Sudah lama tidak meraih prestasi, kini sejak ada perubahaan ditubuh PSSI, prestasinya malah makin memburuk. Ujungnya para pemain, dari mulai
usia dini sampai ke tim seniornya menjadi korban atas polemik di tubuh
PSSI. Korban penyekatan, tidak tersaring bukan tidak lolos tapi tidak
sepihak. Korban hujatan, hujatan dari pecintanya karna buruknya
prestasi. Dan pencinta bola di seluruh tanah air pun terbelah kedalam
dua arus yang saling bertentangan dari pusaran yang terjadi di tubuh
PSSI. Sebuah potret yang kalau diafdruk pun hasilnya tetap buram.
Buramnya prestasi ini tidak baik bagi perkembangan sepakbola itu sendiri, juga bagi pengembangan motivasi para pemain untuk meningkatkan skill mereka dan kerjasama tim. Hadirnya klub - klub besar dunia tak akan membawa manfaat yang significant buat timnas, karena pemain - pemainnya terpecah tadi, tidak dalam satu kesatuan hasil seleksi yang benar - benar objektif. Kehadiran klub - klub besar hanya mendatangkan hiburan bagi pecintanya dan mendatangkan duit buat pengelolanya. Dan buat pemain cuma mendatangkan kebanggaan karna bisa berlaga dengan klub itu.
Kebanggaan ini tentu bisa sebagai nilai lebih yang diserap sebagai bekal kemampuan individu dan mental bertandingnya, namun sulit diterap dalam satu tim, terbangunnya kebersamaan, kebersamaan yang bisa menyeiramakan kerjasama didalam tim.
Ya, bagaimana bisa terbangunnya kebersamaan tim, sekarangnya saja sudah dipastikan walau sulit dibuktikan, bahwa telah terbangun kecemburuan, kecemburuan yang bisa menjadi cikal bakal bentuk penanaman ketidakpedulian secara tidak langsung, munculnya sikap antipati secara tidak sadar.
Buramnya prestasi ini tidak baik bagi perkembangan sepakbola itu sendiri, juga bagi pengembangan motivasi para pemain untuk meningkatkan skill mereka dan kerjasama tim. Hadirnya klub - klub besar dunia tak akan membawa manfaat yang significant buat timnas, karena pemain - pemainnya terpecah tadi, tidak dalam satu kesatuan hasil seleksi yang benar - benar objektif. Kehadiran klub - klub besar hanya mendatangkan hiburan bagi pecintanya dan mendatangkan duit buat pengelolanya. Dan buat pemain cuma mendatangkan kebanggaan karna bisa berlaga dengan klub itu.
Kebanggaan ini tentu bisa sebagai nilai lebih yang diserap sebagai bekal kemampuan individu dan mental bertandingnya, namun sulit diterap dalam satu tim, terbangunnya kebersamaan, kebersamaan yang bisa menyeiramakan kerjasama didalam tim.
Ya, bagaimana bisa terbangunnya kebersamaan tim, sekarangnya saja sudah dipastikan walau sulit dibuktikan, bahwa telah terbangun kecemburuan, kecemburuan yang bisa menjadi cikal bakal bentuk penanaman ketidakpedulian secara tidak langsung, munculnya sikap antipati secara tidak sadar.
Siapa yang membangun ini?
Ya, perseteruan di tubuh PSSI itu
sendiri.
Kenapa bisa terjadi kemungkinan seperti itu?
Kenapa bisa terjadi kemungkinan seperti itu?
Ya, karena ada pemain -
pemain yang dulu dilibatkan bermain dan pernah dieluk - elukkan oleh
pecintanya, kini tidak lagi masuk daftar skuad.
Kemudian nantinya bukan
tidak mungkin pula nantinya akan dibuatkan event - event eforia
tandingannya, selain model event yang sudah ada, baik event formal dan
event tandingan formal yang sudah, ipl dan isl. Oleh karena kepala batu
diantara keduanya, maka siapa yang menjadi tandingan atau yang menjadi
aslinya sudah tidak jelas lagi. Perseteruan ditubuh PSSI itu yang
mencoreng nilai eventnya, pantas tidaknya mana yang pantas sebagai event
formal. Dan dalam mempertahankan pendapatnya, sikap anak kecil dari
keduanya selalu menyeruak, bahwa masing - masing selalu membawa - bawa
nama statuta Fifa. Disebut kaya anak kecil, bukankah kalau diantara anak
kecil lag marahan atau berantem, selalu membawa nama jagoannya, yang
nggak - nggak pun suka disebut.
Begitulah pusaran sahara timnas, nasib prestasinya diombang ambingkan oleh kekacauan di tubuh PSSI itu.
Dan yang disebut Tubuh PSSI, yaitu pengurus formal PSSI dan pengurus formal tandingannya, KPSI.
Sedangkan yang disebut pecinta bola, yaitu SPKTI, saya pecinta kopi tubruk Indonesia.
Begitulah pusaran sahara timnas, nasib prestasinya diombang ambingkan oleh kekacauan di tubuh PSSI itu.
Dan yang disebut Tubuh PSSI, yaitu pengurus formal PSSI dan pengurus formal tandingannya, KPSI.
Sedangkan yang disebut pecinta bola, yaitu SPKTI, saya pecinta kopi tubruk Indonesia.
The end
No comments:
Post a Comment