Menurut catatan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebanyak 2,3 pemilik rekening di DKI Jakarta terlilit pinjaman online atau pinjol yang nilainya tembus Rp 10,5 triliun. Meski demikian, hal tersebut masih dianggap aman oleh OJK.
Layanan pinjaman online (Pinjol) atau fintech lending masih menjadi pilihan masyarakat. Hal ini seiring berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah pengguna pinjol meningkat.
Mengutip data OJK, hari Senin, 03/07/2023, di DKI Jakarta, penerima pinjaman aktif mencapai 2,38 juta per April 2023. Penerima pinjaman aktif tersebut meningkat dari Maret 2023 sebesar 2,34 juta. Namun, kalau dibandingkan April 2022, penerima pinjaman aktif di DKI Jakarta itu merosot dari sebelumnya 2,67 juta.
Selain itu, outstanding pinjaman atau jumlah pinjamannya mencapai Rp 10,35 triliun per April 2023. Jumlah pinjaman tersebut turun sekitar 4,2 persen dari periode Maret 2023 sebesar Rp 10,79 triliun. Sedangkan kalau dibandingkan April 2022, jumlah pinjaman warga Jakarta meningkat. Pada April 2022, tercatat pinjaman warga Jakarta hanya Rp 9,94 triliun.
Dari sisi tingkat wanprestasi atau TWP 90 di Jakarta mencapai 2,94 persen per April 2023. Jumlah ini meningkat dari periode Maret 2023 sebesar Rp 2,79 persen. TWP ini kelalaian penyelesaian kewajiban yang ada perjanjian pendanaan. Periodenya lebih dari 90 hari setelah jatuh tempo peminjaman, demikian mengutip dari berbagai sumber.
Selain DKI Jakarta, jumlah pengguna pinjol tertinggi di Jawa ditempati Jawa Barat. Jumlah pengguna pinjol di Jawa Barat mencapai 4,68 juta per April 2023. Namun, jumlah pengguna itu menurun dibandingkan periode Maret 2023 sebesar 4,81 juta. Sedangkan kalau dibandingkan April 2022 cenderung meningkat yang tercatat 3,73 juta pengguna.
Untuk jumlah pinjamannya di Jawa Barat mencapai Rp 13,57 triliun per April 2023. Jumlah pinjaman itu naik tipis dibandingkan Maret 2023 sebesar Rp 13,5 triliun. Jika melihat April 2022, tercatat jumlah pinjaman mencapai Rp 9,67 triliun. Untuk TWP 90, di Jawa Barat tercatat 3,6 persen per April 2023. Angka ini sama dengan Maret 2023 sebesar 3,6 persen.
Disusul Jawa Timur tercatat jumlah pinjaman mencapai Rp 6,23 triliun per April 2023. Jumlah pinjaman ini relatif stagnan dari posisi Maret 2023 sebesar Rp 6,23 triliun.Kalau dibandingkan April 2022 tercatat Rp 4,91 triliun.
Dari sisi jumlah pengguna, di Jawa Timur tercatat 2,07 juta per April 2023 dari posisi Maret 2023 sebesar 2,12 juta. Ada penurunan 54.225 pengguna. Kalau dibandingkan April 2022 tercatat jumlah pengguna mencapai 1,60 juta, atau naik 29,01 persen. Sedangkan TWP90 mencapai 3,25 per per April 2023, turun dari posisi Maret 2023 sebesar 3,26 persen.
Khusus di Jawa, jumlah pinjaman online mencapai Rp 39,29 triliun per April 2023. Pinjaman online tersebut turun dari posisi Maret 2023 sebesar Rp 39,75 triliun. Jumlah pinjaman tersebut meningkat dari posisi April 2022 sebesar Rp 31 triliun.
Sedangkan jumlah pengguna pinjaman mencapai 12,88 juta per April 2023. Pengguna tersebut turun 225.503 dari periode Maret 2023 sebesar 13,10 juta. Sedangkan kalau dibandingkan April 2022, jumlah pengguna pinjaman mencapai 10,47 juta atau alami kenaikan 22,98 persen.
Untuk TWP90 mencapai 3,1 persen per April 2023. Angka TWP itu meningkat dari posisi Maret 2023 sebesar 3,05 persen
Kondisi di Indonesia
OJK mencatat jumlah pinjaman mencapai Rp 50,53 triliun per April 2023. Jumlah pinjaman ini turun 0,96 persen dari periode Maret 2023 sebesar Rp 51,01 triliun. Kalau dibandingkan April 2022, jumlah pinjaman meningkat 35,8 persen dari Rp 38,6 triliun.
Sementara itu, jumlah pengguna pinjaman mencapai 17,31 juta per April 2023, jumlah ini turun dari posisi Maret 2023 sebesar 17,59 juta. Sedangkan dari posisi April 2022 meningkat yang posisinya 13,51 juta.
Untuk TWP90 tercatat 2,82 persen per April 2023 dari posisi Maret 2023 sebesar 2,81 persen.
Kondisi ini dianggap masih aman, sebab menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Lembaga Penjamin dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, TWP90 atau tingkat risiko kredit di DKI Jakarta hanya sebesar 3,23 persen. Angka tersebut bahkan di bawah nasional yang mencapai 3,36 persen.
"Outstanding pinjaman P2P lending di DKI memang Rp 10,5 triliun. Tapi yang penting TWP90 hari itu terkendali," kata Ogi dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 4 Juli 2023.
Dalam aturannya, OJK menetapkan batas ketentuan atau threshold TWP90 di angka 5 persen.
Meski penyaluran pinjaman P2P lending di ibu kota terbilang tinggi, ternyata DKI Jakarta menduduki peringkat kedua pengguna pinjol terbanyak se-Indonesia.
Ogi mengatakan, peringkat pertama hingga kini masih dipegang Jawa Barat. "Yang pertama itu di Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 13,8 triliun," kata dia.
No comments:
Post a Comment