Friday, 10 August 2012

Perjuangan Pejabat Teras Pemerintah dan Organisasi di Olimpiade 2012

Perjuangan Pejabat Teras Pemerintah dan Organisasi di Olimpiade 2012
Olimpiade London 2012 Indonesia pulang dengan hampa medali emas,namun sedikit terobati oleh cabang angkat besi yang menolong nama Indonesia tetap exist ada di papan daftar perolehan medali, sekalipun tertulis di ururtan sekian – sekian, rasanya segan untuk menuliskan peringkatnya. Seperti kemaren dalam tulisan kemaren lalu atas hasil ini, menanti bagaimana para pengurus koni, koi dan menpora menyikapi hasil ini. Dan kemaren – kemaren mereka satu persatu keluar dari peraduannya memberikan tanggapannya di beberapa media. Dan seperti yang sudah diduga pula sebelumnya, biarpun masing – masing isi pernyataannya itu berbeda, namun tetap sama, tidak jauh dari pernyataan sekedar untuk membentengi diri dengan macam – macam alasan yang dilampirkan dengan kambing – kambing hitamnya.


Pada awal pertama kali bulutangkis masuk dalam cabang yang diperlombakan di Olimpiade, kalau tidak salah sekitar tahun 1992.Kala itu adalah kesempatan besar bagi Indonesia bisa masuk kedalam daftar jajaran negara yang mendapatkan medali dan lagu Indonesia raya bisa berkumandang megah di dengar oleh seluruh dunia. Mengingat pada saat itu pemain – pemain bulutangkis kita kebanyakan mereka adalah jawaranya dan merata, putra dan putri, terutama dengan adanya Susi Susanti, menjadikan peluang kita menjadi begitu besar untuk mendapatkan medali emas. Tak ayal lagi sebelum bertanding penulis sudah yakin, kalau mereka, pejuang – pejuang bulutangkis bakal mempersembahkan medali emas. Hasilnya pas seperti yang diperkirakan sebelumnya. Walau sedikit meleset dikira Ardi B W atau Joko S yang bakal mempersembahkan medali ternyata Alan Budikusma bersanding dengan pasangan sejatinya Susi Susanti. Ini adalah kado terindah bagi Indonesia.


Berbeda dengan satu dasa warsa terakhir, waktu di olimpiade China 2008. Saat itu mungkin saja kita semua lebih banyak bersandar pada doa dibanding rasa yakin itu sendiri, walaupun akhirnya harapan itu dijawab oleh Taufik Hidayat. Ketika Taufik mendapatkan emas, Taufik adalah satu – satunya pemain yang merasakan mungkin estafet langsung bagaimana suasana para pemain yang pernah malang melintang menjadi juara, seperti Alan Budikusuma, Joko Suprianto, Ardi BW dkk. Oleh karena virus mereka dalam kepiawayannya menepuk kock maka jadi tidak heran kalau Taufik masih bisa mengharumkan nama Indonesia mempersembahkan medali emas.


Dan kali ini, di Olimpiade London 2012, lebih parah lagi. Jauh sebelumnya malah kita seakan sudah menduga hasilnya tidak akan menggembirakan, walaupun masih ada diselip-selipkan harapan – harapan. Cuma isi harapannya itu ini lebih condong adanya satu keajaiban, bukan berdasarkan realita. Bahkan sebelum pertandingan dimulai pun, mungkin kita semua sulit sekali untuk memperbesar keyakinan didalam dada, apalagi bersandar dengan doa sekalipun. Hal itu wajar terjadi pada siapa saja, mengingat kita sudah digambarkan itu oleh hasil dari prestasi sebelumnya. Dimana dengan ikhlas hati rela prestasi Indonesia di bidang olahraga kian melorot. Terutama bulutangkis, dimana terakhir bukan sekedar lepasnya Piala Thomas Cup, tapi juga melaju ke final saja menjadi sulit. Jangan pula menyebut cabang sepakbola, di ujung kepalanya sudah berkepala dua, ibarat tubuh berkepala dua apa bukan itu termasuk mahluk yang cacat?


Lalu ditengah – tengah suasana yang sepi prestasi dan hampir disemua cabang, masyarakatnya malah dihibur oleh segala tontonan. Mereka dimanjakan oleh berbagai event –event yang tidak lebih sekedar hiburan memuaskan hati, yang itu tidak ada nilainya pada pembinaan bagi atlit secara keseluruhan dalam bingkai program dan pembinaannya, oleh sebab tidak adanya pogram atau bisa dikatakan juga tidak sedikitpun itu akan berdampak pada peningkatan pembinaan kecuali sekedar project pengisi isi dompet eo. Salah satunya ya seperti event sepakbola, terus didatangkan pemain top dan tim – tim sepakbloa spektakuler tingkat dunia. Kesemuanya hanyalah lebih memperjelas atas satu gambaran dari sebuah Negara yang tidak punya arah kecuali hanya sekedar rebutan jatah duit rakyat. Hal ini bisa kita lihat, sederhananya adalah komentar dari para pengurusnya sepulang dari London 2012.


Komentar ketua Koni di beberapa media, bahwa kita kurang persiapan. Nah, kalimat ini kan seakan olimpade itu event dadakan jadi Koni merasa kurang waktu dan dananya. Alhasil pernyataan itu malah menunjukkan kepada kita kalau sebetulnya mereka itu tidak bekerja. Ya karena kan Olimpiade itu sudah merupakan event tetap empat tahun sekali, artinya mungkin seratus tahun sebelumnya sudah tahu kalau 2012 akan ada event olimpiade. Kemudian komentar lanjutannya, bahwa berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, disini isinya duit. Kalimat ini pun sama, bahwa mereka itu memang tidak bekerja sama sekali. Dan kalau memang kurang dukungan dana dan tidak sesuai dengan rencana programnya, kenapa pula tetap terus dijalankan dan mengirimkan pemain/atlit kesana?


Bukankah mental seperti ini mental khas dari para pencari project dibanding mental dari seorang pencetak masyarakat berprestasi?


Komentar KONI itu diperkeruh lagi oleh komentarnya bang kumis menpora yang selalu gumasep, katanya tidak sehat kalau hanya bersandar pada bulutangkis. Lalu jauh sebelumnya apa yang sudah dikerjakannya diluar bulutangkis?


Bukankah menjadi menteri bukan sebulan kemaren? Apa terlalu sibuk mencarikan dana untuk partainya sampai – sampai membangun gedung yang tak ada gunya itu menjadi prioritas utamanya?


