Wednesday, 4 May 2016

PASCA PEMBEBASAN TAWANAN ABU SAYAF

PASCA PEMBEBASAN TAWANAN ABU SAYAF



Syukur Alhamdulillah, tawanan abu sayaf sudah dibebaskan. Presiden RI telah menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang membantu. Pernyataan tertulis Presiden ini seharusnya melikuidir semua pihak yang telah membantu membebaskan tawanan. Sebaliknya yang terjadi tidak demikian, ada dua kubu yang mengklaim telah berjasa, ditambah lagi pernyataan berbeda antara Ketua Umum PDIP dengan mensekneg.


Situasi ini menggambarkan buruknya tatanan managemen di pemerintahan. Tatanan managemen ini meliputi koordinasi, administrasi dan garis komando. Seperti dalam satu istilah "tidak ada makan siang yang gratis", itulah gambaran yang menyeruak kepermukaan. kenapa satu pihak mengklaim setelah sebelumnya pihak laib mengklaim, bahwa ialah yang telah berjasa.


Dalam persoalan ini saya kembalikan ke pemerintahan. Artinya ketika  pimpinan pada top managerial tidak mampu memanage bawahannya maka yang terjadi pimpinan akan menjadi mainan beberapa bawahannya yang saling berseberangan, dengan begitu akan mempengaruhi pada semua keputusan dan sikapnya.


Sehingga tatanan managemen bergerak menurut maunya dari beberapa isi kepala. Hal ini bisa terjadi jika pimpinan tersebut diketahui oleh beberapa pihak yang menjadi stafnya terutama yang cukup kenal dan dekat dianggap dengannya tidak punya kemampuan memimpin. Itu saja.


Pada sudut lain yang ingin dibahas ada keberadaan Abu Sayaf, Abu sayaf ini ciptaan USA, tugasnya adalah mengamankan posisi USA di philipina dan asia tenggara. KASUS PENCULIKAN KEMAREN ADA MAIN MATA.. Itu saja.

Monday, 2 May 2016

PERSPEKTIF HARDIKNAS

PERSPEKTIF HARDIKNAS
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu


Hari ini, senin pagi hari tentunya sudah menjadi tradisi siswa - siswi wajib ikut upacara bendera, dan yang menjadi istimewa bertepatan dengan HARI PENDIDIKAN NASIONAL diperingati setiap tanggal 2 Mei.


Seperti biasa wejangan yang diterima siswa pun sudah pasti sama dari tahun ke tahun dari generasi ke generasi, dari tahun 70an maupun sekarang, tentang keteladan, tentang sejarah yang dijadikan contoh teladannya.


Ini diulang terus dan tak bosannya tak jemu, hanya itu saja materinya. Bosan nggak bosan tetap harus disampaikan juga oleh pemimpin upacaranya. Sebaliknya para siswa - siswinya mau nggak mau, tetap saja harus siap sedia mendengar apa yang disampaikannya dengan penuh khidmat.


Seharusnya apa yang disampaikan dalam setiap wejangan itu dari semua hal tentang kisah heroik sosok tokoh tersebut, harus bisa tercapai apa yang ingin diteladani dari tokoh tersebut. Namun kenyataan sebaliknya hanya sedikit saja mungkin yang tertanam pada siswa - siswi yang ikut upacara, juga mungkin cuma sedikit yang menguat dalam ingatan siswa - siswi, semua terhapus seiring waktu berjalan.


Yang membikin hal itu menjadi begitu, harus diakui kalau pengaruh external, pengaruh diluar pendidikan formal maupun non formal lebih kuat mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak didik.


Tentu kenyataan seperti tidak bisa disalahkan sepenuhnya pada siswa maupun guru atau institusi pendidikan. Ini harus dilihat pada perspektif yang lain.


Hari pendidikan Nasional lebih dititikberatkan pada kebutuhan siswa - siswi didik sebagai pembelajaran, pemahaman tentang sejarah pendidikan di Indonesia dengan semangat perintisan yang mewarnai perjuangannya.


Sehingga dengan begitu tidak tercapai apa yang diharapkan jika dilihat berdasarkan fakta dilapangan, mungkin masih ingat dalam peristiwa seorang siswi smu yang merayakan usai unas memarahi polwan, kasus bullying senior pada junior dan lain sebagainya.


Inilah fakta, yang ujungnya Hardiknas hanyalah kegiatan ceremonial tanpa isi. Sebab yang menjadi tekanan sasarannya adalah siswa bukan semua peserta upacara.


Mungkin yang paling cocok untuk siswa sebagai teladan adalah laskar pelangi karangan andrea hirata bukan wejangan di hardiknas.


Perjuangan Ki Hajar Dewantara, menobatkanya sebagai bapak pendidik nasional, yang kemudian tanggal lahirnya ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional.


Bicara pendidikan Nasional, tentu sudah melekat dalam pikiran adalah semua pendidikan formal. Namun jika ini dihubungkan dengan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam cita - citanya meningkatkan kualitas kecerdasan dan keterampilan anak bangsa, maka ini harus dilihat pada semua aspek pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal.


