Thursday, 24 March 2016
ANTARA PROMO DAN KAMPANYE PILKADA
Sunday, 7 December 2014
Payroll System And Web Android App
-
Aplikasi Data dan Penggajian
Aplikasi digital yang memudahkan dan mempercepat menghimpun data dan penggajian yang bisa digunakan dalam sistem penggajian perusahaan, sistem transaksasi toko, pembayaran tiket, sistem kredit, sistem quotation asuransi dll.
Untuk mendapatkan informasi detail, dapat dihubungi di ;WA : 0815 112 71 079 -
Aplikasi Android & iOS AHA DUA PERMATA
-
Aplikasi Android PT.ISAM
-
Aplikasi Android AHA SARANG KOMPUTER
Wednesday, 10 September 2014
AHA DUA PERMATA
diposting 7 september 2014 sebagai note di facebook,
Aha Dua Permata, blog yang dibikin dimana kata aha pada judul bukan mengambil nama panggilan saya. Aha disana kata seruan takjub. Sedang dua menyangkut arus hidup, positif - negatif, benar - salah. Dan permata sebagai sifat dari dua tersebut, dua arus hidup yang bagaikan permata menjadi jalan hidup manusia dalam setiap peredaran.
Diatas itu, maka isi dalam blog tersebut menyangkut itu. Jadi bukan nama sesuatu yang bermakna asli. Sehingga pemilihan isi uraian berusaha untuk selaras dengan judul. Tidak seperti kebanyakan domain yang menjamur di Indonesia, masih tidak bisa dilepaskan sifat latahnya seperti ketika maraknya pengguna media sosial di Indonesia, digunakan menurut latah yang berkongsi dengan apa yang menjadi kebiasaannya. Sehingga fungsi yang bisa diserap sebagai sesuatu yang bermanfaat pun hampir - hampir tidak ada. Begitu dengan membuat judul domain.
Nama domain atau judul domain itu judul dari apa yang ingin disampaikan pada isinya. Itu makanya Bill Gate kagak bikin domain pake namanya, begitu dengan Mark Zuckerberg. Kalau pake nama sendiri isinya cuma biodata diri habis itu tidak ada lagi yang bisa dituangkan.
Berbeda dengan di Indonesia, ukurannya semau gue, bisa begitu karna yang dipakai adalah nalarnya. Itu yang membuat isi dan judul tidak selaras. Jika mereka tahu sejarah website mereka akan malu sendiri.
Demikian sekilas tentang aha dua permata.
Saturday, 29 March 2014
Wanita - Wanita Menggugat
Semua melengkapi isi yang akan diurai pada tulisan kali ini, tentang harkat martabat wanita dalam kedudukannya sebagai Mahkota Negara dikaitkan dengan hadits " Idza Shaluhat Shaluhat bilad", yang uraiannya akan dihubungkan dengan UUD 45 tentang fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dalam ruang lingkup wanita dan peranannya berikut cetusan hari - hari yang dibesarkan, seperti hari ibu, hari kartini, hari kasih sayang dan hari - hari yang lainnya dalam lingkaran harkat dan azasi.
- apa yang menyebabkan wanita memperlihatkan lekuk tubuhnya untuk mengundang birahi...
- apa yang menyebabkan wanita menganiaya darah dagingnya sendiri..
- apa yang menyebabkan wanita mudah termakan janji..
- apa yang menyebabkan wanita tidak mampu menenangkan hatinya ( mudah panik ) dalam situasi yang genting..
Realitas yang dihadapi kaum hawa seperti itu, ujungnya wanita hanya dijadikan pemuas nafsunya. Hadits dan ayat hanya dijadikannya sebagai perayu untuk merebut mahkotanya, contohnya kawin kontrak. Dari sana terbentuklah penilaian yang menyelubungi pendirian masyarakat, yakni Wanita itu bagian dari simbol - simbol sukses kaum adam.
Kondisi seperti ini membikin wanita siap dimadu, siap memperlihatkan lekuk tubuhnya, siap menerima rayuan indah seindah hidup di surga khayalan yang membuai angannya.
Kalaulah yang mendorong ini lingkungannya, maka lingkungan itu terikat erat dengan wilayah, dalam skup besar yang disebut wilayah itu bilad sama dengan negara. Dengan begitu Negaralah yang membikin semua menjadi begini atau begitu. Sedangkan dalam Negara, yang menggerakkannya itu pemerintahan, sebagai pengendali kewenangan otoritas wilayah, dari pusat ke bawah secara struktural vertikal.
Wednesday, 26 March 2014
EL CLASSICO II 2014
Namun biarpun begitu, buat penggemar sepakbola, perseteruan keduanya selalu menarik untuk ditonton. Pertandingan el clasico jilid dua kemaren, lebih menarik dibanding jilid pertama. Melihat kualitas keduanya, hasil akhir sudah tidak lagi menjadi ukuran.
Sedangkan Barca lebih mengandalkan Kecepatan dan keindahan gaya amerika latin dengan Total fotball. Hampir semua pemain muda terbaik di dunia berharap dapat dipinang diantara kedua klub tersebut. Jadi tentunya menjadi tontonan yang punya magnet tersendiri. Sehingga hasil akhirnya..
Friday, 21 March 2014
Pembangunan itu Ke Gurun Ikut Ke Kutub Turut
Tetangganya Korea selatan berlari juga, sukses dengan segmentasi barang aksesoris imitasi yang teristimewa gadget sejuta umatnya, samsxxng merajai disemua lapisan strata sosial, dari model yang termahal sampai harga eceran, suksesnya gadget samsxxng tidak terlepas dari suksesnya mengeksport drama korea dan kpop-nya. Ras kuning identik dengan keuletan, termasuk pendahulunya, Jepang.
Dengan dukungan dana yang cukup, cukup untuk mengeksplore ilmu pengetahuan, untuk membangun peradaban eropa modern. Ilmu pengetahuan ini bukan ide hasil lamunan, tapi warisan yang mereka sadap peradaban yahudi selama ribuan tahun dipangkuan peradaban para nabi.
Sehingga mereka akan selalu maju dua tiga langkah dari negara - negara dunia ke-3, termasuk China dan Jepang. Selain mampu melahirkan produk baru juga kualitas pun selalu diatas. Produk unggulannya Industri alat berat, instalasi industri, otomotif, dirgantara, artileri dan teristimewa alat komunikasi.
Pada sudut lain gerakan dengungan itu, memang berhasil menjadikan Indonesia negara besar, tapi besar penduduknya dan besar kepalanya, bukan besar dananya, selain itu kerjanya tidak ada kecuali memeras, mengucilkan, mengerjai bangsanya sendiri.
Dari situ itu, melahirkan konsep tak tertulis tentang konsep pembangunannya, yang seperti judul lagu ciptaan Titik Puspa " CINTA",ke gurun kau ikut ke kutub kau turut. Dan setiap ocehannya pengambil kebijakannya tidak bisa dipegang, "mudahnya buat janji semudah ingkar janji". sedehananya menjadi pembual kata.
Yang demikian ini bukan begitu saja lahir atau bukan menjadi karakter asli. Ini akibat sistem yang mendukung tumbuhnya pembentukan karakter - karakter demikian. Yang semodel ini juga ada di negeri lain, termasuk di China. Pembedanya China punya data karakter bangsa lain dan data tehnologi.
Kesuksesan China perpaduan antara historis sebagai pedagang, pos outlet yang ada di setiap negara dengan ketajaman MAO Zedong memadukan kedua tersebut dengan potensi dalam negerinya, baik SDA maupun SDM. outlet ini outlet abadi bukan outlet lisensi sebagai kekuatannya. outlet abadi seperti China Town di Amerika.
Lalu Indonesia?
Belum apa - apa bangsa kita ini ge-eran, baru menetap setengah abad di negeri orang sudah ge-er bikin perkumpulan perantauan yang mereka sebut Diaspora Indonesia.
Ada Diaspora Indonesia?
Kagak ada. itu cuma ngaku - ngaku saja. Contoh lain yang mereka ajukan sebagai perantauan Indonesia, salah satunya, itu yang tinggal di Belanda yang kagak bisa pulang karena asal yang melatarbelakanginya karena konflik politik.
Kenapa bisa disebut bukan perantauan?
