Tuesday, 25 February 2014

Spionase

Spionase
"...The hiden has followed you.. orang yang selalu bersamamu...like shadow in a convex lens "

Ya, bukankah begitu mister Snowden?
 if I'm wrong, dont laugh  out loud ..hehe..

Ramainya berita penyadapan akhir  - akhir ini tidak terlepas peranan Edward Snowden yang memutuskan keluar dan lari untuk mencari tempat perlindungan.  Rusia lawan sepadan USA, jadi tempat ideal untuk berlindung, kemudian mengambil corong toa untuk membocorkan semua yang ia ketahui ke senjuru bumi yang membahana berputar - putar di langit.


Seperti biasa ada pro kontra, itu biasa. Namun satu hal, ini membuka tabir dari fakta yang selama ini telah menjadi data yang tidak ada pembuktiannya, sebaliknya begitu dengan laporan Snowden, bisa menjadi issue jika ia tidak melampirkan datanya. Namun dunia seharusnya berterima kasih pada Edwar Snowden, karena bocorannya setidaknya telah membuat melek dunia (tercermin sikapnya terperanjat ketika mendengar kabar itu), bahwa, technology informatika,  technology cyber, technology perekam bicara, technology maping dan pesawat tanpa awak, sebelum itu menjadi konsumsi masal, telah menjadi bagian dari  alat intelejen. Ketika alat intelejen mulai menggunakan technology baru, maka technology lama diproduksi masal/ bebas digunakan, sayangnya hal penjelasan itu tidak disadari. Sebaliknya yang paling disadari adalah mereka telah disadap, sebatas itu. Dan dalam ruang batasannya, mencuat ledakan sakit hati dan dongkol, yang ditunjukan dengan gesture marah, geram kemudian mencari antinya, laku lagi nih barang (penjual anti sadap), hehe.

Sikap seperti itu contoh sederhananya seperti di negara Indonesia, ketika begitu  mendengar informasi dari Edward Snowden kalau Indonesia disadap lihat saja seperti kebakaran jenggot,, sampai - sampai para tukang duduk  di senayan pun tidak mau ketinggalan, bahkan sampai tercetus mau bertandang ke snowden. mau datang apa cari - cari kesempatan ngutak - ngutik duit apbn buat plesiran (plesure)?..cetusan semodel ini cetusan  para oppotunis bukan cetusan seorang abdi negara.

Dan sikap yang berlebihan yang ditunjukan SBY ketika setelah tahu Australia melakukan penyadapan, ujungnya berakhir dengan tangan menampar muka sendiri. Lihat saja walaupun surat balsan  PM Australia ke SBY  tidak dibeberkan  ke publik, minimal tidak sikap apa - apa terhadap surat yang dilayangkan PM Australia itu. Karena apa pun isi balasan harus ada sikap yang diambil, ini tidak. apa bukan gamang? seperti menentukan sikap pada anak yang disayang dan dimanja tapi nakal, ketahuan nyolong ( mencuri), sikap yang diambilpun pasti setengah jadi ( hati ). Terus apa mau dibawa ke Undang - Undang pencemaran nama baik? UU ini saja ( pencemaran nama baik) sudah bertolak belakang dengan dasar negara ( Pancasila), bagaimana bisa dijangkau untuk lintas negara. oooh, Undang - Undang IT  barangkali? apalagi ini, kelanjutan dari UU pencemaran nama baik. Undang - undang yang tidak membuat bangsa Indonesia pintar. Karena mereka kerjanya membikin pager, cermin buat memantas diri (bukan untuk introspeksi diri) dan membangun singgasana istana. Siapa yang mengotori, atribut - atribut itu, bakal kena UU pencemaran nama baik. Mau Bukti ? lihat saja,  kelojotannya sama ketika seseorang ketahuan disadap dengan ketika seseorang dirundung fitnah. Itulah Bangunan yang dibangun yang membikin bangsa ini tidak pintar dan membentuk karakter bangsa yang tidak mempunyai kematangan berpikir ( dewasa ).