Yang mana gedung yang kini terbengkalai berkubang duit haram, sama sekali tidak ada gunanya bagi pembinaan dan regenerasi atlit secara berkesinambungan. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah kata Pemuda yang disandang dalam kata menpora itu. Dengan hasil sebagai bukti konkrit dari sebuah kinerja menunjukkan bahwa kinerja menporanya itu hampir dipastikan tidak ada sama sekali. Lalu apa tidak dengan kinerjanya yang sibuk membangun gedung itu malah mendorong para pemuda Indonesia menjadi berprilaku oportunis dibanding pemuda yang siap berprestasi siap mental dan spiritualnya?


Begitulah apa yang kita saksikan dari pernyataan – pernyataan mereka. Dan memanglah tidak tepat juga kalau dikatakan mereka itu tidak bekerja sebab, sebab jelek – jelek begitu mereka sudah bekerja dengan sungguh – sungguh dari kafe ke kafe, hotel ke hotel, dari pemda ke pemda, yang tidak lebih selain glamour juga saresehan biasa yang makan minumnya disana tidak cuma – cuma. Sangat menyolok perbedaannya dengan suasana latihan dan keseharian satu contohnya adalaha dari atlit – atlit angkat besi. Dalam hal ini kita bersyukur masih ada seorang pelatih angkat besi yang punya obsesi besar memajukan olahraga itu.


Terakhir Negara ini membutuhkan orang – orang pekerja keras yang punya obsesi, bukan orang orang yang mengeong mengelus kaki meminta jabatan. Selama memang sampai dengan hari ini tidak memiliki konsep apa – apa dalam bernegara kecuali sekedar berebut jatah dari duit rakyat yang terkumpul dalam pendapatan penerimaan apbn/apbd. Masih sueenengkah dengan suasana seperti ini?


Sebagai penutup, buanglah koruptor di tong sampah organik dan oportunis di tong sampah anorganik


Selamat menyiapkan hidangan sahur dan menjalakan ibadah Shaum.


Adios

Wednesday, 8 August 2012

Hari Lebaran

Hari Lebaran

Ciptaan : ISMAIL MARDZUKI





       Setelah berpuasa satu bulan lamanya
       Berzakat fitrah menurut perintah agama
       Kini kita berIdul fitri berbahagia
       Mari kita berlebaran bersuka gembira
       Berjabatan tangan sambil bermaaf - maafan
       Hilang dendem habis marah di Hari lebaran



Minalaidin wal Faidzin
Maafkan lahir dan bathin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin



   Dari segala penjuru mengalir ke kota
   Rakyat desa berpakaian baru serba indah
   Setahu sekali naik trem listrik frai
   Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
   Akibatnya tengteng selop sepatu terompeh
   Kakinya pada lecet babak belur berabe



Maafkan lahir dan bathin
rang tahun hidup prihatin
Cari wang janganlah bingungin
lah syawal kita nyalamin



          Cara orang kota berlebaran lain lagi
          Kesempatan kini dipake buat berjudi
          Sehari semalam main cekih mabok brendi
          Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
          Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
          Si penjudi mateng biru, girang si Istri



Maafkan lahir dan bathin
Rang tahun hidup priihatin
Kondangan boleh ngurangin





Sunday, 5 August 2012

Tidak Ada Makan Siang Yang Gratis Itu Sampai Juga ke Lapangan

Tidak Ada Makan Siang Yang Gratis Itu Sampai Juga ke Lapangan
Dalam buku - buku motivasi orang diajarkan, salah satunya adalah  "tidak ada makan siang yang gratis". Kalimat ini mungkin bermaksud mendorong orang untuk aktif dalam membangun dirinya menjadi manusia mandiri, bahasa sederhananya getol cari duit. Entah bagaimana seakan itu termakan kedalam alam pikiran setiap orang, sehingga hasilnya hampir disetiap tempat  dijadikan lahan bisnis, tidak ada yang gratis. Sampai untuk sekedar berolaharaga pun, khususnya olahraga yang membutuhkan lapangan khusus, seperti volley, Basket, badminton dan sepakbola, kita harus merogoh kocek, sewa tempat.  Kecuali disedikit tempat di komplek perumahan, sisanya semua sudah menjadi mall dan ruko - ruko.  Tidak seperti dulu, di setiap sore atau pagi di hari libur, kita bisa menyalurkan hobi olahraga dengan bebas ditempat mana saja, lapangan fasilitas milik umum.


Dulu banyak lapangan bebas yang bisa dipakai untuk menyalurkan hobi, baik lapangan rumput luas semodel taman maupun lapangan yang sudah bentuk jadi sebagai arena olahraga, seperti lapangan volley, basket, badminton dan sepakbola. Dan hasilnya dari menyalurkan hobi, kemudian saling berlomba, berkompetisi kecil tingkat lokal, akhirnya tidak sedikit dari sana banyak yang direkrut menjadi pegawai baik negeri maupun swasta karena kemampuannya dalam berolahraga, bukan karena skill keahlian tertentu yang dibutuhkan di perusahaan.

IPerusahaan membutuhkan pegawai yang mampu mengharumkan nama perusahaan dalam event olahraga resmi. Efek lanjutannya di setiap kampung mulai giat berolahraga memanfaatkan betul lapangan yang ada. Ini selain bagus buat kesehatan mereka juga sangat baik bagi mereka, memberi jalan mereka untuk mendapakan pekerjaan.   Sekarang yang seperti ini sudah tidak ada lagi, lapangan sudah identik dengan tidak ada makan siang yang gratis. Semua tempat hampir dipastikan berbayar.

Tulisan ini ingin menggambarkan korelasi antara expectation dan satisfaction dalam berprestasi di bidang olah raga didukung oleh jumlah  SDM yang sangat besar.  Namun jadi  Sangat Ironi, dengan jumlah penduduk, terutama di usia yang siap cetak, antara 8 - 15 tahun,  sulit melahirkan atlit berprestasi. Apalagi cabang sepakbola yang sudah menjadi  olahraga kegemaran masyarakatnya. Sementara banyak  masyarakat terutama orang tuanya sampai terlibat dalam mendorong putra-putrinya dengan merogoh koceknya memasukannya ke tempat pencetakan atlit, berharap putra - putri mereka bisa menjadi atlit kebanggaan, dimana tidak sedikit pula putra - putri ini terpaksa ikut bukan atas keinginannya. ada juga pas memang putra - putrinya senang namun senangnya bukan karena hobi karena ikut - ikutan temannya. Dibelahan lain putra - putri  yang hobi, bisa jadi punya bakat sejak lahir namun orangtuanya miskin, ujungnya bakat itu tenggelam dengan sendirinya yang tak pernah menjadi kilauan permata. Ini adalah dampak dari tak ada makan siang yang gratis yang sudah sampai ke lapangan olahraga , tempat pencetakan alami kelak menjadi bakat - bakat nasional.  siapa yang salah?

