Thursday 30 August 2018

Donald Kritik Google Dan Demokrasi Amerika Serikat

Donald Kritik Google Dan Demokrasi Amerika

Dua hari yang lalu Donald Trumps membuat cuitan keras di Twitter tentang Search Google, yang dianggap menyembunyikan berita valid dan factual dari Donald Trump News. Search google lebih menempatkan di top ranking berita palsu dari sumber yang tidak jelas. Hari ini Google telah menyampaikan bantahannya atas sangkaan tersebut.




Sejak tanggal 28 Agustus 2018, tampaknya Gedung putih sedang melakukan investigasi jaringan telekomunikasi digital. Itu tampak dalam cuitannya di twitter, dan hari ini tentang bocornya email Hillary Clinton ( yang menjadi rivals-nya di pemilihan presiden AS ), yang dituding peretas China yang melakukannya.


Yang menarik disini, pertama berbagai komentar yang beragam, yang malah sebagian besar membela keberadaan search Google. Yang kedua tanggapan dari Google.




Yang pertama, ini bagaimana tentang demokrasi di Amerika Serikat, semua komentar yang tidak sependapat dengan Trump, sebagai Presiden Amerika Serikat, pejabat berwenang tidak menangkap mereka. Ini menunjukkan kedewasaan berdemokrasi di sana. Yang berbanding terbalik dengan di Indonesia, bahkan semakin paranoid dengan keberadaan media sosial, dengan membuat aturan dan bahkan tindakan represif mengatasnamakan hukum yang mana itu semakin menjadi supremasi hukum itu seperti absurd.


Contoh lain, masalah selesai, ketika seorang wartawan meminta maaf pada Donald Trump, setelah dituding telah membuat tulisan palsu. Jadi mereka di sana, di USA, sudah matang dan dewasa berdemokrasi. Mampu memilah mana yang dapat merusak keutuhan satu bangsa dalam satu ikatan negara dan mana yang tidak.


Yang kedua, bantahan dari pihak Google, yang tampak premature. Bahkan seperti tidak menyimak semua konten pada cuitan Donald Trump. Karena Google memberikan jawaban, masalah politik, yang menurut Google tidak pernah berpihak pada politik manapun.


Karena jika membaca pada salah satu penggalan kalimat dalam konten cuitan Donald Trump, diberi ingatan, bahwa "jangan mempercayai, berita atau informasi dari penulis yang tidak jelas namanya". Itu artinya, tidak sepenuhnya menyalahkan Google, tapi sistem pengindekan dalam penelusuran, yang tersurat jika Gedung putih sedang melakukan berbagai uji coba dalam risetnya. Jadi sangat disayangkan dengan reaksi dari pihak Google.


>


Jika Google membaca semua untaian dari cuitan Donald Trump, tentunya mereka akan memilih datang ke Gedung putih untuk mendengarkan ulang cuitan Google, menerims kritikan dan memberi pembelaan, sekaligus sharing bersama dalam membuat Search Google menjadi sahabat semua pihak termasuk Presiden, jika ditemui berbagai masalah dan solusinya.


Bergulirnya cuitan Donald Trump dalam seminggu menjadi menarik untuk disimak.

No comments: