Semenjak kekalahan beruntun yang
dialami timnas Indonesia dari semua tingkatan usia didukung oleh sikap para pengelolannya yang bebal dan berkepala
batu. Ciri khas orang bebal dan
berkepala batu, tidak sadar diri terlalu asik minum – minuman yang memabokan, cenderung menyalahkan orang lain atau orang –
orang di sekitarnya sambil teriak – teriak serak yang tak jelas isi omongannya . Berbagai kegagalan tidak pernah diakui sebagai usaha mereka, maka
tidak heran yang dilakukannya adalah merombak pemain. Karena pemain
adalah objeknya.
Sulit sekali buat saya
menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada anak saya yang lagi gandrung – gandrungnya dengan sepakbola. Ia
berteriak – teriak dengan penuh semangatnya
ketika timnas melakukan perlawanan pada lawannya, namun dengan seketika
terpancar wajah murungnya ketika timnas yang jadi kesayangannya luluh
lantah
diterjang gol – gol dari lawannya. Yang bisa saya lakukan adalah mencoba
berdiskusi dengannya tentang strategi diantara kedua tim yang bertanding
termasuk kelemahan - kelemahannya pada timnas , ditengah
pertandingan masih berjalan sekedar meredam murungnya agar tidak sampai berlarut terus keluar sampai pertandingan usai. Dan
sebetulnya kalau bukan karena anak, tak
sedikitpun berhasrat melihat laga itu.
Beruntungnya saya punya tim yang
sampai dengan hari ini masih menunjukkan performa yang masih ciamik, Spanyol sdan
Arkhentina. Saya tawarkan itu pada anak saya yang keukeuh dengan timnas, tim
Inggris dan Portugal. Sayangnya tidak
terlalu berhasil, cuma timnas yang ia
tinggalkan dan yang diambil tim Spanyol, arkhentinanya tidak.. Tapi tidak apa – apalah namanya juga anak – anak, masih terus dalam pencarian idolanya.
Jadi kalau Indonesia samapai dengan hari ini punya timnas,
saya pun tak mau kalah, punya tim spanyol dan arkhentina.
Adios