Begitu yang tinggal menetap di negara lain. sama. Datang kesini ( Indonesia ) kebanyakan juga lebih cenderung menggerecoki negerinya sendiri dibanding menyuplai kekuatan energi positif. Itu ketidaksamaan antara China perantauan dengan warga negara Indonesia yang menetap di negeri orang ( meski berganti status kewarganegaraanya ).
Wednesday, 19 March 2014
Dedeh Wanita Menggugat
Disamping wanita lemah harus ada lelaki yang kuatDisamping wanita kuat harus ada lelaki yang kuat
Bangga, dendam, benci, mudah tersinggung satu ikatan setipis kulit bawang dibawah komando syaithan
Tahukah haram apa yang kita makan jika dalam radius 1/1000mil ada insan yang tidak bisa makan?
Dan kata - kata pelipur lara seperti:"sabar ya..yang kuat ya.." itu bukanlah jawaban pada situasi demikian. Bahkan perkataan seperti itu malah menjadi racun yang membuat si ibu menjadi kian yakin tidak dapat melepaskan jeratan lehernya, yakin itu suratan takdirnya, yakin itu garis nasibnya. artinya dalam belenggunya akan menyimpulkan bahwa "kata sabar dan kuat" itu tidak akan pernah menjawab persoalan hidupnya, mengingat waktu terus bergerak kian membayangi mendekati masalah. Singkatnya situasinya, orang yang semodel si ibu itu butuh nasi, dimana nasi? ia butuh uang, dimana uang? bukan butuh sama sekali seorang semodel mario t, butuh diberi ruang untuk bernapas, bicara, hiburan hati dan pikirannya.
Berkualitas itu menyangkut penghargaan dan keberpihakan dalam satu ikatan janji menjadi satu bangsa dalam kebangsaan; itulah yang dimaksud SDM berkualitas!!! Itu yang diabaikan. Mereka selalu saja kembali pada bangsa - bangsanya. Dan ujungnya cerita palsu tentang SDM berkualitas itu diaktualisasikan dengan ukuran berkualitas sebagai bahan mereka untuk dijadikan acuannya adalah sekolah gratis, sebagai cetakan untuk membentuk sdm pinter dan ahli, hanya dan cuma sebatas itu.
" apa ada garansi ketika tanah - tanah sudah dibatasi pagar tinggi tercapai ssatu kehidupan toleran yang hakiki?
" apa ada garansi satu kehidupan toleran ketika ruang - ruang jalan di area pemukiman dijaga satpam, sementara dibalik temboknya pemukiman orang miskin yang bisa saja lebih dekat jaraknya dibanding rumah pak RT/RW pemukim yang dijaga satpam?
Mungkin pernah membaca umat kristiani dari bangsa negro menguliti bangsanya sendiri yang muslim. sebaliknya dibelahan lain bangsa negro muslim membumi hanguskan bangsanya sendiri yang kritiani. Ohhhh.. itukan disana bukan disini, di Indonesia tidak bakal sampai terjadi hal semacam itu.. benarkah begitu?? jika yakin benar seperti itu..sepertinya perlu keliling Indonesia dalam satu waktu agar yakin yang demikian pun ternyata bisa terjadi di negerinya sendiri. Bisa karena agama, bisa karena penghidupan, bisa karena dorongan seks dsb..
Saturday, 15 March 2014
Bilur Pemilu
Pesta Pemilu sudah dekat, kampanye menggelinding deras. Kampanye searah melalui, pamflet, poster, spanduk, bendera parpol menutup semua ruang kosong. Kampanye dua arah, kian gencar, kasak - kusuk barter dukungan. Derasnya ini kian bertambah hebat dari kampanye lima - sepuluh tahun sebelumnya. Dedengkot parpol menganggap ini dinamika yang sehat sebagai keriangan di desa, perkampungan padat kota dari perjalanan menuju hajatan besar.
Mereka mengira suasana keriangan ini sama seperti pagelaran sebuah lomba menyanyi, menari, olah raga, atau 17an. Mereka menyamakan gembira yang sehat dengan politik. Mereka tidak berkaca, bahwa politik itu doktrin, doktrin yang dapat mengendalikan pikiran, hati orang - orang yang tidak mampu mengedalikan diri, yang itu dapat berujung paling getir pertumpahan darah. Ini adalah dao yang terkabul dari semangat menjaga seluruh tumpah darah Indonesia. Yang tidak mampu mengendalikan diri ini golongan labil.