Hal lain pencanangan expectation pada cabang olahraga tanpa dibarengi gerak terpadu secara vertikal dan horisontal,  secara vertikal ada gerak seirama dari atas kebawah dan dari bawah keatas, secara horisontal banyaknya event lokal yang memasayarakat yang sama banyak dengan event berbayar.  Itu hanyalah Ilusi kalau saya pinjam judul lagunya Anggun C Sasmi, artinya yang demikian hanyalah  mimpi orang - orang tanpa Ilmu, tidak mempunyai konsep dalam skup besar NKRI. Ujungnya bisa kita lihat sendiri, sepakbola hanya ladang bisnis yang tak pernah mampu mencetak kesebelasan yang solid,  begitu pula dengan olahraga basket dan volley.. yang paling miris lagi olahraga bulutangkis..  mungkin ini juga ada hubungan dengan virus flu burung yang sempat membuat unggas hilang dari kandangnya.. barangakali.

Expectation yang dibarengi konsep yang jelas dan kerja nyata tanpa pamrih, bisa menghasilkan beyond ecpectation.. melahirkan beyond satisfactions.. seperti dicabang angkat besi..


Adios

Friday, 3 August 2012

Krisis Keteladanan Kepemimpinan

Krisis Keteladanan Kepemimpinan


Terakhir menyaksikan ganda campuran Lilyana Natsir dan Tantowi Ahmad disisa – sisa harapan menepis prasangka dan mungkin boleh dibilang sebagai bentuk kesetiaan dari penonton pada merah putih disisa kemungkinan meraih medali emas.


Ketika tumbang genaplah sudah sebagai bentuk kegagalan dari tidak punya arah yang jelas dari kepemimpinan SBY mengalir ke KONI dan Menpora hinggap di PBSI. Dicederai lagi oleh didiskualifikasi ganda putrinya. Hanya atlit angkat besi yang pulang dengan kepala tegap buah dari pusat pelatihan ditengah kampung, bukan hasil tempaan pelatda apalagi pelatnas. Namun diawal pembuka tulisan ini secara pribadi mengucapkan “selamat pada semua atlit yang berjuang di Olimpiade”.




Dan yang menarik adalah nanti pada saat pulang, mendengarkan bagaimana para pengurus nanti memberikan pernyataan – pernyataannya. Yang bakal menarik itu isi pernyataannya. Karena tidak akan jauh, isinya seperti nyanyian sentimental yang terinfluenze gaya seperti orang no.1 di Indonesia.


Kemudian dalam gayanya itu ditamengi pencarian kambing hitam, bakal menyalahkan factor ini dan itu. Tinggal dikasih nada saja setiap pernyataannya, maka isinya seperti sebuah lagu ratapan ngilu yang menyayat qalbu, yang pantasnya didengarkan oleh telinga sendiri bukan oleh telinga orang lain. Seperti kemaren ketika keputusan dikualifikasi muncul, malah sampai menyalahkan panitianya yang katanya begini dan begitu. Hak panitia meletakkan aturan itu mutlak, ketika menyalahkan panitia ini kan kebiasaan anak kecil membela diri sekenanya sambil tengok sana tengok sini cari dukungan kesalahan.


Lihat bagaimana sikap federasi China, mereka justru sebaliknya, menghujat dan akan melakukan pengusutan terhadap pengurus dan atlit yang melakukan fair play. Sangat kontras dengan pengurus di Indonesia, apalagi pemimpinnya, membela yang salah menonjolkan sikap pandirnya. Dalam kalimat pembukanya tidak pernah terlontar kalimat permohonan maaf bermakna gagal.




Beginilah kalau negara ini di asuh oleh kumpulan tupai dan tikus.


Terakhir, kegagalan kontingan Indonesia mempersembahkan medali emas di Olimpiade London 2012, murni bukan masalah sistim, tapi masalah Krisis Keteladanan Kepemimpinan, bukan krisis Keteladan Pemimpin. Karena kepimpinan ini sifatnya menular, ia adalah teori yang sudah menyatu kedalam sikap. Sedangkan pemimpin adalah orang. Kita tahu, bahwa Pemimpin itu banyak, namun tidak mudah menemukan pemimpin yang berkepemimpinan.

Wednesday, 1 August 2012

UU Partai Politik Menempatkan Parpol Semodel Badan Usaha

UU Partai Politik Menempatkan Parpol Semodel Badan Usaha




Tidak salah kalau yang disebut politikus bisa seperti kutu loncat. Itu karena UU Parpolnya pun sudah jauh panggang dari api. Uraian disana secara tidak langsung telah mendefinisikan dengan sengaja partai politik tak ubahnya badan usaha.




Disini tidak ingin membeberkan isi UU-nya, pasal demi ayat berikut dengan UU perubahannya. Kalau diurai satu persatu selain bikin pegel tangan juga bukan tempatnya. Sebab tempat untuk menguji kan di kantor MK. Lagian saya bukan bung Yusril, yang menangguk diair keruh.


Kenapa?


Karena masalah hukum dan ketatanegaraan di negeri ini bukan hanya satu dua masalah UU. Dan masalah UU Parpol adalah salah satu masalah dari ribuan masalah UU yang masih sudah saling tumpang tindih tak karuan. Ini yang harus ditertibkan.


Dimana dari semua masalah itu permasalahan besarnya bermuara pada UUD-nya. Karena itu UUD-nya harus ditinjau ulang dan direvisi. Apa sudah ada berlaku, telah membuat cita - cita bangsa yang tertuang didalam "Pembukaan UUD'45" tidak pernah sampai - sampai.


Mungkin ini ada korelasinya, waktu UUD itu susun dan disahkannya, dikerjakan dengan tempo yang sesingkat - singkatnya, tidak dilakukan pengkajian dengan seksama. Hal ini juga barangkali sekedar memenuhi persyaratan berdirinya satu negara, salah satunya harus punya konstitusi.


Kemudian pada perjalanan apa yang dibuat itu (konstitusi) seperti dikeramatkan untuk dirubah. Hingga kini diikuti kesininya mewariskan secara estapet, setiap membuat UU atau peraturan dilakukan dengan tempo yang sesingkat - singkatnya. Ini seperti ujud dari doa dari proklamasi.


