JALAN LURUS BERJALAN JIGJAG
Zaid pergi di pagi buta, berbekal optimis dan nasi goreng buatan emaknya. Hari ini hari pertama dia bekerja, di sebuah perusahaan milik negara terbesar dan tersohor di negaranya Zaid. Nampak terpancar di wajahnya cahaya bak sinar bulan purnama yang bersinar indah. Emaknya pun begitu bahagia melihat anaknya berpakaian rapi.
"Tak sia - sia aku besarkan kau nak": begitu gumam emaknya di dalam hatinya.
"Maak, Aku pamit, salam sama abah, ya.. assalamu'alaikum" sapa Zaid sambil mencium tangan emaknya, sementara saat itu babehnya masih berada di mushala, yang belum tuntas menyelesaikan dzikirnya.
"yak it, hati-hati, jangan lupa di makan sarapannya, itu mak pisahin telornya, kerupuknya mak masukin ke plastik di tas kamu, botol minumnya juga di situ. Wa'alaikum salaam"jawab emak yang terus menatap anaknya sampai hilang dari pandangannya.
Zaid jadi seperti merasa anak yang baru pertama kali sekolah tidak di antar emaknya, di kasih bekal lengkap, tapi Zaid gak bakal lupa pesan idolanya ustad Cecep, kalo emak rewel ama kita tandanya sayang, kalau di sayang emak hidup jadi gampang, karena syurga ada di bawah telapak kaki emak.
Makanya Zaid gak pernah merasa risih dengan kerewelan emaknya yang sejak sore kemaren, di kasih wejangan..kalau nanti kerja harus gini, harus gitu, gak boleh gini, gak boleh gitu.. Zaid emang sayang bangeut sama emaknya. Begitu pula ke dua orang tuanya, karena Zaid anak tunggal anak semata wayang.
Zaid naik kereta pertama, berangkat pukul setelah subuh lima menit setelah sarapan. Di kereta Zaid naik gerbong ke dua seperti yang dipesankan oleh temen - temannya, katanya di situ mereka pada kumpul. Dengan malu - malu Zaid naik gerbong sambil menghitung gerbong di tiap koridor kereta. Sampailah Zaid di gerbong kedua, benar saja di sana sudah ada beberapa temannya, mereka menyapa Zaid dengan penuh gembira.
Zaid malu, karena dia merasa yang nampak paling rapi dan bersih, wangi lagi, sepatu licin bekas di semir emaknya, hanya tasnya yang nampak kusam, pinjaman dari babehnya, sementara teman-temannya biasa saja, bahkan ada yang belum mandi, terlihat ada sisa belek di matanya, cuma cuci muka, katanya takut ketinggalan kereta, ntar aja numpang mandi di kantor.
Mereka berdelapan satu tempat duduk berhadap-hadapan, semuanya sama, hari itu hari pertama mereka kerja, jadi mereka sepakat berangkat keroyokan untuk mengatasi krisis nyali di jalan, tapi tempat kerja mereka tidak sama, hanya ZAid bersama sahabat karibnya Pandjul yang satu kerjaan.
Pandjul..Berbeda dengan Zaid, dia adalah anak yang cerdas dan pintar, piagam dan tropi juara ke 1 tidak pernah mau pergi dari genggamannya semenjak di bangku kelas 1 SMP hingga hatam SMA[SMU sekarang], tapi dia tidak pernah merasakan indahnya menjadi seorang bintang pelajar, maklum anaknya sedikit urakan, cuek dan agak pemalas, satu hal yang menjadi penyebabnya karena Pandjul tidak suka olah raga, dia tau bangeut kalau olahraga itu salah satu catatan untuk menjadi seorang bintang pelajar.
Saban hari ga bosan bosannya para guru dan teman - temannya ngingeutin agar pandjul menyukai olahraga, sayang seribu sayang Pandjul tidak berambisi untuk meraihnya, kegigihan guru-guru yang mati-matian membujuknya dengan sebotol susu dan semangkuk bubur kacang ijo plus roti tawarnya agar pandjul mau berolah raga, tapi tetap saja Pandjul tak bergeming, prinsipnya banyak bergerak, tidur yang cukup dan tidak telat makan itu sudah cukup sehat dan menyehatkan.
Maklumlah anak pemalas tapi smart memang suka pandai ngeles. Bangku kuliah, jangan ditanya, nilai A di semua mata kuliah, termasuk mata kuliah cara memikat hati para gadis kampus..dialah tempat berguru para pemuda jarang jajan demennya darmaji ( dahar lima ngaku siji m makan lima buah mengaku makan satu) dan slalu gagal bercinta, termasuk Zaid.
Pandjul memang anak yang luar biasa, bikin salute warga sekampung, guru - guru dan para dosennya, tak terkecuali cewe - cewe di mana saja Pandjul di kenal, semua dibuat takjub akan kemampuannya menguasaii 7 bahasa, meskipun dia tidak pernah menjadi member di tempat kursus2 bahasa ternama di kotanya.
Ini bukan mengada-ada, dalam rapat guru, pak Jonsonenjonson memberikan pernyataan ini dengan bersungut - sungut. Semua percaya sama pak Jonsonenjonson, karena dialah yang di utus bapak kepsek Sangkano, yang memintanya melakukan investigasi keseharian Pandjul dari subuh ke subuh lagi, setiap hari kerja selama satu bulan dengan imbalan beras pandan wangi satu karung plus susu kaleng kental manis satu lusin.
Salahnya pak Jonsonenjonson, dia tidak melakukan pengintaiannya di hari libur, sebab justru setiap hari minggu itulah muara rahasia dari kehebatan Pandjul. Tiap hari minggu Pandjul suka ikut jualan sama penjual aksesoris di tempat wisata di kotanya, kebanyakan mereka menjualnya ke wisatan manca negara.
Di situlah Pandjul belajar bahasa dari mereka, para wisatawan atau turis asing dari berbagai belahan dunia. Hingga dalam waktu satu tahun dia lulus unsertifikat dengan memuaskan, kenapa? sejak itu banyak para wisatan senang dan slalu berharap, kalo itu wisatawan asing kelakuanya kaya wisatawan domestik mereka pasti sudah pada berebutan, ingin menjadikan Pandjul sebagai tour guede.
Hanya satu di dunia ini yang kurang respek sama Pandjul, yaitu Ibunya, Ibu kandung Pandjul. Meski demikian yang namanya Ibu, beliau juga tetap sayang sama Pandjul. Tapi untuk urusan suruh menyuruh, ibunya tidak pernah lagi menyerahkan itu sama Pandjul, kapok katanya..Kenapa? begini ceritanya..
13 Tahun yang silam...Ibu Pandjul pulang dari pengajian, pas di depan rumah kaget lihat Murpy, lagi bawa ember.
"Pi, kenapa kamu yang ambil air? kan tadi umi dah bilang sama pandjul, hari ini giliran dia..mana Pandjul? PANDJUUUL..PANDJUUL? teriak Ibu setengah sewot. Pandjul yang lagi asyiik baca koran bekas berbahasa inggris pemberian salah satu kliennya kaget bukan kepalang.
"Wah gaswaat..umi datang.." "yak mi, pandjul lagi di belakang ni...lagi beresin gentong air.." sela Pandjul belaga rajin. Waktu Murpy nyamperin sambil ngasih air di ember ke Pandju.
Pandjul bisikin adeknya" phi, jangan bilang2 aku yang nyuruh yah tenaang.. semangkok es loder menanti besok, okeh?
"yah kak " jawab Murphy dengan santun.
Teman - teman, Murphy ini adek satu - satunya Pandjul, mereka dua bersaudara beda bapak..Namanya memang agak kebule - bulean. Bapak Pandjul alm. H.Surjana meninggal waktu usia pandjul masih 3 tahun.