Labil ini bukan persoalan kedewasaan tapi ditentukan ukuran kesulitan menjalani hidup, perut lapar atau kenyang. Perut lapar tidak bisa diganjal dengan ayat, hadis dan ceramah model motivator, tebusan laparnya pulus.
Ya setiap periode masa antar pemilu lima tahun sekali ataupun pilkada, pasti ada saja pertumpahan darah. Pertumpahan darah seperti dijaga agar terus mengalir darah - darah dari orang - orang yang polos, lugu. Ditingkat bawah ladang berkumpulnya luapan darah dan amarah akibat sulit hidup, yang siap meledak kapan saja jika sedikit saja disenggol.
Dan sekarang mereka di undang untuk memeriahkan sekaligus menggulirkan ledakan amarah. Doa mereka yang terkabul, menjaga seluruh tumpah darah Indonesia.
Tiga parpol saja sudah membuat garis dalam satu kampung antar parpol, apalagi banyak!..
Satu rumah bisa dikunjungi oleh puluhan orang dari parpol yang beda untuk minta dukungan, puluhan orang ini masih tetangaan dalam satu kampung. bahkan bisa satu atap. Mereka tidak terbebani saat menjalankan tugas menjadi garis depan untuk berkampanye, yang penting pulus buat nambal dompet bolong. Tapi mereka tidak mampu menutupi raut wajahnya dari kesan yang sebenarnya. Suksesi penyemaian bilur nanah..hehe.
Kalau dulu, meski dalam satu kampung pasti ada kelompok masyarakat dari tiga partai, tapi masing - masing antar pendukung parpol berjauhan tempat tinggalnya. Kalau pun ada yang berdekatan, itu pasti minoritas ditengah mayoritas, biasanya yang minoritas tidak akan berani memperlihatkan efforianya.
kondisi seperti itu saja sudah sangat memperlihatkan sekat, merusak sikap toleran asli. Nah, kalau sekarang sudah tidak lagi demikian, tidak lagi ada dinding pemisah, namun sebaliknya ini menjadi kumpulan endapan luapan yang ada dalam jiwanya atas pulus kerja bisa meledak kapan saja dalam satu kampung satu atap seperti harimau liar, singa dan serigala liar dalam satu kandang, bisa saling melukai oleh sedikit saja percikan api, meski permukaan lahirnya bersahaja saling bertegur sapa, namun bagian dalamnya seperti bilur yang siap meledak, kondisi dimana kalau dielus - elus makin enak buat mengurangi rasanya nyeri menjelang nanah siap keluar.
Bilur - bilur itu bagaikan duri dalam pemilu. Ini akibat dari sistem yang amburadul, itu yang mereka tidak tahu, mereka mau tujuannya tercapai (menguasai apbn).
Kenapa demikian?
Lihat saja, mereka tetap kukuh bertahan dengan keyakinannya atas pendiriannya, bahwa ini dijalur yang benar, bahwa gesekan - gesekan menjadi pernak - pernik dari perjalanan masa transisi demokrasi menuju kearah yang demokratis. Padahal sebaliknya, ini adalah masa- masa transit menjelang bilur - bilur itu meledak.
Adios....
Monday, 10 March 2014
Salah Benar Tentang HUKUM
Pernyataan salah dan benar dalam interaksi sosial biasanya pada masalah prilaku, sedangkan dalam pendidikan menyangkut masalah soal ujian atau materi ujian. Dan pada budaya menyangkut rasa, gaya dan etika. Yang unik adalah pada persoalan hukum, di Indonesia dan masyarakat dunia, hukum dibuat dalam rangka yang hampir sama, yaitu untuk membatasi gerak. Sehingga muncul kata bersalah dan tidak bersalah, terbukti dan tidak terbukti, bebas bersyarat dan tanpa syarat dsb. Uraian itu hanya sebagai pembuka saja dari apa yang akan diurai tekanannya pada hukum, yaitu tentang bagaimana hukum di Indonesia dibuat ditetapkan dan dijalankan.