Lihat saja meski baru tahun 1999 dilakukan revisi, melahirkan UUD45 yang diamandemen, isi dari bab penjelasan, bukan makin membumi malah dari sudut uraian semakin tidak menggunakan bahasa hukum. Membuat apa dibaca dari UUD45 yang diamandemen bisa mencerminkan latar belakang pendidikan dari para pembuat revisinya. Padahal ketika itu sudah banyak pakar hukum senior, apa tidak dilibatkan atau memang tidak sempat dilibatkan karena dikejar kebelet pipis?


Ujungnya membuat yakin ini adalah ujud dari doa proklamasi 1945. Namun jika sekalipun ini ada pengaruh dari doa proklamasi, setidak - tidaknya tidak kesusu, tergopoh - gopoh menyelesaikannya. Untuk membuat perubahan sebuah konstitusi dan sistim yang sudah jadi dibutuhkan interval waktu tidak sedikit, kurang lebih 10 tahun.


Sekalipun begitu harus segera melakukan dimulai tahapan pengerjaannya. Tidak seperti kemaren dirubah sekenanya langsung disahkan.


Proses pengkajian dalam cara pandang yang sama sekalipun pandangan berbeda dan proses kerjanya berangkanya pada satu titik pijak tantangan dan jawaban dari segala aspek hidup dan kehidupan bernegara berdasarkan visi, misi, arah dan tujuan dalam setiap menyusun satu UU, apalagi yang dibukukan sebagai kitab, sebelum membuat dan atau merubah. Jika itupun masih punya sekelumit itikad kesungguhan demi bangsa dan seluruh tumpah tanah air.


Dan dari hasil yang dibuat, disahkan yang sekarang berlaku, dapat disimpulkan, bahwa sekalipun dilakukan perubahan pada UUD-nya, itu tidak akan ketemu perbaikan yang benar - benar jitu menjawab persoalan bangsa ini, kalau tidak dilandaskan hati - hati yang memiliki rasa cinta kepada tanah air begitu besar.


Jadi tidaklah salah kalau banyak yang antipati terhadap anggota dewan atau para penyelenggara negara. Itu UU-nya melegalisir maunya nafsu setiap manusia, bukan membatasi dan atau menempatkan fungsi yang benar - benar proporsional berdasarkan rujukan rumusan yang sebenarnya. Ujungnya negara ini tidak akan mampu memerangi KKN siapa pun yang akan duduk menjadi orang no. 1.


Orang - orang juga karena tumpang tindihnya UU, kebanyakan mereka pesimis terhadap siapapun yang akan duduk di dpr dan di pemerintahan, bakal menjawab hidup mereka yang bertebaran hidup di setiap jengkal wilayah NKRI. Oleh karena UUD-nya tadi.


Inilah kenyataan yang kita hadapi, terus dibikin bising oleh bermacam - macam kejadian yang kontraproduktif ditambah tak ada hasil apa - apa kalau tidak dibilang stag dari kinerja orang - orang di senayan dan di istana. Matanya seperti diberi sepasang penutup kaya penutup mata kuda, yang dilihatnya cuma satu meributkan apbn. Apa saja muncul masalah, kemudian diapungkan bermacam solusi ujung - ujungnya minta anggaran atau minta nambah anggaran.


Dan situasi Indonesia kini ceritanya akan terus berlanjut mencapai titik nadir, kebuntuan.


Selamat bersantap sahur!


Adios.

Tuesday, 31 July 2012

Petani Indonesia Museum Nasional

Petani Indonesia Museum Nasional


Nasib petani Indonesia dari masa ke masa tetap sama, tak pernah ada peningkatan significant pendapatannya bagi perbaikan kesejahteraan hidupnya. Kalaupun ada, paling cuma 1 % dari total petani di Indonesia, baik sebagai pemilik lahan, pemilik dan penggarap lahan, penggarap atau buruh tani.




Padahal tidak sedikit yang mengepung mereka dengan judul "memberikan bantuan dan pembinaan", dari kementan, kemenkertran, kemen - kemen yang lainnya, balai - balai riset, ditambah lagi fakultas di hampir perguruan tinggi negeri dan swasta ada jurusan itu, digenapi oleh program csr.


Bayangkan saja, jika melihat itu, betapa hebatnya jaringan yang ada yang berusaha menjalankan program - program pengembangan pertanian. Namun kenyataannya, petani ya sebegitu - gitu saja. Kalau ada kesalahan disana, bisa dikatakan kesalahannya bukan pada petaninya, mengingat unsur - unsur didalam tiap lembaga - lembaga itu punya background pendidikan tinggi, rata - rata mereka lulusan S3.


Kenyataan demikian, bisa dikatakan pula berbagai media yang mengepung petani "bukan dalam rangka meningkatkan perekonimian dari hasil pertanian, baik industrinya maupun taraf hidupnya". Lebih tepat dikatakan petani menjadi objek bulan - bulanan mereka.


Itulah petani yang tidak jelas kedudukan golongan produktivitasnya, jadi sebetulnya petani itu termasuk kedalam golongan sumber pendapatan yang mana?


Masih mending buruh punya gaji walau cuma cukup untuk hidup 1/2 bulan, sisanya bikin catatan bon. Disebut pengusaha juga bukan.


Tulisan ini sekedar mau melihat kedudukan petani dan pertaniannya dalam program pembangunan. Di era Orba, memang terasa keberpihakan pemerintahnya, namun tetap saja itu tidak membuat mereka menjadi lebih sejahtera dibanding setingkat gol c pns.




Pada saat itu pun mereka masih dianggap golongan manusia tak tangguh yang bisa hidup dengan makan apa saja dari areal pertaniannya, seperti pada pemberian lahan dalam program transmigrasi. Di lokasi mereka serta merta langsung bisa menggarap lahan, tapi mereka harus membuka/membongkar lahan dulu sebelum lahan bisa digarap.


Lahan yang mereka terima itu masih berupa hutan belantara. Setelah dibuka hutan menjadi lahan bertani oleh para transmigran, barulah dibuatkan infrastruktur diareal lahan tersebut oleh pemerintahnya ( bukan pada pemukimannya, sebab kalau yang ini sudah disediakan meski setengah jadi).


Lalu seperti didalamnya ada azas manfaat tenaga murah oleh pemerintah untuk membongkar lahan guna kepentingan lain yang tidak ada hubungannya dengan nasib petani. Karena kenyataannya, lahan - lahan yang sudah dibongkar itu kemudian sebagian besarnya digarap oleh perkebunan kelapa sawit yang terus menggila semenjak kejatuhan rezim orba.


Seringkali dalam rangka memancing minat orang jawa bertransmigrasi. rezim Orba memblow up para petani sukses bertransmigrasi. Sukses setelah membakar kalori membabat kayu yang kayunya dibawa ke jakarta oleh orang - orang dilingkaran rezim orba. Ini hampir mirip punya kesamaan dalam pendekatannya adalah model militer perang dalam memanfaatkan tawanan perang.


