Wanita menggugat, tulisan ini sambungan dari judul "Dedeh Wanita Menggugat", dihubungkankan dengan kejadian kriminal yang akhir - akhir ini diwarnai oleh pelakunya para wanita, dari kasus penculikan anak hingga anak yang dianiaya oleh kekasih ibunya sampai TKI yang akan menghadapi hukuman pancung di Saudi Arabia.
Semua melengkapi isi yang akan diurai pada tulisan kali ini, tentang harkat martabat wanita dalam kedudukannya sebagai Mahkota Negara dikaitkan dengan hadits " Idza Shaluhat Shaluhat bilad", yang uraiannya akan dihubungkan dengan UUD 45 tentang fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dalam ruang lingkup wanita dan peranannya berikut cetusan hari - hari yang dibesarkan, seperti hari ibu, hari kartini, hari kasih sayang dan hari - hari yang lainnya dalam lingkaran harkat dan azasi.
Semua melengkapi isi yang akan diurai pada tulisan kali ini, tentang harkat martabat wanita dalam kedudukannya sebagai Mahkota Negara dikaitkan dengan hadits " Idza Shaluhat Shaluhat bilad", yang uraiannya akan dihubungkan dengan UUD 45 tentang fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dalam ruang lingkup wanita dan peranannya berikut cetusan hari - hari yang dibesarkan, seperti hari ibu, hari kartini, hari kasih sayang dan hari - hari yang lainnya dalam lingkaran harkat dan azasi.
Mari kita kupas..
- apa yang menyebabkan wanita memperlihatkan lekuk tubuhnya untuk mengundang birahi...
- apa yang menyebabkan wanita menganiaya darah dagingnya sendiri..
- apa yang menyebabkan wanita mudah termakan janji..
- apa yang menyebabkan wanita tidak mampu menenangkan hatinya ( mudah panik ) dalam situasi yang genting..
Kesemuanya jawabannya cuma satu, kembali ke hadits Idza Shaluhat shaluhat bilad. Hadits ini bukan menggambarkan permintaan atau tuntunan kepada kaum hawa, Idza Sholuhat, bahwa wanita itu harus solehah. Namun tidak jarang hadits ini dijadikan pemagar bagi para wanita, terutama gerak wanita dalam berbusana, berkepribadian oleh kaum adam yang pikiran dan geraknya terfokus pada kehidupan seksualitasnya.
Realitas yang dihadapi kaum hawa seperti itu, ujungnya wanita hanya dijadikan pemuas nafsunya. Hadits dan ayat hanya dijadikannya sebagai perayu untuk merebut mahkotanya, contohnya kawin kontrak. Dari sana terbentuklah penilaian yang menyelubungi pendirian masyarakat, yakni Wanita itu bagian dari simbol - simbol sukses kaum adam.
Realitas yang dihadapi kaum hawa seperti itu, ujungnya wanita hanya dijadikan pemuas nafsunya. Hadits dan ayat hanya dijadikannya sebagai perayu untuk merebut mahkotanya, contohnya kawin kontrak. Dari sana terbentuklah penilaian yang menyelubungi pendirian masyarakat, yakni Wanita itu bagian dari simbol - simbol sukses kaum adam.
Sebaliknya, tuntunan demikian, pada permulaan, disaat wanita mencapai kematangan seksual, kematangan usia dan kemandiriannya, mendorong wanita, berhadapan dalam kepanikannya menyongsong masa depannya.
Kondisi seperti ini membikin wanita siap dimadu, siap memperlihatkan lekuk tubuhnya, siap menerima rayuan indah seindah hidup di surga khayalan yang membuai angannya.
Kalaulah yang mendorong ini lingkungannya, maka lingkungan itu terikat erat dengan wilayah, dalam skup besar yang disebut wilayah itu bilad sama dengan negara. Dengan begitu Negaralah yang membikin semua menjadi begini atau begitu. Sedangkan dalam Negara, yang menggerakkannya itu pemerintahan, sebagai pengendali kewenangan otoritas wilayah, dari pusat ke bawah secara struktural vertikal.
Kondisi seperti ini membikin wanita siap dimadu, siap memperlihatkan lekuk tubuhnya, siap menerima rayuan indah seindah hidup di surga khayalan yang membuai angannya.
Kalaulah yang mendorong ini lingkungannya, maka lingkungan itu terikat erat dengan wilayah, dalam skup besar yang disebut wilayah itu bilad sama dengan negara. Dengan begitu Negaralah yang membikin semua menjadi begini atau begitu. Sedangkan dalam Negara, yang menggerakkannya itu pemerintahan, sebagai pengendali kewenangan otoritas wilayah, dari pusat ke bawah secara struktural vertikal.
bersambung
No comments:
Post a Comment