Hukum di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan hukum yang ada di seluruh negara di dunia, kerangka berpikirnya diatas satu dogma bahwa "hukum itu nilainya bersifat relatif, isinya bisa berubah mengikuti perkembangan masa dan situasi yang berubah" atau"perubahan itu mengikuti perubahan masa/zaman". Seakan teori itu baku tidak boleh melanggar dogma itu. Hal ini wajar, karena yang menjadi landasannya adalah untuk membatasi gerak. Sehingga nanti kalau ada yang mencuri divonis, dikatakan bersalah, divonis korupsi dikatakan bersalah, divonis membunuh dikatakan bersalah. Konsep seperti ini diambil atau hasil pengembangan dari konsep yang dibikin firaun disadur kembali oleh plato diteruskan oleh socrates dan aristoteles, mengalir yang kini menjadi pegangan besar dalam penyusunan kerangka hukum.
Sedangkan Hukum itu sendiri adalah pengaturan, norma berbuat, kaidah hidup, jadi bukan untuk melakukan pembatasan gerak. sekalipun mereka mengklaim dengan matanya yang melotot dan kepalanya keluar api, "hukum itu pengaturan". Namun itu ucapan itu tidak dapat membuktikan pernyataanya, jika melihat hasil, yakni melihat isi undang -undangnya, baik KUHP dan KUHAP, pada isinya tetap saja sama, dalam rangka pembatasan gerak. Muncul lagi yang lagi ramai meminta tindakan pencegahan, terus panik minta harus dibuatkan perangkat regulasinya, agar bisa efektif melakukan tindakan pencegahannya. Pernyataan ini makin mempertegas terhadap hukum itu sendiri sebagai pembatas gerak. Seperti orang bikin pagar rumah tinggi dengan gembok segede gajah, tetap saja kecolongan karena tujuannya memang untuk membatasi dari pengaruh tidak baik dari luar. Contoh konkritnya lagi bagaimana mereka kebakaran jenggot ketika banyak koruptor digelandang, segera mereka bikin perubahan / undang -undang tujuannya sangat kelihatan, sebagai pencegahan, mencegah jangan sampai tangannya juga diborgol.
Ujungnya Hukum menjadi alat mainan, tidak memberi ruh pada dasar negara, dengan begitu sasaran menjadi kabur buram.
Singkat kata, yang benar itu kalau ada yang mencuri ia bersalah jika hukumnya belum ada, sebaliknya ia tidak bersalah selama hukumnya ada, bingungkan? hehe..
Hukum itu supaya aturan menjadi rampung karena pengaturan. Jadi perbuatan pencurian bersalah dari sudut sosial budaya, sedangkan perbuatannya dari sudut hukum tidak salah selama ada ganjaran konkritnya, yakni benar karena diatur dalam hukum, yaitu pidana tentang untuk pencurian, itu yang dimaksud kepastiannya, yang dimaksud hukum sudah benar karena memenuhi nilai sosial, tapi belum sampai bicara tentang keadilan sosial apalagi bicara adil dan beradab. Sehingga ketika dibacakan dakwaan itu bukan "ia terbukti bersalah..", tapi " ia melanggar.." Apa perlu kata bukti? terbukti? tidak terbukti?
Tidak perlu! kan barang buktinya ada dan atau tidak ada. kalimat itu cuma membikin lebay dari hidup yang sudah lebay. Makin puyengkan??? hehe..
Hal lain, bagaimana mereka menetapkan UU sebagai perangkat hukum untuk memberikan kepastian geraknya, tidak berakar serabut dengan dasar dan konstitusi, meski mereka cantumkan dalam isi sebagai bahan pertimbangannya. Lebih tekanannya oleh karena dendam, itu yang membuat hukum itu rapuh, kekuatan hukum menjadi lemah. Kesemua itu dasar motivasi dilakukan perubahan bukan karena perubahan zaman, tapi tolak tarik permainan sentimentil yang ada didalam diri mereka. Sehingga bisa seenaknya saja, kapan pun mereka mau, mereka ubah menurut pesanan yang bisa membuat perutnya buncit. Biar terang, paling enak dikasih contoh ilustrasi, walaupun sebenarnya malas membaca produk hukum yang ada sekarang, ya itu tadi masalahnya, bahasanya saja sudah tidak bernilai hukum. Contoh pada UU pemberantasan tindak pidana korupsi, pada isi timbangannya sebagai prolognya sudah lemah secara hukum dalam arti lebih karena muatan dendam. Begini ;
"...menimbang: bahwa tindakan pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional.."