Satu segi memang dengan model seperti itu terbilang sukses tercapai swasembada pangan. Namun disegi yang lain nasib petani trans yang kalau diukur pengorbanannya bagi penguasa saat itu ( tidak bagi nusa dan bangsa), tidak punya kepastian masa depannya, begitu juga dengan pertaniannya yang dalam banyak unsur terlibat mengembangkannya.


Maka setelah tumbang rezim Orba, terjadilah kondisi yang kian tiada jelas arah dalam konsep bertani dan pertanian. Kemudian jadilah dosen - dosen pertanian dan peneliti lebih gandrung bikin buku dibanding mengembangkan ilmunya. Dan lihatlah hasilnya malaysia sebagai muridnya dulu, kini lebih maju mengembangkannya.


Sekarang yang dihadapi, ketika setiap muncul masalah kepermukaan kelangkaan komoditas pertanian termasuk kedelai yang lagi hangat - hangatnya, pemerintahnya dibuat terkaget - kaget. Lalu solusinya cenderung keputusan - keputusan yang sifatnya situasional.


Lebih lucu lagi ketika Esbeye kelihatan baru engeuhnya, meminta bumn menanam kedelai. Tapi itu seperti pernyataan situasional juga, masih dalam koridor himbauan permintaan. Kesemua ini makin mempertegas tidak adanya konsep jelas dalam pembangunan. Dan itu menambah keyakinan kalau petani itu sudah seperti museum nasional. Sekedar ada, mengingat latarbelakang budaya jauh diabad - abad yang lampau.

Sunday, 1 July 2012

Euro Cup 2012 Itu Green Talk

Euro Cup 2012 Itu Green Talk
Sekilas ada iklan di tipi (televisi) berjudul green talk. Melihat itu yang terpikirkan adalah final nanti malam. Padahal Green talk disana (tipi) itu barangkali bukan itu. Maklum cuma sekilas melihatnya. Barangkali juga iya tentang bola. Tapi tentunya bukan tentang bola sepak bola, green disana mungkin tentang seputar kesehatan dan sanitasinya (atau daur ulang dan penghijauan kembali). Itu karena, kata Green ini sudah diidiomatikan dengan hal - hal yang sehat lagi menyegarkan kembali.


Penyegaran terhadap lahan rusak, air sungai terkontaminasi limbah oleh kerja pemanfaatan dan pembuangan dalam industri, dimana itu kemudian disehatkan lagi dengan macam - macam model perlakuannya, seperti 4R, sebagai langkah kearah penghijauan kembali. Jadi Green talk disana tentang penghijauan, penghijauan dalam rangka supaya dapat sehat dan menyegarkan. Cuma, hati - hati, tidak semua yang disebut hijau itu sehat, kaya yang ada dilubang hidung.

Berbeda dengan penonton bola, apalagi ditengah hingar bingarnya kemeriahan eurocup 2010, green bisa diidiomatikan lapangan rumput sepak bola. Jadi kalau ada kata kerja go didepan green, go green itu bisa nonton bola lagi..main bola lagi..asyik.

Hari ini sudah hampir dekat dipenghujung pagelaran Euro Cup 2012. Banyak drama sebelum, ketika dan sesudah pertandingan, yang bisa dilihat disana, ada tawa, gegap gempita, ada tangis, tersedu sedan, gambaran dari betapa hebatnya kekuatan magnetis sepakbola, yang telah menyedot daya pikat suasana hati.

Uraian ini bukan mau memprediksi ataupun menduga - duga siapa pemenangnya, Spanyol atau bukan Spanyol. Italia atau bukan Italia. Sekalipun itu juga menjadi satu paket dengan go green, green talk buat para pecinta bola. Tapi hanya ingin mempengaruhi, kalau nanti malam, Spanyol masih bertahan dengan selisih gol,, nah itu dia yang tidak bisa ditebak…

Apa tebakan anda? Samakah dengan tebakan disini? Atau berbeda?
Itu tidak masalah, yang penting mari go green, green talk..sampai peluit pertama dibunyikan.

Mari green talk menjelang laga pamungkas..
Go..go..go..green.. go Spanyol.!
Go..go..go..green.. go Italia.!
Keep your rocking and
Go green for healthy..
Adios

Friday, 29 June 2012

Eurocup 2012: 2 Gol Membenamkan German Sejak Babak Pertama

Eurocup 2012: 2 Gol Membenamkan German Sejak Babak Pertama
Dua gol Baloteli telah cukup menutup peluang German, itu yang dirasakan ketika melihat laga itu dini hari tadi, walau masih ada banyak kesempatan di babak kedua. 


Dua tim yang sama - sama jawaranya di laga - laga turnamen panjang yang menguras mental dan stamina, telah memanjakan para penggila bolanya dengan dipertontonkannya kembali satu pertandingan klasik dan mendebarkan.

Pertandingan klasik sedini tadi, tentunya selalu menarik jika 10 tahun kedepan diurai lagi dengan cerita - cerita yang mendramatisir kejadian moment permoment dilaga itu. Dimana itu bisa mengundang luapan emosi, antusias dan kekaguman.

Namun pertandingan klasik itu pada ujungnya harus dihadapkan pada hasil akhir, ada yang menang dan yang kalah. German harus tersingkir, meski semangat diesel tim panzer telah berhasil mengurung Italia di area finalti, hingga di detik - detik terakhir peluit panjang ditiupkan.

German yang selalu tampil impresive, harus kandas ditangan Italia. Dan inipun sama, seperti sudah diduga sebelumnya. Kekhawatiran akan ada pengaruh besar, beban cerita susahnya mengalahkan Italia dikepala pemain - pemain German, dimana itu nantinya akan banyak mempengaruhi permainan mereka jadi tidak setenang dan se-impresive seperti dilaga - laga sebelumnya, terjadi.

Dan akhirnya kekhawatiran itu pun terjadi. Ini mirip kaya Indonesia mau menghadapi Thailand, seperti dibutuh ekstra konsentrasi dan ketenangan dibanding dengan lawan - lawannya yang lain. Dan buat German dua gol itu seperti buah imbalan atas beban mentalnya itu.

Berbeda dengan Italia, bermain lebih lepas. Perbedaan ini pun sepertinya dipengaruhi juga oleh beban cerita mudahnya mengatasi German. Lebih pasnya diuntungkan oleh sejarah. Baloteli ternyata bukan bolabekel atau pun bola plastik. Layaknya yang suka melekat di pemain - pemain yang punya kelebihan bakat, suka ada saja yang bikin aneh - aneh, itupun melekat pada baloteli. Dini hari tadi menjadi arena pengukuhan kembali namanya sebagai bintang sepakbola dan bintang bagi Italia.

