Wilayah Kota Surabaya, Jawa Timur tengah menghadapi dua bencana, yakni penyebaran virus corona serta dampak buruk dari gelombang Equatorial Rossby yang berpotensi menimbulkan banjir, longsor, serta angin kencang dan pohon tumbang. Bencana alam buntut dari Equatorial Rossby diprediksi terjadi hingga 2 Juni.
Sejumlah pihak sudah menyampaikan bahwa kasus penyebaran virus corona di Surabaya terus meningkat dengan jumlah ratusan sejak beberapa hari terakhir. Karenanya, perlu ada perhatian khusus.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dr Joni Wahyuhadi bahkan sempat mengatakan bahwa Surabaya Raya bisa menjadi Wuhan, China. Wuhan adalah daerah tempat virus corona pertama kali ditemukan.
Joni mengatakan sebesar 65 persen pasien Covid-19 di Jatim, disumbang oleh tiga daerah yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.
"65 persen Covid-19 ada di Surabaya Raya, ini tidak main-main kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan," kata Joni, di Surabaya, hari Rabu, 27 Mei 2020.
Di samping corona, Surabaya juga bakal menghadapi cuaca buruk akibat gelombang Equatorial Rossby. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi banjir dan longsor berpotensi terjadi akibat gelombang itu.
"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti genangan, jalan licin, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan petir," mengutip siaran pers Stasiun Meteorologi BMKG Kelas I Sidoarjo, Jumat, 29 Mei 2020.
BMKG menjelaskan bahwa gelombang Equatorial Rossby membuat awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Oleh karena itu, berpotensi mengakibatkan banjir, tanah longsor serta pohohn tumbang.
Sejauh ini, hujan lebat sudah terjadi di Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Gresik, Pamekasan, Jombang serta beberapa daerah lainnya.
Bahkan sejumlah wilayah di Surabaya dan Sidoarjo sudah terendam banjir akibat hujan deras pada Kamis kemarin, 28 Mei 2020. Tidak hanya ruas jalan, tetapi air juga merendam wilayah permukiman.
"Kondisi peningkatan curah hujan ini diprakirakan terjadi hingga tanggal 2 Juni 2020," mengutip siaran pers BMKG.