Betawi, ini apa bukan karena susahnya orang - orang betawi tempo doeloe nyebut kata Batavia, nama dari kota Betawi pemberian VOC itu? atau bisa juga memang konon doeloe itoe, pendoedoek aslinja bernama betawi, artinja itoe, mereka menjeboet dirinja itoe adalah orang betawi, dan kerena moengkin sadja lidahnja orang - orang Belanda soesah pada njeboetin kata betawi-nja, maka diseboetnja oleh olang Belanda, betawi menjadi batavia.
Kemoedian dipakelah nama Batavia sebagai seboetan nama kotanja, stad batavia. dan dibakoekan dalam peta tempo doeloe..
Ini hanya sebuah kemungkinan saja, toh tidak apakan hanya sekedar menduga-duga?
Tanah Batavia, mendjadi tempat berlabuhnja kapal-kapal VOC, oentoek mengirim perbekalan boeat Pemerintahan Belanda jang ada di Noesantara dan mengangkoet hasil boemi di seloeroeh Noesantara. Nama tempat berlaboehnya kapal - kapal VOC di Batavia itoe adalah poelaoeboehan Soenda Kelapa.
Soenda Kelapa, terselip kata sundanya, kata sunda ini sangat menarik untuk ditelusuri. Nama itu memberikan sekelumit pertanyaaan tentang asal - usul orang betawi. Dugaan awalnya dari pemberian nama Soenda Kelapa, konon katanya Fatahilah yang memberikan nama itu, dari mana Fatahilah bisa mengambil nama itu, Sunda Kelapa. Jika ini ditilik dari kata Sunda didepan kata kelapa sepertinya ini ada kesamaan yang sama antara asal - usul orang betawi dengan orang sunda..
Sedikit berbagi pengalaman saja, sekedar ingin menguak rasa penasaran saja, betulkah orang betawi asli itu asalnya adalah suku sunda juga. Bila dilihat dari letak geografisnya, bisa jadi sama, sebab tanah betawi masih satu wilayah dengan jawa barat, tanah pasundan. Tapi data ini belum cukup bukti, tidak dapat memuaskan, belum bisa mengobati rasa penasaranku pada Betawi.
Kota betawi identik dengan si Pitung, jagoan ulung pujaan orang betawi dan orang se-noesantara.
Kota Betawi juga identik dengan Benyamin Sueb, tokoh kocak pujaan semua orang betawi dan orang indonesia.
Alm. H.Benjamin Sueb, dari sana aku mulai kenal, siapa itu orang betawi. Doeloe sebelum beliau wafat, aku sering diajak sahabatku mampir ke rumah ncingnya, bang Bens, alasannya sih masuk akal, mau soan, padahal tujuan utamanya sih cari makan siang gratis.
Pada satu masa, dimana kami lagi ngobrol sambil liat lawak di tipi. Setelah ditelek-telek, saya mulai sedikit terbengong - bengong. Gimana tidak bengong, heran liat bang Bens tidak ketawa sedikit pun, serius liat dirinya, bang Bens, yang kocak banget di tipi. Tidak ketawa, malah sedikit berbincang adegan di tipi itu. Alhasil aku pun berusaha memindahkan tawa dimulut wajah dan badan kedalam hati saja, pelan-pelan aku bisa memindahkannya, padahal sebelumnya aku ketawa terpingkal-pingkal di depannya.
Tak berapa lama, aku colek teman, kapan makan? Mungkin karna aku ngomong lapernya ke kencangan, kedengaran juga tuh sama bang Bens, disuruhnya aku ngambil sendiri. Ya udah, akhirnya aku ambil makan sendirian. Dan kaget sekali, tadinya aku berharap ada makanan khas betawi yang tidak aku kenal yang bisa ku cicipi.. Ternyata tidak jauh atau malah sama dari rasa dan nama olahannya dengan yang dibuat alm. Uwaku, beliau jagonya masakan khas sunda.. Hanya satu yang tidak ada di sunda, cangkang tangkil jadi lalap, tapi di banten olahan itu ada.
Ketika mampir ke tempat makan sayur asem betawi di daerah joglo jeruk purut cileduk, tempatnya sederhana, tapi yang datang bujubuneng, ga pernah kosong.. Sengaja ke sana, untuk menghilangkan rasa penasaranku, katanya sayur asemnya enaknya sedunia.
Benar saja, enak banget, tapi asli ini juga sama dari tampilan dan rasanya dengan buatan alm. Uwaku, jagonya masakan khas sunda. Petenya juga sama.. Hehe..
Kesimpulanku hampir mendekati jawaban bahwa orang betawi identik dengan orang sunda. Apalagi ketika bertandang di selamatan sunatan anak betawi, ada roti buayanya, dengan segala adat penyambutan sama banget waktoekoe ketjil di soenat.
Tiba-tiba saja, apa yang sudah mulai terang mulai dikacaukan waktu ku makan dodol betawi dan kerak telor, ke duanya tidak ada di tanah soenda..sekarang. Tapi doeloe ada juga kerak telor tiap sore didepan roemahkoe waktoekoe ketjil doeloe, cuma yang koe ingat penjoealnya orang betawi yang jualan sama bandreknya.
Akhirnya sampai hari ini jawaban itu belum juga terpecahkan. Yang ku kenal, orang betawi kalau ngomong enak, ceplas ceplos dan sangat bersahaja.. Tidak seperti yang ku lihat di tipi dengan betawi rempugnya.. Terlihat seperti jawara- jawara macan kemayoran. Whatever, hak mereka mendirikan itu, mungkin itu satu bukti bahwa betawi masih eksis. BETAWI YANG BERSAHAJA DENGAN SILAT khas BETAWInya.. Yang kini hampir tergilas oleh tangan - tangan DKI dan rekannya yang terus menggurita membeli dan menguasai tanah anak betawi asli, demi kota, demi pembangunan, demikian.
DIRGAHAYU JAKARTA,, SEMOGA LENGGAK LENGGOK GEMERLAPNYA MAKIN INDAH, MEMPESONA
dan JAYA.
22 Juni 1527
22 Juni 2010
diambil dari my Fb:http://www.facebook.com/note.php?/notes/ahmad-hanafiah/jakarta-djakarta-tanah-batavia-tanah-anak-betawi-menjadi-tanah-dki/
No comments:
Post a Comment