Final nanti, lawan Spanyol. Ini pertandingan yang tidak akan mudah buat Italia, mengingat ada cacat Italia saat melawan Inggris. Seperti Inggris kalah tragis oleh Italia dimana sebelumnya ada cacat saat melawan ukrania.

Seperti German kalah di putaran piala Dunia 2010, yang sebelumnya ada cacat saat laga melawan Inggris kala itu. Meski cacat itu adalah keputusan wasit.. Ini seperti menjadi sebuah karma dalam sepakbola.

Adios

Eurocup2012: 2 Bintang 2 Tahun Lagi

Eurocup2012: 2 Bintang 2 Tahun Lagi
Dua bintang, Lionel Mesi dan  Christiano Ronaldo, lima tahun lebih sedikit, meroket dipapan atas saling berkejaran menjadi superstar dijagad sepakbola dunia. Keduanya terus menjadi buah bibir oleh penampilannya yang selalu fenomenal. Torehan gelar sebagai pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak selalu dikuasai oleh mereka berdua. Dan keduanya pun punya kesamaan, yaitu sama - sama belum juga bisa membawa harum nama negaranya dipentas laga dunia.

Gelar juara di pentas laga dunia antar negara selalu menorehkan tinta sejarah, nama - nama pemain yang menjadi superstarnya akan selalu dikenang sepanjang masa. Berbeda jika gelar itu tidak pernah diraih sekalipun seorang bintang fenomemal dimasanya. Tentu bagi Lionel Mesi dan Christiano Ronaldo, gelar itu menjadi tantangan terbesar dalam karirnya, bila keduanya ingin menjadi bagian dari souvenir oleh - oleh abad nanti di abad ini. Kalaupun bukan itu sebagai tujuan mereka berdua, yang jelas gelar juara dunia adalah menjadi ajang pembuktian kemampuan yang sebenarnya.

Nama - nama besar pesebakbola dunia, nama mereka tetap besar hingga kakek - kakek setelah sukses mempersembahkan gelar juara. Sedang mereka yang hits dimasanya, hilang ditelan bumi. Mungkin hanya kalangan tertentu saja yang masih bisa mengingat, ya siapa lagi kalau bukan penggila bola dan media - media. Berbeda dengan pemain top yang mempersembahkan juara, mereka akan diingat oleh semua kalangan.

Tentu hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka berdua dan bukan tidak mungkin, kalau keduanya juga masih menyimpan obsesi itu, kalau tidak percaya, silahkan sms saja langsung sama mereka berdua. Dan khusus bagi CR7, dini hari tadi, Fabrecas telah meluluhlantahkan impiannya. 5 tahun berjuang, 3 kali melaju kebabak elit, harus tumbang lagi dan lagi. Bagi Portugal, hasil laga semifinal kemaren itu tidaklah lebih menyakitkan dibanding hasil torehan di laga final lawan Yunani, EuroCup 2006. Tapi lain bagi CR7, semifinal itu, mungkin lebih menyakitkannya. Mengingat sebelumnya selalu gagal membawa klubnya di Liga Champion. Melihat usianya yang kian bertambah, sepertinya harapan itu sudah pupus, seiring dengan kecepatan dan sentuhannya kian menurun. Tapi di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin sepertihalnya tidak ada yang mungkin jika tidak mungkin. Dua tahun ke depan ada laga lagi sebagai ajang pembuktiannya, final PD. Meski rata - rata diusia 20-25 tahun top peak penampilan bagi seorang pemain, usia yang masih gesit, lincah dan lagi mengkel- mengkelnya.


Akan tetapi tetap masih ada asa bagi L.Mesi dan Ronaldo. Final Piala Dunia 2014 adalah arenanya, 2 tahun lagi, artinya 2 Bintang itu masih punya asa paling tidak 2 tahun lagi. Mungkin saja itu menjadi batas dari batasan asa mereka berdua. Jika ternyata nanti gagal lagi, setidak - tidaknya keduanya telah menyumbangkan daya tarik yang luar biasa diajang sepakbola, selama satu dasawarsa di jagad sepakbola dunia.

Bravo buat keduanya dan pecinta pro - kontra keduanya.

Sunday, 24 June 2012

Lomba Nyanyi Calon Penyanyi

Lomba Nyanyi Calon Penyanyi
Event lomba nyanyi para calon penyanyi yang dulu sering bermunculan dibeberapa stasiun televisi dan kini mungkin hanya tinggal rcti, cukup menghibur buat pemirsanya.

Dan yang terpenting buat calon - calon pesertanya, memberi harapan terwujudnya impian mereka. Namun, event festival yang marathon, sangat tidak menguntungkan buat pesertanya. Mereka dituntut untuk bisa membawakan lagu - lagu dengan berbagai genre.

Satu segi bagus sebagai tantangan, di sisi lain, ini tentunya menurunkan kemampuan menyanyi penyanyi, yaitu kekhasannya, dimana itu sebetulnya nilai jualnya.

Nilai jual penyanyi dalam festival, memang dibutuhankan suara diatas rata - rata yang sanggup menimbangi suara musik orkestra. Nah, kebanyakan dari penyanyi suka memaksakan diri mengeluarkan nada tinggi dengan sekeras - keras bahkan suka memaksakan diakhir nada dipanjangkan seolah - olah punya napas panjang.

Ujungnya membuat nyanyian tidak mampu menyentuh nada nadi disetiap pendengar. Karena nada nadi pendengar itu bisa bergetar dan hanyut oleh nada suara penyanyi yang padu dengan musiknya.

Saya sebagai pencinta musik dangdut sejati, memandang festival semacam itu berat buat bagi penyanyi yang punya suara dan karakter musik khas. Kalau diambil sample, Chrisye, suaranya mantap dijalurnya. Broery Marantika/Pesolima, suaranya jagonya dilagu-lagu pop dan festival. Vina Panduwinta, punya suara khas. Mereka ini jawaranya dijalur Pop.

Saya sebagai pencinta musik dangdut sejati, pernah melihat dan mendengar bagaimana George Michael mantap membawakan too love somebody-nya Queen. Tapi tetap saja ada yang tidak pas kalau bukan Freddie Mercury. Saya sebagai pecinta musik dangdut sejati, tidak pernah mendengarkan yang meniru the Beattles bisa menyamai the Beattles, baik dari suara maupun musik sekalipun sudah mati - matian berusaha dimirip - miripin.