Balik lagi masalah penyadapan, sebagai catatan akhir yang tidak perlu dicatat, "selama agen intelejen disetiap negara masih ada selama itu pula kerja penyadapan akan terus terjadi, orang pintar yang didalamnya otomatis akan terus mengembangkan berbagai technology-nya.".






adios

Monday, 24 February 2014

The frame of socio-political in structuring constitutional law

The frame of socio-political in structuring constitutional law


Despite the political, economic, educational, social, cultural of Indonesia has been quite favorable, but it does not reflect the results of the implementation of the goal state. The meaning of state goals is stated in the basic state, which is the basis of the so-called five-point of Pancasila.







And now, The situation like being brought into the trip of bad ideals of acute, that's the individual centric attitude attached to bureaucrats, which gave birth to the stability of attitudes on race derivative gratification of ownership to show off each individual. This attitude encourages the growth of exclusive lifestyle that high again nepotistic collusio.


It would not need to cite examples - case in poin, because each of us have seen the news reports of the past and feel it for yourself or even. It is the gift of building a political life in the frame socio-political in structuring constitutional law.


Constitutional law cannot be separated from the principles of Pancasila as the foundation for driving a just and prosperous life. In this way, the most basic thing is the Constitution. Looking at the amended Constitution, it still contains right-wing content, which is not congruent with free and active politics. In the sense that it is still copying what the West created.


This Constitutional Law must be able to give birth to a generation that loves the country predominantly. So the basic essence is in the education corridor. Education does not prioritize competition for the best schools, but rather schools that have a science base that is based on a high level of morals.


Meanwhile, existing schools have heritage from the west and the Middle East, and most of the patterns are taken from the west and/or from abroad. This is due to the opinion that what is outside is better.

Sunday, 23 February 2014

Sosio-Historis Kunyuk, Kanal Barat Dan Timur

Sosio-Historis Kunyuk, Kanal Barat Dan Timur
ahmad.hanafiah33@gmail.comKunyuk kental dikenal sebagai kata umpatan di palataran komunitas tanah jawa. Sebagian besarnya cangkam dengan sebutan itu tapi tidak mengenalnya, hanya menjadi penyambung lidah dari sebelumnya yang ditularkan begitu saja dari hasil perjalanan interaksi sosial. Akibatnya histori kunyuk menjadi berkonotasi buruk. Pembawanya kebiasaan membawa kata pengganti yang kiasannya disandangkan kepada binatang.


Histori kunyuk tidaklah seperti yang dibayang dalam gambaran ungkapan bahasa sarcasme. Dalam histori ini mau menengok sosio kunyuk pada tahun 1905an seiring dengan gonjang ganjing diantara meneer tentang rencana dibangunnya kanal - kanal di batavia dan kalimantan.


Menyangkut kanal, dalam tulisan kanal ini masih bagian dari sambungan tulisan kanal sebelumnya. Master Plan For Drainage tahun 1973 menjadi acuan dibangunya kanal, yang itu buah gagasan meneer Belanda. Meneer ini bukan tuan tanah Belanda, meneer Van Breen ini yang sama membawa proposal bangunan kanal di Batavia dan Borneo di pertengahan tahun 1919. Meneer ini suruhan Ratu Belanda, jadi bukan pemilik gagasan, yang tersurat berangkat dari banjir besar di Batavia, itu yang meneer bawa. Padahal meneer ini tidak tahu alasan sebenarnya selain Ratu Belanda dan Komandan angkatan perang Belanda, karena si menneer hanya seorang professor, tenaga ahli Belanda.

Sepertihalnya kedatangan westerling, westerling ini budak suruhan perang., datang atas nama ratu Belanda yang itu beradu dengan karater dan maunya si westerling sendiri, kalau dibawa ke paradigma umum kalau prajurit itu lebih galak dari pada jenderal, ya seperti itu gambaran tentang westerling. Ia di Indonesia  jadi komandan di bawah GubJen Hindia Belanda yang ugal - ugalan bukan kepalang,ya begitulah yang namanya saja prajuri kalau mendadak menjadi komandan.