Ini bahasa lebay selain mengambang, ini yang dikatakan muatannya karena dendam, jadi muatannya menjadi tidak berakar serabut dengan tujuan bernegara ( Dasar dan Konstitusi NEGARA ). korupsi itu tindakan pidana, kenapa ditambah tindak pidana korupsi? ini yang dikatakan lebay, belum kata "sangat merugikan" ini bahasa sentimentil bukan bahasa hukum. terus kalau diangkat untuk dikupas disini UU perubahan yang yang lainnnya, tambah ngaco lagi, seperti contoh dibawah ini;
"menimbang : bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas"
Jadi kalau tidak meluas tidak apa - apa, itu implikasi hukumnya, kemudian coba lihat pada UU perubahan berikutnya, makin memperlihatkan ketidakberdayaan, baik dalam pelaksanaan maupun menyusun sebuah kerangka HUKUM. Jadi mereka terus akan bikin perubahan - perubahan yang itu semakin mengambang, karena motivasinya dendam atau main - main. Ujungnya tidak sedikit korban hasil main - main seperti ini. Disini tidak ingin mengupas semua isi dari uu tersebut, apalagi semua produk UU yang ada dan berlaku, karena sudah seperti tumpukan sampah yang tidak bisa didaur ulang, harus dibuang.
Contoh ilustrasi lainnya, nah! ini paling hangat contoh kasusnya, kasus sidang mantan pejabat PLN SUMUT, disana dikatakan oleh HAKIM, ia bersalah telah melanggar pasal 2 ayat 1. Ini menggelikan, pembacaan seperti ini sudah menjadi bahasa umum para hakim. Bagaimana tidak menggelikan, kalau dikatakan ia bersalah melanggar pasal 2 ayat 1 artinya terdakwa tidak tidak melakukan yang digambarkan pasal 2 ayat 1. Dan kata salah ini juga menjadi salah karena pasalnya ada. Jadi yang pas itu kalau memang terbukti telah melakukan tindakan pada pasal 2 ayat 1 , bukan seperti diatas disebutkannya, tapi hakim bisa mengatakan, seccara harafiahnya ( bukan harus persis seperti contohnya), bahwa " berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi - saksi terdakwa telah memenuhi pasal 2 ayat 1 etc, maka ...." atau ia melanggar karean memenuhi pasal 2 ayat 1..dsb"..
Terus apa begitu penting menyebutkan "kata bersalah atau tidak bersalah"?
Tidak!!!..tidak penting lagi kecuali menambah atau memenuhi atau menularkan sikap dendam pada masyarakat, yang mana itu memperburuk tatanan kehidupan.
Itu sekilas tentang Salah Benar Tentang Hukum, agar tidak mengambang lagi seperti sekarang lagi demam bikin kata - kata mengambang, yang datangnya dari masing - masing parpol. Semua parpol hampir sama jualannnya: "membikin Indonesia lebih baik", ini kalimat yang mengambang, tidak jelas seperti apa, bagaimana, kapan tercapainya. By the way, bisa dianggap wajarlah karena tujuan sebenarnya kan bukan untuk Indonesia yang lebih baik tapi untuk diri mereka sendiri. Kalimat itu begitu karena hasil colongan jadi asbun saja yang keluar dari mulutnya, biar keren dilihat orang pejuang yang cinta tanah air.
Adios.
Friday, 7 March 2014
Jelang PEMILU 2014
Tuesday, 25 February 2014
Spionase
Seperti biasa ada pro kontra, itu biasa. Namun satu hal, ini membuka tabir dari fakta yang selama ini telah menjadi data yang tidak ada pembuktiannya, sebaliknya begitu dengan laporan Snowden, bisa menjadi issue jika ia tidak melampirkan datanya. Namun dunia seharusnya berterima kasih pada Edwar Snowden, karena bocorannya setidaknya telah membuat melek dunia (tercermin sikapnya terperanjat ketika mendengar kabar itu), bahwa, technology informatika, technology cyber, technology perekam bicara, technology maping dan pesawat tanpa awak, sebelum itu menjadi konsumsi masal, telah menjadi bagian dari alat intelejen. Ketika alat intelejen mulai menggunakan technology baru, maka technology lama diproduksi masal/ bebas digunakan, sayangnya hal penjelasan itu tidak disadari. Sebaliknya yang paling disadari adalah mereka telah disadap, sebatas itu. Dan dalam ruang batasannya, mencuat ledakan sakit hati dan dongkol, yang ditunjukan dengan gesture marah, geram kemudian mencari antinya, laku lagi nih barang (penjual anti sadap), hehe.