Jadi uraian ini hanya sekedar sharing saja, bahwa event festival itu harus diambil oleh mereka yang punya impian menjadi penyanyi namun jangan dijadikan target juara. Jadikan sebagai parameter kemampuan menyanyi sebagai penyanyi dijalur apa.. Yang ngpress suaranya juga nekad berani, jadi kenapa takut.

Ayo kita ramaikan boyfriends and girlfriends dangdut sejati.

Friday, 15 June 2012

Sekelumit EuroCup2012 Pola Aneh Catenaccio

Sekelumit EuroCup2012 Pola Aneh Catenaccio
Catenaccio, strategi bawaan Italia bisa dibilang pola yang aneh, walau orang lebih suka menyebutnya pola pertahanan grendel. Pola ini sering disebut pola negative football, dimana pemainnya cenderung bertahan dengan pertahanan rapat dan keras, disertai trik - trik mengelabui wasit (diving),.

Karena gaya permainan seperti itu, itulah yang membuat pola ini tidak disukai pecinta bola dan dibenci pemain lawannya. Oleh karena penilaian itu, di Euro Cup 2012, Italia dinilai oleh pengamat bola, tidak lagi menerapkan pola itu, karena mereka bermain lebih terbuka. Tapi menurut pengamatan penulis, Italia masih mempertahankan gaya catenaccio-nya.

Catenaccio di EuroCup 2012, memang agak sedikit berbeda, terutama pada pola serangnya. Namun tetap sama pada gaya bertahan dan karakter pemain catenaccio. Pemain bertahan solid dalam menjaga daerahnya, dibantu oleh pemain libero dan pemain tengah sebagai pengganggu penyerang lawan.

Ketika menyerang, mirip dengan pola lama juga, mereka tidak mengandalkan penyerangnya, tapi kemampuan pemain tengah dalam mengirim bola dan menendang jarak jauh ke gawang lawan. Bedanya, pemain belakang kiri dan tidak selalu ikut dalam menyerang.

Dan yang terpenting dalam Catenaccio adalah karakter petarung pemainnya. Dengan karakter ini Italia tidak membutuhkan pemain bintang didalam timnya. Malah kalau ada pemain bintangnya, Italia tidak juara. Jadi inilah kenapa Catenaccio itu disebut gaya aneh. Gaya yang bisa menyulitkan tim top dunia, bahkan German sendiri sulit menaklukannya.

 Maka tak heran, Italia bisa Juara Dunia. Tapi gaya ini juga mudah dipatahkan oleh tim - tim bukan unggulan, salah satunya Korea Selatan dan Jepang. Juga oleh tim - tim dari daratan Amerika Latin, tapi belum sampai ke timnas Indonesia.

Apapun itu, yang namanya penilaian, bersifat subjektif, jadi jangan mudah cepat percaya.. Yang harus dipercaya, siapkan cemilan dan kopi sebelum pertandingan, supaya tidak mengganggu, mencari cemilan pas gol..hilang deh moment pentingnya.

Demikian sekelumit cerita seputaran Euro2012 dari pasar anyar bogor.. Salam dari tukang cendol dan tukang parkir yg tetap bergairah bekerja ditengah gegap gempitanya EuroCup2012.
Adios

Tuesday, 12 June 2012

Sok Intelek

Sok Intelek
Bangsa Indonesia kebanyakan memaksakan diri ke intelek - intelekan. Itu tergambar dalam setiap penyampaian ataupun penulisan, selalu menyelipkan kata atau istilah asing. Entah apa yang disampaikannya itu sudah dimengertinya atau memang asal - asalan yang tidak difahami oleh dirinya sendiri. Dan bisa mungkin, apa yang dilontakannya itu tidak dipikirkan lagi maknanya kemana, yang penting kata - katanya keren, sehingga diomonginnya juga keren biar tambah beken, biar bisa dianggap orang, dirinya orang intelek. Mungkin saja begitu.

Seperti di kota Bogor ada spanduk terpampang tulisan Botani Garden. Saya tanya dimana itu, kata tukang asesoris, kebun raya.

Aduh..! Bayangkan kalau semua tempat disamakan padanan katanya dengan bahasa asing?

Ntar Gunung gede jadi big mountain, Cisaat menjadi drain river, dsb. Sampai nama sekolah, misalkan Sekolah Analis Kimia, biar keren mungkin jadi Analyst of Chemist Snappish High School dan banyak lagi contoh - contoh yang semodel itu yang sering kita jumpai dilihat, dibaca dan kita dengar.

Kalau nama tempat boleh dirubah menurut padanan bahasa, maka tentunya boleh dong liverpool jadi orang empang. Rocky mountain jadi gunung batu, jadi kalau dalam Pendidikan murid menjawab soal dari gurunya, liverpool fc dengan klub sepakbola orang empang, guru tidak boleh mencontreng salah. Terus New York jadi york baru.

Inilah bahagian dari kebiasaan dan menjadi ikutan pula oleh mereka yang ikut - ikutan yang tidak mengerti sama sekali maknanya, yang kalau sudah menyebutkan serasa sudah sejajar masuk dalam barisan orang - oramg intelek. Kebanyakan orang seperti ini suenang dipuja puji. Jadi jangan heran, karenanya banyak bangsa lain, negara lain senang di negara kita, karena gampang dikibulin. Sampai bangga terpingkal - pingkal bisa menulis west java, midle java, east java. Merasa punya jati diri sebenarnya sudah tidak punya jati diri.

Monday, 28 May 2012

Pusaran Sahara Timnas

Pusaran Sahara Timnas



Sudah lama tidak meraih prestasi, kini sejak ada perubahaan ditubuh PSSI, prestasinya malah makin memburuk. Ujungnya para pemain, dari mulai usia dini sampai ke tim seniornya menjadi korban atas polemik di tubuh PSSI. Korban penyekatan, tidak tersaring bukan tidak lolos tapi tidak sepihak. Korban hujatan, hujatan dari pecintanya karna buruknya prestasi. Dan pencinta bola di seluruh tanah air pun terbelah kedalam dua arus yang saling bertentangan dari pusaran yang terjadi di tubuh PSSI. Sebuah potret yang kalau diafdruk pun hasilnya tetap buram.

Buramnya prestasi ini tidak baik bagi perkembangan sepakbola itu sendiri, juga bagi pengembangan motivasi para pemain untuk meningkatkan skill mereka dan kerjasama tim. Hadirnya klub - klub besar dunia tak akan membawa manfaat yang significant buat timnas, karena pemain - pemainnya terpecah tadi, tidak dalam satu kesatuan hasil seleksi yang benar - benar objektif. Kehadiran klub - klub besar hanya mendatangkan hiburan bagi pecintanya dan mendatangkan duit buat pengelolanya. Dan buat pemain cuma mendatangkan kebanggaan karna bisa berlaga dengan klub itu.