Ditambah lagi pati dari perjuangannya yang ingin disampaikan, maka ini lebih tepat tekanannya pada guru sebagai sasaran utamanya, baik guru formal maupun informal, juga orang tua yang mengajari anak juga bisa disebut guru, jadi semua orang yang mengajar dan mendidik.


Jadi sasaran yang paling tepat untuk mengingat kembali atau mengembalikan perjuangan pendidikan pada khitahnya adalah guru, orang tua, ustad, pendeta, pandita dsb.


INI ADALAH SALAH KAPRAH DARI RIBUAN SALAH KAPRAH AKIBAT DUIT SEBAGAI SASARANYA.


MARK JUCKERBERG pendiri Facebook membangun media sosial bukan duit sebagai sasarannya tapi perjuangannya melimpahkan duit yang tiada henti.


Banding guru sekarang...


Kebanyakan dari mereka tiada henti cari objekan dan pinjaman duit, ini lahir dari hasil pendidikan sebelumnya.


Semoga bermanfaat.

Wassalaamu'alaikum Wr.Wb

Wednesday, 20 April 2016

REUNI

REUNI
Jasa Pembuatan Aplikasi Akuntasi dan Payroll klik disini



Reuni ajang kumpul - kumpul kawan lama, ajang poto - poto, ajang makan bersama, ajang ngobrol bersama, ajang becanda bersama, ajang bertukar informasi dan pengalaman hidup dan seterusnya.




Definisi reuni itu sendiri boleh dibilang sudah tidak ada lagi, sebab sudah membekas disetiap kepala  bangsa Indonesia kali reuni itu kumpul kembali. Itu karena saking seringnya diadakan reuni dihampir semua masyarakat disetiap tahunnya, sehingga kata reuni menjadi bagian sebutan yang menjadi kultur bangsa.



Nanti pada latar belakang dan ikatan yang menjadi pengikatnya saja yang berbeda - beda. Bahkan anak yang baru lulus SD saja, yang baru lulus setahun pun mengenal kata reuni ini, sekaligus juga ikut - ikutan ngadain reuni. Ini imbas dari orang tuanya juga ya, kemudian anak - anak menjadi terbiasa sebutan 'reuni' lalu meniru apa yang mereka lihat langsung atau sekedar dengar cerita orang tuanya atau melihat dari potret - potret peristiwa reuni orang tuanya.

Reuni memang mengasyikan, bertemu dengan kawan dulu yang lama sudah ga ketemu, dengan mantan buat yang pernah pacaran ( khususnya reuni sekolah ) dsb. Berbagai kado, cendra mata, makanan , minuman dll, hanyalah bagian dari ornamen penghias kemeriahan reuni. Karena inti pada reuni yang mereka nantikan adalah melepas kerinduan pada kawan dulu, masa indah dulu.


Jasa Pembuatan Web Desain , frontend dan backend klik disini

Jasa Pembuatan Aplikasi Akuntansi dan Payroll klik disini




Berbagai tagline, tema, semangat tujuan reuni mereka buat juga sama, merupakan bagian dari hiasan penghias keriangan selain daya tarik sebuah ajang saat melayangkan undangan. Undangan berbagi suka duka selama menjalani perjalanan dan perjuangan hidup masing - masing.



Jalinan silaturahmi membangun kebersamaan, kerekatan dan kepedulian dalam dalam satu arena reuni.

Thursday, 24 March 2016

ANTARA PROMO DAN KAMPANYE PILKADA

ANTARA PROMO DAN KAMPANYE PILKADA
Jelang pilkada DKI 2017, gaungnya sudah membahana dari sekarang dan kemaren - kemaren. KPUD terus memantau, memastikan, menantikan, bahwa setiap peserta yang akan terjun mencalonkan diri, terpenuhi persyaratan administrasi. Dan DPR pun kagak mau ketinggalan, lagi - lagi  membuat lagi regulasi persyaratan baru bagi para peserta atau kontestan. Dan semua kontestan bakal cagub fokus pada dirinya untuk melakukan starting aksi , yakni masing - masing memperkenalkan dirinya, tentunya tujuannya adalah satu harapan besar agar bisa cepat dikenal lebih luas lagi oleh semua lapisan masyarakat pemilihnya. 


Saya tidak akan menyebutkan satu persatu nama dari setiap kontenstan ataupun mengurai bagaimana si a, si b sebagai kontestan dalam melangkah mencari dukungan masyarakat luas. Dalam tulisan ini yang dibahas adalah secara umum gerak kontestan diantara promo dan kampanyenya. Dimana dalam dunia advertising, antara promo dan kampanye hampir sama namun berbeda dalam pengertian, penjabaran dan batasan kerjanya.


Promo berdasarkan teori para ahli ekonomi salah satunya dari Philip Kotler dan Gery Amstrong, bahwa promo atau promosi itu aktivitas komunikasi yang menginformasikan tentang keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.


Kampanye pengertiannya macam - macam tidak hanya keluar dari ahli ekonomi, namun bisa kita letakkan salah satu saja seperti yang disampaikan oleh ahli ekonomi Rogers dan Storey (1987), bahwa kampanye itu serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Prinsip dasarnya menurut Perloff (1993) adalah contoh tindakan persuasi secara nyata “Campaigns generally exemplify persuasion in action”. (Venus, 2004:7).