Sikap seperti itu contoh sederhananya seperti di negara Indonesia, ketika begitu mendengar informasi dari Edward Snowden kalau Indonesia disadap lihat saja seperti kebakaran jenggot,, sampai - sampai para tukang duduk di senayan pun tidak mau ketinggalan, bahkan sampai tercetus mau bertandang ke snowden. mau datang apa cari - cari kesempatan ngutak - ngutik duit apbn buat plesiran (plesure)?..cetusan semodel ini cetusan para oppotunis bukan cetusan seorang abdi negara.
Dan sikap yang berlebihan yang ditunjukan SBY ketika setelah tahu Australia melakukan penyadapan, ujungnya berakhir dengan tangan menampar muka sendiri. Lihat saja walaupun surat balsan PM Australia ke SBY tidak dibeberkan ke publik, minimal tidak sikap apa - apa terhadap surat yang dilayangkan PM Australia itu. Karena apa pun isi balasan harus ada sikap yang diambil, ini tidak. apa bukan gamang? seperti menentukan sikap pada anak yang disayang dan dimanja tapi nakal, ketahuan nyolong ( mencuri), sikap yang diambilpun pasti setengah jadi ( hati ). Terus apa mau dibawa ke Undang - Undang pencemaran nama baik? UU ini saja ( pencemaran nama baik) sudah bertolak belakang dengan dasar negara ( Pancasila), bagaimana bisa dijangkau untuk lintas negara. oooh, Undang - Undang IT barangkali? apalagi ini, kelanjutan dari UU pencemaran nama baik. Undang - undang yang tidak membuat bangsa Indonesia pintar. Karena mereka kerjanya membikin pager, cermin buat memantas diri (bukan untuk introspeksi diri) dan membangun singgasana istana. Siapa yang mengotori, atribut - atribut itu, bakal kena UU pencemaran nama baik. Mau Bukti ? lihat saja, kelojotannya sama ketika seseorang ketahuan disadap dengan ketika seseorang dirundung fitnah. Itulah Bangunan yang dibangun yang membikin bangsa ini tidak pintar dan membentuk karakter bangsa yang tidak mempunyai kematangan berpikir ( dewasa ).
Balik lagi masalah penyadapan, sebagai catatan akhir yang tidak perlu dicatat, "selama agen intelejen disetiap negara masih ada selama itu pula kerja penyadapan akan terus terjadi, orang pintar yang didalamnya otomatis akan terus mengembangkan berbagai technology-nya.".
adios
Monday, 24 February 2014
The frame of socio-political in structuring constitutional law
Despite the political, economic, educational, social, cultural of Indonesia has been quite favorable, but it does not reflect the results of the implementation of the goal state. The meaning of state goals is stated in the basic state, which is the basis of the so-called five-point of Pancasila.
And now, The situation like being brought into the trip of bad ideals of acute, that's the individual centric attitude attached to bureaucrats, which gave birth to the stability of attitudes on race derivative gratification of ownership to show off each individual. This attitude encourages the growth of exclusive lifestyle that high again nepotistic collusio.
It would not need to cite examples - case in poin, because each of us have seen the news reports of the past and feel it for yourself or even. It is the gift of building a political life in the frame socio-political in structuring constitutional law.
Constitutional law cannot be separated from the principles of Pancasila as the foundation for driving a just and prosperous life. In this way, the most basic thing is the Constitution. Looking at the amended Constitution, it still contains right-wing content, which is not congruent with free and active politics. In the sense that it is still copying what the West created.
This Constitutional Law must be able to give birth to a generation that loves the country predominantly. So the basic essence is in the education corridor. Education does not prioritize competition for the best schools, but rather schools that have a science base that is based on a high level of morals.
Meanwhile, existing schools have heritage from the west and the Middle East, and most of the patterns are taken from the west and/or from abroad. This is due to the opinion that what is outside is better.