Kemudian Ibunya nikah lagi dengan Pria Bule masuk islam jadi muslem asal Kanada, namanya alm. M. Erick Steward, karena Muslim, inisial M yang tadinya Michael di ganti dengan Muhamad, penggantian nama ini pake acara selamatan bubur merah bubur putih yang disaksikan oleh K.H. Zamzarani dan tokoh - tokoh masyarakat di situ dengan mengundang seluruh warga masyarakat setempat di tiga kelurahan.
Pesta pernikahan dan acara selamatan "penggantian nama" adalah pesta terbesar dan sangat meriah di abad itu di kampung Pandjul, maklum baru kejadian seumur -umur ada warganya yang menikah sama bule. Singkatnya, buah dari perkawinan lahirlah Murphy, nama lengkapnya Adam Murphy Ibrahim, Murphy itu di ambil dari nama bapaknya M. Erick Steward, karena begitu sayangnya sama bapaknya untuk menghormati bapaknya maka nama itu di berikan lagi sama anaknya.
Dan hal yang menyedihkan pada usia Murphy 6 bulan, M.Erick Steward meninggal, mayatnya tidak di temukan, hilang bersama pesawat yang meledak ketika alm. mau pergi ke Negaranya..
Malamnya, selesai makan berjamaah, mereka tidak langsung beranjak dari meja makan, seperti biasa ditutup dengan nasehat dan petuah dari Ibunya, tapi kali ini tidak kecuali permintaan Ibu Pandjul sama Pandjul yang sedari sore sudah cukup sabar menahan jengkel dengan kelakuan si sulung ini...
" Pandjul, jangan mengelak, Umi tahu betul dengan kelakuan kamu..Nah! besok sore Umi minta kamu yang ambil air di kali, kasihan adek kamu..dia juga sama kaya kamu perlu istirahat" seru Ibu dengan raut muka yang sedikit kecewa menatap Pandul...
" Siap Umi! tapi boleh kan aku minta ditemenin? permohonan Pandjul.
" Boleh tapi jangan sama murphy, pulang sekolah dia harus bantu Umi, bawain pulang barang - barang dagangan.." Sela Ibu memberi batasan.
" Ga kok Mi, sama Zaid..boleh kan Umiii?? opsi Pandjul berharap dapat restu.
" Silahkan, tapi jangan kebanyakan nyimpang..jam 5 sore air bak harus sudah penuh, jangan lupa sama gentong air minum, itu juga harus terisi penuh" peringatan Ibu sama Pandjul, sambil berlalu membawa piring - piring bekas makan kebelakang untuk dicuci, sementara Murphy memindahkan lauk dan nasi dari meja makan ke lemari makan, karena meja makan segera di sulap menjadi meja serba guna, buat belajar juga bisa buat ibu menyulam strimin*) dan juga menjadi alas untuk menyetrika baju..
"Berees Umiii..! jawab Pandjul , kemudian dia duduk di teras depan sambil baca buku kegemarannya "FOLLOW ME".
Tiba waktunya, sore harinya Pandjul ditemani Zaid pergi menuju kali, nama kalinya KALI MANJADA, konon katanya menurut sesepuh di situ nama Kali Manjada berarti Kali Manis Jangan di Pandang Aja, gitu. Di pinggir kali terdapat mata air yang di atasnya tumbuh tanaman keras, seperti pohon bambu yang rindang juga terdapat beberapa pohon kemang, rambutan dan kelapa.
Disitulah warga yang tidak memiliki sumur dan sebagian besar warganya belum bisa memanfaatkan fasilitas air ledeng dan memang air ledengnya sendiri belum menjangkau rumah warga di wilayah kampung Pandjul, mereka hanya memanfaatkan berkah yang diberikanNYA termasuk keluarga Pandjul, sayang untuk mencapai lokasi tersebut harus di tempuh 50 sampai.
~ Bersambung... ~