Dari uraian diatas jelas beda - beda tipis antara promo dengan kampanye. Ini saya jelaskan karena sangat penting dalam kaitan pembangunan satu wilayah yang dibangun diatas satu komando yakni kepala wilayah atau kepala daerah, dimana pemilihan kepala wilayahnya ditentukan oleh suara pemilih. Tentu sangat penting bagi yg akan dipilih untuk memperkenalkan dirinya dan juga menjadi penting buat pemilih mengenal calon pimpinannya.


Pilkada Gub DKI masih lama, setahun lagi, 2017, gaungnya membahana dari bulan maret 2016, beberapa orang sudah memperkenalkan diri siap maju, sebagian muka lama, muka baru dari muka lama yang langganan selalu berusaha ambil kesempatan tiap kali akan diselenggarakan pemilu entah pilpres atau pun pemilu tk1, ada juga yang memang benar - benar muka baru, mencoba mencari peruntungan.  


Tampilnya calon kontestan bakal cagub jauh - jauh hari dari sisi kampanye ini baik karena ada range yang cukup untuk masing - masing bisa dikenal oleh masyarakat pemilihnya. Melekat atau tidaknya sangat tergantung strategi dan aksi dari masing - masing tim suksesnya juga, tidak lepas apa saja yang dilontarkan oleh kontestan setiap saat dan kapan saja. Karena setiap ucapan kontestan akan menjadi sasaran empuk media sebagai sumber berita dan sumber berita ini menjadi media konsumsi masyarakat untuk mengenal lebih dekat semua kontestan.


Tenggat waktu atau interval waktu yang boleh dibilang lebih dari cukup, bagi kontestan bakal cagub sampai cagub sampai hari "H" penentuan pemilihan, inilah masa - masa yang menentukan bagi para kontestan, siapa yang pandai dalam mengolah tingkat emosi masyarakatnya.


Berkaca pada rentetan pengalaman penyelenggaran pilkada, pemilu, yang sudah beberapa kali kita alami bersama, yang menjadi inti bukan lagi visi, misi dan program, tapi kemampuan tim sukses membangun sebuah iklan, slogan / tagline. Visi, misi dan program sekedar pemanis dari sebuah kemasan.


ITULAH POTRET BERBAGAI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN, HANYA SEBAGAI AJANG UNTUK MENCARI PERUNTUNGAN, MEMBANGUN KEKUATAN KANTUNG PARPOL. DAN INILAH REALITA, YAKNI HASIL PRODUK DARI HASIL PEMIKIRAN kemaren dan hari ini. Berbagai dampak selanjutnya, setelah terpilih sampai mada akhir jabatan, tidak ada satu pun program yang berhasil berdampak bagi perbaikan hidup bangsanya secara bermartabat, semua perbaikan hidup secara bermartabat hanyalah sebagian kecil saja, hasil perjuangan sendiri - sendiei. Sebagiannya hasil dari peruntungan sebagai tim sukses, dsb

Sunday, 7 December 2014

Payroll System And Web Android App

Payroll System And Web Android App

  1. Aplikasi Data dan Penggajian

    Aplikasi digital yang memudahkan dan mempercepat menghimpun data dan penggajian yang bisa digunakan dalam sistem penggajian perusahaan, sistem transaksasi toko, pembayaran tiket, sistem kredit, sistem quotation asuransi dll.

    Untuk mendapatkan informasi detail, dapat dihubungi di ;
    WA : 0815 112 71 079


  2. Aplikasi Android & iOS AHA DUA PERMATA
     AHA  DUA PERMATA



  3. Aplikasi Android PT.ISAM

    www.diasporamandiri.com/file/_PT.ISAM.apk


  4. Aplikasi Android AHA SARANG KOMPUTER


Wednesday, 10 September 2014

AHA DUA PERMATA

AHA DUA PERMATA


diposting 7 september 2014 sebagai note di facebook,


Aha Dua Permata, blog yang dibikin dimana kata aha pada judul bukan mengambil nama panggilan saya. Aha disana kata seruan takjub. Sedang dua menyangkut arus hidup, positif - negatif, benar - salah. Dan permata sebagai sifat dari dua tersebut, dua arus hidup yang bagaikan permata menjadi jalan hidup manusia dalam setiap peredaran.




Diatas itu, maka isi dalam blog tersebut menyangkut itu. Jadi bukan nama sesuatu yang bermakna asli. Sehingga pemilihan isi uraian berusaha untuk selaras dengan judul. Tidak seperti kebanyakan domain yang menjamur di Indonesia, masih tidak bisa dilepaskan sifat latahnya seperti ketika maraknya pengguna media sosial di Indonesia, digunakan menurut latah yang berkongsi dengan apa yang menjadi kebiasaannya. Sehingga fungsi yang bisa diserap sebagai sesuatu yang bermanfaat pun hampir - hampir tidak ada. Begitu dengan membuat judul domain.


Nama domain atau judul domain itu judul dari apa yang ingin disampaikan pada isinya. Itu makanya Bill Gate kagak bikin domain pake namanya, begitu dengan Mark Zuckerberg. Kalau pake nama sendiri isinya cuma biodata diri habis itu tidak ada lagi yang bisa dituangkan.


Berbeda dengan di Indonesia, ukurannya semau gue, bisa begitu karna yang dipakai adalah nalarnya. Itu yang membuat isi dan judul tidak selaras. Jika mereka tahu sejarah website mereka akan malu sendiri.


Demikian sekilas tentang aha dua permata.

Saturday, 29 March 2014

Wanita - Wanita Menggugat

Wanita Menggugat
Wanita menggugat, tulisan ini sambungan dari judul "Dedeh Wanita Menggugat", dihubungkankan dengan kejadian kriminal yang akhir - akhir ini diwarnai oleh pelakunya para wanita, dari kasus penculikan anak hingga anak yang dianiaya oleh kekasih ibunya sampai TKI yang akan menghadapi hukuman pancung di Saudi Arabia.

Semua melengkapi isi yang akan diurai pada tulisan kali ini, tentang harkat martabat wanita dalam kedudukannya sebagai Mahkota Negara dikaitkan dengan hadits " Idza Shaluhat Shaluhat bilad", yang uraiannya akan dihubungkan dengan UUD 45 tentang fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dalam ruang lingkup wanita dan peranannya berikut cetusan hari - hari yang dibesarkan, seperti hari ibu, hari kartini, hari kasih sayang dan hari - hari yang lainnya dalam lingkaran harkat dan azasi.


Mari kita kupas..

  • apa yang menyebabkan wanita memperlihatkan lekuk tubuhnya untuk mengundang birahi...
  • apa yang menyebabkan wanita menganiaya darah dagingnya sendiri..
  • apa yang menyebabkan wanita mudah termakan janji..
  • apa yang menyebabkan wanita tidak mampu menenangkan hatinya ( mudah panik ) dalam situasi yang genting..


Kesemuanya jawabannya cuma satu, kembali ke hadits Idza Shaluhat shaluhat bilad. Hadits ini bukan menggambarkan permintaan atau tuntunan kepada kaum hawa, Idza Sholuhat, bahwa wanita itu harus solehah. Namun tidak jarang hadits ini dijadikan pemagar bagi para wanita, terutama gerak wanita dalam berbusana, berkepribadian oleh kaum adam yang pikiran dan geraknya terfokus pada kehidupan seksualitasnya.

Realitas yang dihadapi kaum hawa seperti itu, ujungnya wanita hanya dijadikan pemuas nafsunya. Hadits dan ayat hanya dijadikannya sebagai perayu untuk merebut mahkotanya, contohnya kawin kontrak. Dari sana terbentuklah penilaian yang menyelubungi pendirian masyarakat, yakni Wanita itu bagian dari simbol - simbol sukses kaum adam.


Sebaliknya, tuntunan demikian, pada permulaan, disaat wanita mencapai kematangan seksual, kematangan usia dan kemandiriannya, mendorong wanita, berhadapan dalam kepanikannya menyongsong masa depannya.

Kondisi seperti ini membikin wanita siap dimadu, siap memperlihatkan lekuk tubuhnya, siap menerima rayuan indah seindah hidup di surga khayalan yang membuai angannya.

Kalaulah yang mendorong ini lingkungannya, maka lingkungan itu terikat erat dengan wilayah, dalam skup besar yang disebut wilayah itu bilad sama dengan negara. Dengan begitu Negaralah yang membikin semua menjadi begini atau begitu. Sedangkan dalam Negara, yang menggerakkannya itu pemerintahan, sebagai pengendali kewenangan otoritas wilayah, dari pusat ke bawah secara struktural vertikal.

bersambung








Wednesday, 26 March 2014

EL CLASSICO II 2014

EL CLASSICO II 2014
La liga Spanyol, selalu menghadirkan perseteruan seru antara real madrid vs barca. Liga ini sepertinya hanya memiliki dua tim saja yang menjadi maskot daya tarik la liga . Tim - tim lain seperti penggembira, atau tetapnya jadi penopang statistik bagi kedua tim tersebut dalam jumlah gol dan pencetak gol.


Namun biarpun begitu, buat penggemar sepakbola, perseteruan keduanya selalu menarik untuk ditonton. Pertandingan el clasico jilid dua kemaren, lebih menarik dibanding jilid pertama. Melihat kualitas keduanya, hasil akhir sudah tidak lagi menjadi ukuran.


Mau begini




atau begini




sama saja


Madrid yang mengandalkan pencetakan aerobik pada struktur anatomi pemain - pemainnya, lihat saja perubahan para pemainnya sebelum bergabung dan sesudahnya, yang sangat bisa dilihat pada fostur Di maria sekarang, Redondo dan steve mc manaman, tahun 90an. Kebutuhan aerobik ini jika dilihat dari gaya bermainnya dari masa ke masa menjadi kongruen, dimana kecepatan pergerakan , kekuatan body dan  keindahan overan yang selalu diperlihatkannya. Ini seperti meracik pola dari Eropa Timur dengan Total fotball.

Sedangkan Barca lebih mengandalkan Kecepatan dan keindahan gaya amerika latin dengan Total fotball. Hampir semua pemain muda terbaik di dunia berharap dapat dipinang diantara kedua klub tersebut. Jadi tentunya menjadi tontonan yang punya magnet tersendiri. Sehingga hasil akhirnya..


Begini




atau begini




sama saja


Perseteruan itu selalu menarik oleh karena kedua klub yang bekerja adalah sistem berdasarkan visi dan misinya masing - masing. Sehingga siapa pun yang menjadi pelatih, pola dasar permaian diantara keduanya selalu begitu dari masa ke masa.  Pertandingan jilid kedua la liga periode 2013 - 2014 bukan jumlah golnya saja yang membuat pertandingan ini menarik, karena 3 gol lahir dari tendangan finalti. Yang membikin menarik perseteruan, pertama adalah sebelum pertandingan ini berlangsung, ada persetruan yang tak kalah serunya, yakni dilintasan motoGP seri perdana di Qatar, antara Valentino Rossi dan Mac Marquesz. Kedua, pada saat laga itu berlangsung, bukan karena lahirnya satu kartu merah dan banjirnya kartu kuning, tapi perseteruan anatara Lionel Mesi dan Christiano Ronaldo yang diciptakan oleh media.

Friday, 21 March 2014

Pembangunan itu Ke Gurun Ikut Ke Kutub Turut

Pembangunan itu Ke Gurun Ikut Ke Kutub Turut


Mungkin tidak sedikit yang mencela produk - produk buatan China, tapi yang mereka tidak tahu China tahu orang sayang uang. Meski di cela, harus diakui China berhasil meraup uang dari orang - orang yang sayang uang.

Tetangganya Korea selatan berlari juga, sukses dengan segmentasi barang aksesoris imitasi yang teristimewa gadget sejuta umatnya, samsxxng merajai disemua lapisan strata sosial, dari model yang termahal sampai harga eceran, suksesnya gadget samsxxng tidak terlepas dari suksesnya mengeksport drama korea dan kpop-nya. Ras kuning identik dengan keuletan, termasuk pendahulunya, Jepang.


Eropa. kumpulan negara yang dibangun hasil menjarah kekayaan alam benua asia, afrika dan amerika pasca perang salib. Dari sana telah mengangkat strata sosial masyarakatnya, strata sosial ini identik dengan selera gaya hidup.

Dengan dukungan dana yang cukup, cukup untuk mengeksplore ilmu pengetahuan, untuk membangun peradaban eropa modern. Ilmu pengetahuan ini bukan ide hasil lamunan, tapi warisan yang mereka sadap peradaban yahudi selama ribuan tahun dipangkuan peradaban para nabi.

Sehingga mereka akan selalu maju dua tiga langkah dari negara - negara dunia ke-3, termasuk China dan Jepang. Selain mampu melahirkan produk baru juga kualitas pun selalu diatas. Produk unggulannya Industri alat berat, instalasi industri, otomotif, dirgantara, artileri dan teristimewa alat komunikasi.


Dari kedua model, gaya eropa ( termasuk amerika serikat didalamnya ) dan Mongolia (China dan Jepang), Indonesia tidak masuk diantara keduanya. Selain itu tidak jelas apa yang mau dicapainya, sedangkan yang selalu didengung - dengungkan pengen jadi negara besar.

Pada sudut lain gerakan dengungan itu, memang berhasil menjadikan Indonesia negara besar, tapi besar penduduknya dan besar kepalanya, bukan besar dananya, selain itu kerjanya tidak ada kecuali memeras, mengucilkan, mengerjai bangsanya sendiri.

Dari situ itu, melahirkan konsep tak tertulis tentang konsep pembangunannya, yang seperti judul lagu ciptaan Titik Puspa " CINTA",ke gurun kau ikut ke kutub kau turut. Dan setiap ocehannya pengambil kebijakannya tidak bisa dipegang, "mudahnya buat janji semudah ingkar janji". sedehananya menjadi pembual kata.

Yang demikian ini bukan begitu saja lahir atau bukan menjadi karakter asli. Ini akibat sistem yang mendukung tumbuhnya pembentukan karakter - karakter demikian. Yang semodel ini juga ada di negeri lain, termasuk di China. Pembedanya China punya data karakter bangsa lain dan data tehnologi.

Kesuksesan China perpaduan antara historis sebagai pedagang, pos outlet yang ada di setiap negara dengan ketajaman MAO Zedong memadukan kedua tersebut dengan potensi dalam negerinya, baik SDA maupun SDM. outlet ini outlet abadi bukan outlet lisensi sebagai kekuatannya. outlet abadi seperti China Town di Amerika.

Lalu Indonesia?

Belum apa - apa bangsa kita ini ge-eran, baru menetap setengah abad di negeri orang sudah ge-er bikin perkumpulan perantauan yang mereka sebut Diaspora Indonesia.

Ada Diaspora Indonesia?

Kagak ada. itu cuma ngaku - ngaku saja. Contoh lain yang mereka ajukan sebagai perantauan Indonesia, salah satunya, itu yang tinggal di Belanda yang kagak bisa pulang karena asal yang melatarbelakanginya karena konflik politik.


Nah!!! Kalau itu sih bukan perantauan, tapi mereka yang minta suaka kemudian dapat suaka.

Kenapa bisa disebut bukan perantauan?


Karena masih kental karakter keindonesiaannya, baik nama, logat dan kerinduannya yang turun pada turunannya disana. Jadi Lebih tepatnya masih bisa disebut warga negara Indonesia yang sedang terkendala untuk pulang ke kampung halamannya.

Begitu yang tinggal menetap di negara lain. sama. Datang kesini ( Indonesia ) kebanyakan juga lebih cenderung menggerecoki negerinya sendiri dibanding menyuplai kekuatan energi positif. Itu ketidaksamaan antara China perantauan dengan warga negara Indonesia yang menetap di negeri orang ( meski berganti status kewarganegaraanya ).


Balik lagi ke masalah dalam negeri tentang pembangunan dan hasil dari itu..


Bersambung..

Wednesday, 19 March 2014

Dedeh Wanita Menggugat

Dedeh Wanita Menggugat
Disamping wanita lemah harus ada lelaki yang kuat 
Disamping wanita kuat harus ada lelaki yang kuat 



Kasus seorang ibu mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya adalah bagian - bagian dari fenomena sebagai buah perjalanan. Potretnya itu bukanlah pada si ibu itu yang mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya, tapi bagaimana pada reaksi - reaksinya. Melihat, membaca reaksi atas kasus tersebut, macam - macam, yang maknanya sama, ada yang mencela, ada yang menghujat, ada yang iba, ada pula yang biasa - biasa saja, ada juga yang mencoba mengukur dengan kehebatannya atau orang - orang disekitarnya atau dari cerita orang dalam menghadapi cobaaan hidupnya agar orang lain tidak mengambil jalan pintas seperti si ibu atau kehebatan orang lain (seolah - olah sudah menjadi mahluk yang sempurna).. dan banyak lagi macam reaksi terhadap itu. Ini semua adalah bentuk reaksi, bentuk reaksi itu adalah hasil, dan hasil itu buah dari perjalanan.

Buah perjalanan sangat ditentukan oleh langkah kaki pertama, ditentukan ketika langkah pertama berjalan. Ini bukan persoalan yang menyangkut langkah pertama orang perorang, tapi ini menyangkut buah perjalanan dari sebuah negara besar Indonesia. Negara yang bangsanya selalu berbangga dengan kebesaran bangsanya, selalu berbangga dengan keramahtamaannya, selalu berbangga dengan tolerannya, selalu berbangga sebagai bangsa Indonesia. Tapi kenyataan mereka tidak pernah sadar telah menelantarkan bangsanya sendiri.
Bangga, dendam, benci, mudah tersinggung satu ikatan setipis kulit bawang dibawah komando syaithan
Tahukah haram apa yang kita makan jika dalam radius 1/1000mil ada insan yang tidak bisa makan?
Hebatnya lagi kejadian itu, tidak ada satupun yang muncul ke permukaan, memandang ini sebagai satu tragedi nasional, tragedi atas gagalnya membina negara, semua sama mengkristal kepada satu anggapan, bahwa peristiwa itu hanyalah sebuah kecelakaan biasa, sebentuk model dari gagal dalam membina rumah tangga. Begitulah, mereka melihat pada sudut yang sama, adalah si Ibu dan pasangannya ini gagal membina keluarganya atau gagal melewati rintangan hidupnya. Mereka anggap itu cuma tragedi  biasa, yang bisa  terjadi kepada siapa pun yang mengalami depresi. Anggapan - anggapan seperti inilah yang membuat anteung / tenang bahkan menjadi - jadi bagi  para pemburu kekuasaan atas negara ini melanjutkan nafsunya, mengejar tahta kekuasaan atas negeri ini.

Ketika berita ini muncul di media dan media menyampaikan kasus tersebut dengan judul "Seorang Ibu keji menghabisi anak - anaknya", ini sebagai bentuk citra rasa termutakhir, bahwa sebenarnya yang keji itu media, menurutnya si ibu keji. satu tingkat mungkin judul tersebut untuk memancing reaksi orang membacanya, tapi ketika melihat isinya, jelas bukan itu, yang uraiannya memang mau menyampaikan, kalau si ibu itu keji.

Ketika ahli kejiwaan mengatakan si ibu ini mengalami gangguan kejiwaaan, ini citra rasa termutakhir,bahwa ahli jiwa ini yang mengalami gangguan kejiwaan. Kenapa demikian? karena sama dengan ahli jiwa menganggap bahwa sebagai penyebab si ibu mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya adalah karena gangguan jiwa. Apa benar begitu? jangan- jangan ahli kejiwaannya yang sakit jiwa..hehe..

Diatas sudah disampaikan ini adalah buah perjalanan membina negara. Jadi yang membuat si Ibu mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya bukan gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan pada si ibu ini akibat saja bukan sebagai sebab, bukan sebabnya. Sebabnya ini merupakan tumpukan beban terpaan hidup terus berakumulasi yang tidak sanggup lagi bertahan untuk keluar dari situasi seperti itu, dimana kanan, kiri, depan dan belakangnya tidak ada yang tempat yang bisa meredakan itu, sebab yang membuat si ibu menjdi demikian (yang demikian itu yang dikata oleh ahli jiwa, gangguan kejiwaan).

Situasi seperti itu,  dibutuhkan pendamping yang sanggup meredakan ketakutan yang jika tidak ada / bisa akan mengantarkannya kepada blank kesadaraan. situasi seperti itu dibutuhkan lingkungan yang bersahabat layaknya lingkungan yang menggambarkan khitah manusia sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial memiliki ikatan yang kuat untuk melepaskan belenggu - belenggu hidup yang ringan hinggga jeratan yang bisa mencekik leher.

Dan kata - kata pelipur lara seperti:"sabar ya..yang kuat ya.." itu bukanlah jawaban pada situasi demikian. Bahkan perkataan seperti itu malah menjadi racun  yang membuat si ibu menjadi kian yakin tidak dapat melepaskan jeratan lehernya, yakin itu suratan takdirnya, yakin itu garis nasibnya. artinya dalam belenggunya akan menyimpulkan bahwa "kata sabar dan kuat" itu tidak akan pernah menjawab persoalan hidupnya, mengingat waktu terus bergerak kian membayangi mendekati masalah. Singkatnya situasinya, orang yang semodel si ibu itu butuh nasi, dimana nasi? ia butuh uang, dimana uang? bukan butuh sama sekali seorang semodel mario t, butuh diberi ruang untuk bernapas, bicara, hiburan hati dan pikirannya.

Diatas sudah dikatakan bahwa situasi demikan itu dibutuhkan seorang pendamping yang kuat...Tentunya pendamping itu seorang laki - laki. Sementara kenyataannya dunia tidak seindah yang dibayangkannya, dunia tidak memberi jaminan dalam pencarian seorang laki - laki akan pasti ketemu laki - laki yang kuat yang sanggup mengayomi dan menguatkannya dikala duka dalam mengarungi bahterea hidupnya. Sebaliknya negara sudah melupakan/mengabaikan mensuplai pembangun SDM berkualitas tangguh dalam segala posisi. SDM berkualitas itu bukan seperti gambaran mereka,yakni manusia pintar dan pendidikannya tinggi-tinggi semua.. bukan itu sama sekali!!!.

Berkualitas itu menyangkut penghargaan dan keberpihakan dalam satu ikatan janji menjadi satu bangsa dalam kebangsaan; itulah yang dimaksud SDM berkualitas!!! Itu yang diabaikan. Mereka selalu saja kembali pada bangsa - bangsanya. Dan ujungnya cerita palsu tentang SDM berkualitas itu diaktualisasikan dengan ukuran berkualitas sebagai bahan mereka untuk dijadikan acuannya adalah sekolah gratis, sebagai cetakan untuk membentuk sdm pinter dan ahli, hanya dan cuma sebatas itu.

Kemudian dikatakan pula bahwa dalam situasi demikian dibutuhkan lingkungan yang bersahabat. nah sekarang mari dilihat kenyataan kehidupan interaksi sosial masyarakat dalam satu wilyah saja, cukup satu sebagai contoh kasusnya, karena tatanannya sekarang sudah tidak jauh berbeda, lalu ajukan pertanyaan dalam hubungan lingkungan bersahabat, seperti begini:
" apa ada garansi ketika tanah - tanah sudah dibatasi pagar tinggi tercapai ssatu kehidupan toleran yang hakiki?
" apa ada garansi satu kehidupan toleran ketika ruang - ruang jalan di area pemukiman dijaga satpam, sementara dibalik temboknya pemukiman orang miskin yang bisa saja lebih dekat jaraknya dibanding rumah pak RT/RW pemukim yang dijaga satpam?

Mungkin pernah membaca umat kristiani dari bangsa negro menguliti bangsanya sendiri yang muslim. sebaliknya dibelahan lain bangsa negro muslim membumi hanguskan bangsanya sendiri yang kritiani. Ohhhh.. itukan disana bukan disini, di Indonesia tidak bakal sampai terjadi hal semacam itu.. benarkah begitu?? jika yakin benar seperti itu..sepertinya perlu keliling Indonesia dalam satu waktu agar yakin yang demikian pun ternyata bisa terjadi di negerinya sendiri. Bisa karena agama, bisa karena penghidupan, bisa karena dorongan seks dsb..

Bersambung.. dengan judul yang lain, isinya kelanjutannya.

Saturday, 15 March 2014

Bilur Pemilu

Bilur Pemilu


Pesta Pemilu sudah dekat, kampanye menggelinding deras. Kampanye searah melalui, pamflet, poster, spanduk, bendera parpol menutup semua ruang kosong. Kampanye dua arah, kian gencar, kasak - kusuk barter dukungan. Derasnya ini kian bertambah hebat dari kampanye lima - sepuluh tahun sebelumnya. Dedengkot parpol menganggap ini dinamika yang sehat sebagai keriangan di desa, perkampungan padat kota dari perjalanan menuju hajatan besar.




