Wednesday 16 May 2012

Mei Dan Reformasi

Mei Dan Reformasi

Tak terasa sudah 12 tahun peristiwa reformasi telah berlalu. Dan yang teristimewa puncak peristiwanya terjadi di bulan mei 1998. Bulan mei seperti "may" dalam bahasa inggris diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi semoga atau mungkin atau boleh, sehingga dapat diidentikan bulan mei itu sebagai bulan yang harapan dengan berbagai kemungkinan upaya penerobosannya.

Menyambungkan satu makna pada kata yang berbeda yang hampir mirip sebagai asumsi dibolehkan menurut logika berpikir yang memenuhi nilai - nilai kemanusian. Barangkali begitu, jika ini dilihat dari peristiwa sejarahnya bangsa Indonesia, yang terjadi di bulan mei 1998. Teristmewanya lagi adalah dihiasi dengan terjadi peristiwa – peristiwa tentang pembentukan jati diri bangsa.

Satu peristiwa pembentukan jati diri bangsa, diawali oleh peristiwa sejarah yang disebut dengan perintis kemerdekaan, sebagai satu bentuk keinginan yang bulat untuk hidup bersama kedalam satu bangsa, yaitu berdirinya Boedi Oetomo, ini juga terjadi di bulan mei. Kemudian lahirnya organisasi kebangsaan itu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional, setiap tanggal 20 mei .


Selanjutnya, lahirnya Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro juga di bulan mei, tepatnya setiap tanggal 2 mei, peringatan Hari pendidikan Nasional itu dijadikan momentum sebagai semangat kebangsaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mencontoh kepada semangat dan pergerakannya yang telah dirintis oleh Ki Hajar Dewantor, dengan satu semboyannya yang sangat indah, tajam dan sarat keteladanan, yaitu “ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso tut wuri handayani”.


Semboyan itu adalah sebagai bentuk dari buah pikirnya selama mengabdikan dirinya didalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian semboyan itu dijadikan semboyan bagi Pendidikan Nasional hingga sekarang.


Sampai disini dari dua peristiwa itu, telah sedikit memberikan gambaran satu keinginan yang sama dari semua komponen bangsa, yaitu keinginan bersama, maju bersama dalam satu ikatan bangsa dan negara, didalamnya saling menjaga martabat dan kerukunan hidup yang menjunjung nilai – nilai keteladanan hidup dalam satu bingkai yang sama, yaitu mencapai tujuan dan cita – cita yang sama.


Kemudian juga dari dua peritiwa itu, dilihat dari sisi lain, berangkat dari keinginan luhur diatas, adalah sebagai bentuk pemberontakan. Pemberontakan secara Ilmiah, yang mengedepankan nilai – nilai Logika berpikir, bukan diatas dorongan semangat frontal yang radikal, anarkis yang non Illmiah. Pemberontakan terhadap realita yang dihadapi dari segala bentuk pembodohan dan penindasan masal intelektual, terhadap saudara sebangsa dan setanah airnya, yang telah memperkosa nilai – nilai yang memenuhi harapan kemanusiaan.


Hal yang mei atau mungkin perlu diperingati adalah ketika nilai – nilai kemanusiaan ini mulai dilanggar dan ketika pula pergerakan – pergerakan perlawanannya mulai dominan memenuhi setiap isi kepala di setiap kepala anak bangsanya, maka ledakan itu tak kan bisa dielakkan lagi. Seperti Peristiwa Reformasi selusin tahun yang lalu, juga di bulan mei, terlepas dari berbagai pernak – pernik yang melatar belakanginya dan hasil dari reformasi selama selusin tahun itu lebih, dari tahun 1998 sd sekarang, baik atau buruk atau stag.


Itu intinya. Sebab sebagai manusia mahluk sosial adalah mahluk yang paling mulia, yang ingin dimulyakan dan memulyakan hidup, dirinya dan orang lain.


Bulan mei seperti awal pembukaan dan penutup disetiap perjalanan bangsa Indonesia, seperti dijalur pendidikan nasional, pendaftaran dan kenaikan kelas, tingkat terjadi diantara bulan mei.

No comments: