to those of the 12.7-millimeter OSV-96 sniper rifle.


The Astarta rifle has demonstrated unique accuracy during tests, Vitaly Bulgakov, the deputy managing director of KBP JSC (part of Rostec's High-Precision Systems) told the media on the sidelines of the Army-2023 forum.


"During our first tests this rifle showed groups of five shots that hit a tiny area of 1.5 square centimeters. From a distance of 100 meters. This is unique. The bullet’s caliber is 12.7 millimeters. In other words, it’s like all bullets flew into one tiny hole. One after another."


Bulgakov stressed that Astarta was many times more accurate than the US Barrett rifle.


"The rifle is semi-automatic, but at the same time it boasts high accuracy. The Barrett rifle showed an average shot grouping of 6 centimeters. That is, we have surpassed the Americans many times over," he stated.


Special task units will be the first to get the Astarta rifle. We are focused on specialists, the troops do not need it en masse," Bulgakov said.


There are plans for producing about a thousand of these rifles. The 12.7-millimeter caliber is large enough to hit armored targets, as well as infantry in shelters.


The Army-2023 International Military-Technical Forum is being held at the Patriot Congress and Exhibition Center, the Alabino training ground and the Kubinka airfield outside Moscow on August 14-20. Over 60 countries have confirmed the participation of their official military delegations in the forum.


The forum’s scientific and business program includes over 300 events focusing on the development of Russia’s armed forces and its defense industry and international military-technical cooperation, taking into account present-day realities. Access to the forum and events under the scientific and business program was reserved for industry specialists and foreign delegations on August 15-17. The event is open to the general public on August 18-20. The Defense Ministry is the forum’s organizer and TASS its strategic media partner.







































google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0



























google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0































US Seeks 'License' to Encircle Russia, China, With 'Offensive Strategic Bio-labs'

US Seeks 'License' to Encircle Russia, China, With 'Offensive Strategic Bio-labs'

US Seeks 'License' to Encircle Russia, China, With 'Offensive Strategic Bio-labs'





©AFP 2023 / THOMAS SAMSON






Documents uncovered during Moscow's special operation in Ukraine have revealed that the US was deploying an extensive biological research program there, spending more than $200 million on 46 biological laboratories researching highly dangerous pathogens. Russia, China, and some EU states are still waiting for Washington's answers on these biolabs.







The new Pentagon report claiming that America is facing “expanding biological threats” from its foreign adversaries is no more than an attempt "to seek license" for the US to continue developing offensive strategic bio-labs in countries that surround Russia, China, Iran, and North Korea, Scott Bennett, a former State Department counterterrorism analyst, told Sputnik.


"These labs will be used to develop bio weapons that target specific DNA and genetic vulnerabilities of people of Slavic, Asian, and Persian-Hindu descent. Of course the external cover explanation for the purpose of these labs will be as 'defensive' or 'proactive' countermeasures against the bio weapon development of other nations the American government defines as 'uncooperative', or 'unyielding', or 'hostile' to being an American vassal or slave state," Bennett said.


The "Biodefense Posture Review" - released on Thursday, claimed that its military faces an acute threat from foreign adversaries engaged in developing advanced biological weapons programs. The report, ordered by Defense Secretary Lloyd Austin back in 2021 following the outbreak of the COVID-19 pandemic, urged the US to take measures to counteract such growing threats. It specifically singled out the “growing multi-domain threat posed by the People’s Republic of China (PRC)", saying the National Defense Strategy (NDS) needed to prioritize the “PRC challenge in the Indo-Pacific region,” and the “Russia challenge in Europe.” According to the US Defense Department, it was currently working to address these concerns by bolstering biodefense capabilities through increased collaboration across the military and the Defense Department’s civilian structures.


The report released by the US Department of Defense is a reaction to the recent revelations made by Russia’s Defense Ministry in connection with the continuing “bio weapon violations of international law and indeed crimes against humanity the United States Government and Military under the Biden Administration is currently doing,” said Scott Bennett, who is also a veteran of the 11th Psychological Operations Battalion of the US Army.


Seeking to deflect attention from these revelations, substantiated by Russia with solid evidence, Washington, is grabbing at an excuse to further continue "these extraordinarily dangerous—if not life ending—experiments in disease, suffering, and death….which seems to be the chief export of the United States," he added. About 30 biological laboratories funded by the US Defense Department have been discovered in Ukraine during Moscow’s ongoing special military operation in the country, the Russian Defense Ministry revealed last year. The Pentagon has been running these clandestine biolabs for years, researching highly dangerous pathogens and exporting biological samples in breach of the Biological Weapons Convention (BWC).


The United States is yet to offer any detailed explanations in connection with its military and biological activities in Ukraine.


The Pentagon report attempts to mislead the public by stating that any claims of American bio labs and their development of dangerous pathogens are “unproven”, but this is “patently false,” added the former US Army psychological warfare officer. "The voluminous amount of materials obtained from the US bio labs in Ukraine were presented to the United Nations by Russia for full exposure and analysis to all the world, however France, the United Kingdom, and the United States objected and stopped this investigation. Why? Seems someone has something to hide," Bennett emphasized.


As for the timing of the "Biodefense Posture Review", it comes as, despite a vast amount of NATO-provided weaponry, Ukraine remains unable to turn the tide of its flagging counteroffensive. The Ukraine counteroffensive largely never got off the ground. In the weeks leading up to it, significant forces attacked Russian positions but were consistently repelled, with vast amounts of Western equipment destroyed. After more than two months of heavy losses and with very little to show for it, US media recently reported on a “classified forecast” from Washington that predicted Ukraine is unlikely to meet its goals in the much-hyped counteroffensive.


On the other hand, Washington is also clearly setting the stage for the next spiral of escalation with Beijing.


“The report and the US Department of Defense is clearly identifying China as its intended target, no doubt due to America and NATO losing fantastically in Ukraine," the former USState Department counterterrorism analyst suggested.


He continued that the report indicated to him, as a former psychological operations officer, that "the Joe Biden Administration and his 'handlers' will no doubt be unleashing within the United States some 'false flag event', in the form of a bio weapon... dirty bomb... to generate the required fear and chaos and tyrannical martial law authority of the United States Government, specifically the FBI, the ATF, the US Marshalls, Homeland Security, the CIA, and the U.S. Military, to use against and control the American people.”


Meanwhile, despite the costly but stuttering counteroffensive, and the heavy losses suffered by Ukraine, Washington continues to spearhead NATO’s proxy war against Moscow.


z "It is increasingly clear that the Biden Administration needs a war to distract the American public from the International collapse of the American petroleum-dollar empire fiat currency system, and its 700 plus military bases around the world. They need to generate an enemy, and nothing is better than an invisible bio weapon... This report is the next stage of that internally coordinated self-implosion of the United States, which the Biden Administration has done through open borders, weaponization of the dollar and economic sanctions, and military interventionism... The bio weapons report by the US Department of Defense is simply a preparation for the next chapter, which is the blaming of a foreign adversary, for the very Pandora’s Box the United States created," Scott Bennett concluded.







































google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel Tes SMAKBO

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0


























google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CTES Elog Bimbel - Daftar bimbel UTBK SNBT

google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0