Mengungkap ini bukan mau menggali kisah masa lalu, juga tidak untuk mendeskridetkan Ratu Belanda. Tapi sebagai hadiah buat bangsa Indonesia, yang gampang terpukau, karena gampang terpukau suka gampang lupa diri. Bahwa kanal yang mau dibangun itu tidak ada hubungnnya dengan mengatasi banjir tanah Batavia. Kaitannya kanal dengan banjir, hanya pada kepentingan moda transportasi Belanda pada saat itu di Batavia.

Namun yang terjadi Soehoed atas rekomendasi koleganya di Belanda menerima gagasan itu yang dianggapnya yang masuk akal. Dan seperti kebiasaan bangsa yang mudah terpukau, Soehoed terpukau, ya otomatis lupa diri, ia jabarkan rencana itu seakan - akan murni hasil kajiannya. Terus bergulir seperti itu , di tenteng lagi oleh Ali Sadikin, kaya - kaya gagasanya, dan begitu hingga sekarang. Sikap - sikap premature ini erat kaitan dengan manusia pemalas tapi ingin terlihat menonjol diantara yang lainnya.

Dan tulisan ini tidak akan membuka apa yang menjadi alasan sebenarnya, karena ketika tahun lalu saya sampaikan tentang blue print dam Katulampa, lusanya, muncul opportunis - opportunis belanda bikin tulisan di media (detik.com), bahwa mereka tahu blue print itu.

Sekali lagi.. asik.. sekali lagi, bangsa Indonesia terpukau dengan tulisan itu. Ini semua terus berlangsung, hingga penggalan peristiwa itu dijadikan panduan sejarah yang tidak pernah sejarah itu dilihat rangkaian dari setiap kejadian yang berlangsung pada saat itu. Semua dibungkus mentah - mentah kemudian diberlakukan untuk dikonsumsi siswa dan mahasiswa.

Kembali ke sosio-histori kunyuk, kunyuk ini sebutan jenis monyet jawa yang lincah. Pada awal tahun 1919, dimulai datangnya gelombang dua arus besar membentuk pusaran di tanah Indonesia. kembalinya malaka ke Indonesia sebagai suruhan Kaisar China dan Meneer Van Beer suruhan Ratu Inggris. Yang satu mengumpulkan data seiring dengan perang Jepang - China, dan yang satu lagi membangun infrastruktur untuk lalulintas logistik armada perang Belanda pasca perang dunia I dalam hubungan kondisi di Eropa pada saat itu.

Pada saat terjadinya Perang Dunia II, pasukan German meluluh lantahkan rencana Belanda. Perang Dunia II, peristiwanya di luar dugaan meluas ke semua daratan eropa.

Walaupun pada masa transisi dari Perang Dunia I dengan perang Dunia II suasana di eropa masih tegang, namun mereka tidak pernah mengira kalau Hitler punya rencana segila itu dalam rencana genosida yahudi di pelataran eropa.

Sedangkan di Asia, dengan konflik yang berbeda latarbelakangnya, Jepang merayu bangsa asia untuk jadi tentaranya, karena ketakutanya pasca pengeboman pearl harbor.

Pada suasana saat itu, bangsa Indonesia menjadi kurcaci diantara yang berkuasa, sehingga kedua kunyuk berhasil membentuk karakter kuat bangsa saat ini, menjadi bangsa yang gampang terpukau, karena shock, jadi kagetan, was - was, berpadu satu, yang itu obatnya merunduk sambil menyembah nyembah kunyuk biar bisa hidup.

Adios

Friday, 21 February 2014

Menghayati 'MERDEKA' Dalam Pola Pikir Keramat

Menghayati 'MERDEKA' Dalam Pola Pikir Keramat

Tulisan ini diambil dari Note Facebook saya, 17 Agustus 2013, yang belum sempat diteruskan isinya, disalin kembali di sini untuk diteruskan dari sambungan tulisan yang belum sempat diteruskan di note facebook
..


Pola pikir keramat, mengkeramatkan apa saja, bisa benda, bisa ghaib, bisa juga tradisi. Pola pikir ini dipengaruhi besar oleh kebodohan yang dipelihara lagi enggan beranjak dari dudukan lama, untuk membuka mata, telinga, pikiran dan hati melihat dunia dan alam sekitarnya. Pola pikir keramat ini hampir menenggelamkan NKRI kalau saja di NKRI tidak terjadi perimbangan antara penguasa dunia menguasai NKRI.






Namun hampir ini juga telah membuat NKRI menjadi mainan mereka, tidak benar - benar murni berdaulat. Akibat dari pola pikir keramat adalah lahirlah bule - bule hitam berhadapan dengan pembusung dada dari pola pikir keramat diramaikan lagi campuran dari keduanya. Dalam hubungan merdeka makna pada arti kemerdekaan, itu terkandung pada naskah kemerdekaan yaitu Proklamasi NKRI.


Naskah Proklamasi ini juga sepertinya sudah dikeramatkan, jadi kalau mau dikritik akan membikin ledakan - ledakan dari mulut mereka, para bule hitam, pola pikir keramat dan diantara keduanya. Sebaliknya memang tidak bisa dirubah - rubah isinya, karna itu adalah maklumat, ikrar sebuah pernyataan kebulatan sikap meminta persetujuan untuk dipersetujukan, bukan undang - undang. Setelah disetujui (legl of de jure de fact ) baru menyusun aturan (produk undang - undang dan pengaturan (produk norma hukum / perangkat hukum penataan) yang di ikat oleh visi dan misi.


Dalam catatan ini hanya ingin melihat naskah proklamasi pada sisi muatan isi sebagai ukuran kematangan bukan pada sisi semangat. Karna dalam hal semangat justru mendorong lahirnya naskah proklamasi dan proklamir kemerdekaan. Jadi dengan membaca muatan isi/makna yang terkandung didalamnya, tampak nyata, semangat yang tidak ada ilmu dan keahlian. Ibarat bertinju tidak pernah dilatih tidak tahu aturan, sudah merepotkan lawan tidak enak ditonton selain hasilnya membuat badan babak belur.


Ini seperti main bola dari orang yang tidak pernah main bola dan tidak tahu aturan mainnya, main tendang saja. Nanti dalam mengambil kesimpulannya pun menghasilkan perbedaan pula pada muatan maknanya, karna berhadapan dengan pola pikir keramat tadi. Alhasil mereka kemudian secara tidak sadar menjadi benteng terakhir bagi para bule hitam terhadap bagi siapa saja yang mau mencoba mengutak - utik pancasila dan UUD'45.


Perlu diterangkan disini, yang dimaksud bule hitam dalam catatan ini, bukan mereka yang dimaksud dengan para belanda hitam (pandangan mereka : belanda bukan rasnya, tapi kesan lamanya yg pernah menjajah membikin hidup getir dan sengsara), juga bukan dengan yang dimaksud oleh mereka sebagai antek barat (Perlu dilihat lagi kata neolib,agar tidak salah sasaran). Bule - bule hitam disini kiasan, pada tampilannya bisa didekati secara harafiah, tampilan perujudan apa yang didalam. Maksudnya, tampilan jelek, apa pantas tubuh hitam warna bule pada rambutnya. Dimana setiap orang menyebut bule itu bukan menunjuk ras, tapi pada warna rambut. Jadi bule - bule disini, orang yang tidak mampu memantaskan diri. Jadi dengan kata lain bagaimana bisa mereka mampu memantaskan orang lain?








Mereka ini orang yang asik dengan dirinya sendiri, orang rugi tidak apa asal ia untung besar. Mereka ini selalu ingin tampil di mana pun ia berada. Bukan itu saja selalu ingin terlibat dan berbagai cara usaha agar bisa dilibatkan pada moment - moment penting.


Kemudian bagaimana kita bisa lihat mereka dalam menuntaskan persoalan - persoalan hukum yang masih mengambang dan berlaku. Ketika aturan yang dijalankan bertemu dengan permasalahannya, yakni ketika masalah terjadi tidak tertampung oleh hukum yang berlaku pada saat kejadian itu masih hangat terjadi.

Seperti satu contoh adakah bagaimana mereka menanggapi perpu tentang MK juga bagaimana mereka menyelesaikan kasus korupsi, mereka tinjau KUHAP dan KUHP yang mereka sendiri kebanyakan kagak ngarti tapi belaga paling paham. Dan terakhir tentang UU PEMILU.


Itu semua bukan jalan keluar untuk memperbaiki Indonesia yang bermartabat, tapi itu dorongan dari ingin tampil ( menjaga eksistensi diantara mereka ) tadi yang melahirkan sulaman baru menjadi kain yang compang camping yang tak jelas corak ragamnya.


Global Strategi Yahudi Menggerpol al-Injil dan al-Quran

Global Strategi Yahudi Menggerpol al-Injil dan al-Quran

"Tulisan ini diambil note Facebook saya, saya disalin kembali untuk kemudian diteruskan sambungannya yang tidak sempat diteruskan di note facebook saya.."



Setelah sukses menggerpol al asbath sunnah Ibrahim, taurat sunnah Musa, zabur sunnah Daud dan Sulaeman. Kerja transformasi Yahudi terhadap sunnah para Rasul selama 3 abad di gua kahfi, melahirkan bible menurut sunah abraham, jakob, moses, david, solomon, yohanes menurut versi hebrew, sebagai jilid 1 global strategi yahudi, berlanjut menyiapkan transformasi injil sunnah Isa dan alQuran sunnah Muhammad.




Sekaligus untuk menggenapi apa yang mau mereka rancang pada saat itu tahun 300 SM dan 300 M yaitu the making of the europe abad 21 (sains) dan menghadiahkan  pada dunia agama - agama yang akan di export, teristimewa pada transformasi bahasa, yakni penjilidan kamus bahasa sebagai panduan penafsiran. Sedikit sentilan saja, bible ini bahasanya pakai bahasa hebrew, nah ini membuat geli saja, karna dengan begitu sama dengan wahyu itu asalnya bahasa hebrew, maka bisa dikatakan Tuhan itu menyampaikan bahasanya dengan hebrew dan latin (Yunani).


Kembali ke pembahasan. Pada jilid II Global strategi Yahudi masuk pada tahun 2000. Pada awalnya lahirnya AIPAC dalam rangka menjaga existensi negara Israel, kemudian berlanjut untuk menyiapkan kejayaan yahudi di sepanjang sungai nil, laut tengah dan teluk persi, dengan menggerpol injil dan alQuran bagian kedua dari jilid 1 menjadi jilid 2, global strategi yahudi.


Puncaknya issue pemboman gas beracun di Syria sebagai fase ke langkah berikutnya menjadikan Jehova menjadi isme yang berpengaruh di seluruh dunia dan meruntuhkan dominasi pengaruh kristiani. Kerja ini sangat sistematik bertahap berkelanjutan, dimulai dari perencanaan, pengumpulan data sampai dengan pelaksanaannya.


Eksodus Yahudi beta dari etiopia dan etiopia sebagai transit yahudi beta di wilayah lain ke tanah Israel sebagai bagian dari tahapan pelaksanaannya. Eksodus ini di ikut dengan bermunculannya issue lain, seperti blow up tentang nabi Muhhammad dengan bermacam versi dan issue injil yang ditemukan di Turki. ini bagian dari bagian atau fragment menuju puncak kejayaan yahudi abad 21.


Namun issue bom sarin di Syria kembali menggagalkan yahudi membawa pengaruh Yehovanya menjadi isme yang mendunia dan bangsa yahudi di tanah zajirah arab, sekalipun perjuangan kerry tidak main - main mempengaruhi eropa untuk meyakinkan mereka isssue bom sarin sebagai alasan untuk menggempur Syria habis - habisan.


Gagal di Syria bukan berarti berhenti sampai di situ, kerja masih berlanjut, mari kita intip dan tidak perlu alat penyadap untuk mengetahui itu. ikuti saja semua berita yang terbit di media - media di seluruh dunia.

Tuesday, 18 February 2014

Being a Great Nation

Being a Great Nation
Indonesia has become the Great Nation because of an area and its population. Early decades of the fifties in the pioneering development, the magnitude of the Indonesian nation because of vast territory and now big naturally by rapid population growth.

Only that which becomes his greatness, that lie is the pride of the consumer, which is the pride of ownership of the goods bought. But the attitude of the Indonesian nation proud as the wish to be, greatly exaggerated.

It be attitudes like two sides of a piece of currency, between pride and hatred are ready to roll at any time.It continues to be nurtured by way of their speeches, maintaining of what is imitated from the previous for the fifties Year.

Fosters pride as a nation of Indonesia to become a formidable, not by nationality uplifting .because it can plunge the nation following the offspring. make the nation self-forgetful and forgotten, lulled by his pride.Moreover gesture as if to show the fangs to the neighboring countries.

The attitude of pride was alive with creativity not drift into the past. Explore what can be achieved and developed. captures all of what technology has evolved. Be friendly to everyone that great men capable unmasked the secret life, for the survival of the nation and its derivatives into a nation strong and resilient.

Do not have a costume suit set life can be a one proud. Only able to boast of other people's rule of the system. Do not be pride because it is just a costume, that will not be able to save themselves from the dust that you throw.

   

 

Friday, 14 February 2014

Telat Memberikan Masker Pada Penduduk Terdampak Erupsi


Pemerintah punya interval waktu untuk membagikan masker pada penduduk di radius 10 km terdampak erupsi, dimana hal tersebut tidak dilakukan, baik itu di sinabung maupun di kelud. Seharusnya ada hasil evaluasi dari letusan gunung merapi kemaren dan sinabung beberapa waktu yang lalu. Namun sepertinya menganggap enteng dampak debu dari semburan isi perut gunung tersebut.

Dan itu terbukti, dengan pernyataan dan pemberitaannya, menyebut abu beterbangan. Itu bukan abu tapi Debu, yakni partikel dari berbagai unsur yang unsur utamanya silika dan sulfur. Sedangkan abu itu sisa pembakaran kayu. Jadi apa Abu yang keluar dari perut gunung?

Ini debu, yakni bagian yang keluar dari perut gunung, menjadi debu karena redusir dari udara. debu ini, jika ini terhirup, maka akan merusak jaringan pernafasan. Malah yang menggunakan alat keselamatan para penolongnya. Ini seperti media yang tidak ada gunanya bagi kehidupan populasi di sana.

Tuesday, 11 February 2014

Nasional

Nasional

Ada seseorang memberikan penilaian terhadap situasi yang terjadi akhir - akhir ini di Indonesia, bahwa nasionalitas kita terkotak-kotak.




Benarkah begitu???


Nasionalitas terkotak - kotak, Ungkapan ini seperti benar, cuma kalau ini dikembalikan ke istilahnya, sangat nyata, bahwa ungkapan tersebut tidak lebih dari sekedar kata - kata asbun (asal bunyi), tapi terlihat ingin dipandang intelek. Orang seperti ini biasanya jika bicara, ia sendiri tidak paham dengan apa yang sedang ia bicara. Jadi situasi Indonesia akhir -akhir ini terutama orang - orang yang suka ngomong agar dipandang intelek itu, nilainya sebanding dengan yang suka membuat kerusakan moral Bangsa Indonesia.



Sekarang kita lihat apa itu nasional.


Nasional kata sifat dari nation. Nasion/nation itu bangsa. Dan Indonesia itu kumpulan bangsa - bangsa yang berbangsa - bangsa dari aneka suku bangsa, ada bangsa sunda, jawa, sumatera, ambon dsb. Dalam perjuangan pun sudah menjadi sunatullah, secara otomatis, setiap suku bangsa akan kembali ke suku bangsanya sendiri dalam membantu, menolong, memberdayakan dan memyelamatkan bangsanya. Tajamnya yang pertama kali diselamatkan suku bangsanya sendiri, ini yang istilah asing disebut dengan nepotism.


Nation - nation dalam ikatan negara, maka negara menyatukan setiap suku bangsa dan bangsa menjadi satu bangsa. Sehingga kesemuanya diikat janji siap mengikat diri (melebur) kedalam satu sikap nationality, satu kebangsaan.


Dengan begitu bagaimana bisa nasionalisme diartikan sikap merasa satu kebangsaan sementara akarnya adalah campuran bangsa - bangsa yang masih kuat tertanam?


Bahkan makin dikukuhkan beberapa culture daerah sebagai aset kebudayaan nasional?


Jadi terlalu ge'er, jika melihat seseorang mengklaim dirinya nasionalis, sementara ia kental berpegang pada tradisi nenek moyangnya.




Apa bisa yang begitu bisa menanggalkan semua atribut asalnya, turunannya, etnisnya, almamaternya?


Satu kebangsaan itu bukan karakter tapi itu adalah sikap. Dan kalau masih ada yang beranggapan yang demikian itu budaya bangsa, sehingga berdasar itu berharap diri orang lain harus memiliki atau terbentuk oleh karakter satu kebangsaan . Harapan yang seperti itu seperti sedang melukis diatas air.


Satu kebangsaan itu ikatan janji maka dalam pelaksanaan dituntun dengan aturan. Namun yg terjadi hari ini dan kemarin dan yang akan masih beranggapan nasionalis itu lebih dari sekedar karakter satu bangsa, yakni satu sikap kebangsaan.


Nah ini lebih tambah ngaco lagi dengan istilah nasiolism.


Nah sekarang apa artinya berbangsa? Berbangsa - bangsa atau berbangsa satu???


Satu kebangsaan itu adalah ikatan janji beberapa suku bangsa dalam satu wilayah yang ditentukan bersama mengikat diri dalam satu tatanan hidup, pembangunan hidup, menyatukan semangat, visi, misi secara bersama - sam dan siap melebur menyatu menghilangkan perbedaan suku dan budaya.


Jadi satu kebangsaan itu satu kebulatan tekad bersama, dalam bingkai berbeda - beda tapi satu, tunggal visi, tunggal misi, tunggal arah dan tujuan. Diatas semangat itu dibangun sistim. Yang diantaranya dibentuk legalitas negara dengan segala atribut wadahnya, benderanya dan lain sebagainya.


Jadi satu kebangsaan itu kaidah yang sudah ditetapkan dalam sebuah konstitusi, diatur dalam pengaturan. Dengan begitu sudah tidak ada lagi satu nasonalitas yang terkotak - terkotak.


Maka jika dalam perjalanannya muncul indikasi adanya perbedaan, dirasakan satu wilayah yang mulai terkotak - kotak ini tidak bisa disebut nasionalitas terkotak - terkotak, sebab ini hanya indikasi dan atau memang real ada karena disebabkan oleh efek saja, baik efek besar mau pun efek kecil. Contoh sample efek besar misalkan karena pengabaian atau pelanggaran dari para penyelengaranya terhadap konstitusi.


Sebaliknya jika muncul indikasi yang demikian, maka yang diperbaiki bukan cuma area sakitnya tapi harus ke sumber penyebabnya agar sakit bisa sembuh total tidak menjadi akut, baru sembuh sakit lagi, begitu seterusnya.


Jadi jika muncul berbagai indikasi seperti diatas, nasionality, nation terkotak - kotak, adanya indikasi dis integerasi, bukan cuma pada tirik persoalan yang ditangani, akar muaranya harus diperbaiki.


terusan dan revisi dari tulisan sendiri www.facebook.com/ahmad.hanafiah/notes.

Saturday, 1 February 2014

AHA GRAPHIC DESIGN



contact person: ahmad.hanafiah@yahoo.com
                         ahmad.hanafiah33@gmail.com
       0815-1127-1079

Untuk Informasi lengkapnya silahkan kunjungi / klik "Menerima Jasa Pembuatan Website"