Kebanggaan ini tentu bisa sebagai nilai lebih yang diserap sebagai bekal kemampuan individu dan mental bertandingnya, namun sulit diterap dalam satu tim, terbangunnya kebersamaan, kebersamaan yang bisa menyeiramakan kerjasama didalam tim.

Ya, bagaimana bisa terbangunnya kebersamaan tim, sekarangnya saja sudah dipastikan walau sulit dibuktikan, bahwa telah terbangun kecemburuan, kecemburuan yang bisa menjadi cikal bakal bentuk penanaman ketidakpedulian secara tidak langsung, munculnya sikap antipati secara tidak sadar. 

Siapa yang membangun ini? 
Ya, perseteruan di tubuh PSSI itu sendiri.

Kenapa bisa terjadi kemungkinan seperti itu? 
Ya, karena ada pemain - pemain yang dulu dilibatkan bermain dan pernah dieluk - elukkan oleh pecintanya, kini tidak lagi masuk daftar skuad. 

Kemudian nantinya bukan tidak mungkin pula nantinya akan dibuatkan event - event eforia tandingannya, selain model event yang sudah ada, baik event formal dan event tandingan formal yang sudah, ipl dan isl. Oleh karena kepala batu diantara keduanya, maka siapa yang menjadi tandingan atau yang menjadi aslinya sudah tidak jelas lagi. Perseteruan ditubuh PSSI itu yang mencoreng nilai eventnya, pantas tidaknya mana yang pantas sebagai event formal. Dan dalam mempertahankan pendapatnya, sikap anak kecil dari keduanya selalu menyeruak, bahwa masing - masing selalu membawa - bawa nama statuta Fifa. Disebut kaya anak kecil, bukankah kalau diantara anak kecil lag marahan atau berantem, selalu membawa nama jagoannya, yang nggak - nggak pun suka disebut.

Begitulah pusaran sahara timnas, nasib prestasinya diombang ambingkan oleh kekacauan di tubuh PSSI itu.

Dan yang disebut Tubuh PSSI, yaitu pengurus formal PSSI dan pengurus formal tandingannya, KPSI.

Sedangkan yang disebut pecinta bola, yaitu SPKTI, saya pecinta kopi tubruk Indonesia.

The end


Thursday, 24 May 2012

Mendidik Melayang Tiada Pijakan

Mendidik Melayang Tiada Pijakan
Lucu ya, ketika orang tua menjauhkan hp, games dan tivi dari anak - anak untuk membangun disiplin dan kreativitasnya. Lucunya, tivi, games dan hp itu tidak pernah jauh dari orang tuanya. Orang tua menikmatinya ketika anaknya tidak tahu atau sama - sama menikmati kalau orang tua suka acara tivinya atau boleh main games kalau dan kalau.. Dengan kata lain kenapa itu semua dibeli kalau anaknya tidak boleh? Atau ikut menikmatinya apa yang menjadi kesukaannya? Apa tidak kalau begitu orang tua terlalu egois?

Keinginan besar dari pikiran orang tua untuk mengaplikasikan satu model pendidikan ideal pada anak tapi menjadi kontradiktif. Kontras antara rasa sayang yang berlebihan dengan aturan disiplin yang sedang diterapkannya. Rasa sayangnya membuat orang tua slalu berusaha memenuhi kebutuhan tersier apa saja yang menjadi trend pada usia anaknya dengan mudahnya, tapi disisi lain ingin punya anak yang disiplin dan punya kreativitas. Kemudian dalam aplikasinya buah pikirannya, apa yang dibelinya untuk anak, boleh digunakan diwaktu tertentu terutama di hari libur, sementara orang tuanya boleh setiap hari. Dalam hal bermain diluar rumah juga dibatasi waktu dan aturan - aturannya. Bahkan mungkin lebih banyak larangannya. Dan lucunya, kreativitas yang diharapkan itu adalah kreativitas yang diinginkan orang tuanya, bukan dorongan keinginan / kesukaan awal dari anaknya. Dan itu diimplentasikannya melalui kursus - kursus keterampilan, seperti serasi namun ada yang timpang disini.

Ketimpangan dalam keseimbangan pemberian nilai pendidikan pada anak, tidak akan menghasilkan seorang anak yang persis seperti yang diharapkan orang tuanya. Mungkin kalau keterampilan pada si anak terbentuk, tapi tidak pada pembentukan karakternya. Karakter seorang ksatria yang memiliki rasa solidaritas lagi punya rasa kepedulian besar pada sesamanya (bagi anak laki) atau feminim yang bersahaja ( pada anaj wanita). Yang ada adalah melahirkan anak - anak yang egois, pemalu tapi sombong, pemberani tapi tak tau diri. Dan yang paling buruk adalah tidak memiliki pendirian yang agung dalam arti menjadi gampang ikut - ikutan.

Nah jika diminta untuk memilih diantara pengasahan bakat dan perkembangan jiwanya, tentu banyak yang lebih memilih bakat sebagai pilihan prioritas, sebab itu menyangkut penghidupannya kelak. Jadi itu adalah pilihan wajar. Namun pilihan itu menunjukan, mungkin ada hal yang terlewatkan yang tidak kalah pentingnya bagi para orang tua, bahwa manusia esensinya adalah mahluk sosial. Jadi dimana pun manusia berada, di tempat kerja, dalam keluarga, dalam organisasi dan di tengah - tengah masyarakatnya, ia tidak bisa melepaskan dirinya dari simpul - simpul ikatan itu. Dan simpul - simpul itulah yang akan membantu jalannya. Jalannya akan lebih mudah jika ia bisa bekerja atau diterima keberadaannya dengan baik. Sebaliknya simpul - simpul itu juga bisa mempersulit jalannya, jika ia tidak bisa bekerjasama atau tidak begitu diterima keberadaannya.

Alangkah lebih baiknya memberikan porsi disipilin menurut takaran usianya, porsi kreativitas menurut pilihannya, yang digenapi dengan keteladan dari para orang tuanya. Jika tidak ada keteladan, nilai pendidikannya tidak ada, buah usahanya mengetrapkan pendidikan menjadi sia - sia, seperti mendidik melayang tidak memberi titik pijakan, membuat anak melayang - layang dimainkan angin dan benang.

Barangkali ini bisa bermanfaat, kalau pun tidak sama sekali, ya abaikan saja dan habiskan kopinya…