Mereka mengira suasana keriangan ini sama seperti pagelaran sebuah lomba menyanyi, menari, olah raga, atau 17an. Mereka menyamakan gembira yang sehat dengan politik. Mereka tidak berkaca, bahwa politik itu doktrin, doktrin yang dapat mengendalikan pikiran, hati orang - orang yang tidak mampu mengedalikan diri, yang itu dapat berujung paling getir pertumpahan darah. Ini adalah dao yang terkabul dari semangat menjaga seluruh tumpah darah Indonesia. Yang tidak mampu mengendalikan diri ini golongan labil.


Labil ini bukan persoalan kedewasaan tapi ditentukan ukuran kesulitan menjalani hidup, perut lapar atau kenyang. Perut lapar tidak bisa diganjal dengan ayat, hadis dan ceramah model motivator, tebusan laparnya pulus.


Ya setiap periode masa antar pemilu lima tahun sekali ataupun pilkada, pasti ada saja pertumpahan darah. Pertumpahan darah seperti dijaga agar terus mengalir darah - darah dari orang - orang yang polos, lugu. Ditingkat bawah ladang berkumpulnya luapan darah dan amarah akibat sulit hidup, yang siap meledak kapan saja jika sedikit saja disenggol.


Dan sekarang mereka di undang untuk memeriahkan sekaligus menggulirkan ledakan amarah. Doa mereka yang terkabul, menjaga seluruh tumpah darah Indonesia.


Tiga parpol saja sudah membuat garis dalam satu kampung antar parpol, apalagi banyak!..


Satu rumah bisa dikunjungi oleh puluhan orang dari parpol yang beda untuk minta dukungan, puluhan orang ini masih tetangaan dalam satu kampung. bahkan bisa satu atap. Mereka tidak terbebani saat menjalankan tugas menjadi garis depan untuk berkampanye, yang penting pulus buat nambal dompet bolong. Tapi mereka tidak mampu menutupi raut wajahnya dari kesan yang sebenarnya. Suksesi penyemaian bilur nanah..hehe.




Kalau dulu, meski dalam satu kampung pasti ada kelompok masyarakat dari tiga partai, tapi masing - masing antar pendukung parpol berjauhan tempat tinggalnya. Kalau pun ada yang berdekatan, itu pasti minoritas ditengah mayoritas, biasanya yang minoritas tidak akan berani memperlihatkan efforianya.


kondisi seperti itu saja sudah sangat memperlihatkan sekat, merusak sikap toleran asli. Nah, kalau sekarang sudah tidak lagi demikian, tidak lagi ada dinding pemisah, namun sebaliknya ini menjadi kumpulan endapan luapan yang ada dalam jiwanya atas pulus kerja bisa meledak kapan saja dalam satu kampung satu atap seperti harimau liar, singa dan serigala liar dalam satu kandang, bisa saling melukai oleh sedikit saja percikan api, meski permukaan lahirnya bersahaja saling bertegur sapa, namun bagian dalamnya seperti bilur yang siap meledak, kondisi dimana kalau dielus - elus makin enak buat mengurangi rasanya nyeri menjelang nanah siap keluar.


Bilur - bilur itu bagaikan duri dalam pemilu. Ini akibat dari sistem yang amburadul, itu yang mereka tidak tahu, mereka mau tujuannya tercapai (menguasai apbn).


Kenapa demikian?


Lihat saja, mereka tetap kukuh bertahan dengan keyakinannya atas pendiriannya, bahwa ini dijalur yang benar, bahwa gesekan - gesekan menjadi pernak - pernik dari perjalanan masa transisi demokrasi menuju kearah yang demokratis. Padahal sebaliknya, ini adalah masa- masa transit menjelang bilur - bilur itu meledak.


Adios....

Monday, 10 March 2014

Salah Benar Tentang HUKUM

Politik-Salah Benar Tentang Hukum


Pernyataan salah dan benar dalam interaksi sosial biasanya pada masalah prilaku, sedangkan dalam pendidikan menyangkut masalah soal ujian atau materi ujian. Dan pada budaya menyangkut rasa, gaya dan etika. Yang unik adalah pada persoalan hukum, di Indonesia dan masyarakat dunia, hukum dibuat dalam rangka yang hampir sama, yaitu untuk membatasi gerak. Sehingga muncul kata bersalah dan tidak bersalah, terbukti dan tidak terbukti, bebas bersyarat dan tanpa syarat dsb. Uraian itu hanya sebagai pembuka saja dari apa yang akan  diurai tekanannya pada hukum, yaitu tentang bagaimana hukum di Indonesia dibuat ditetapkan dan dijalankan.




Hukum di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan hukum yang ada di seluruh negara di dunia, kerangka berpikirnya diatas satu dogma bahwa "hukum itu nilainya bersifat relatif, isinya bisa berubah mengikuti perkembangan masa dan situasi yang berubah" atau"perubahan itu mengikuti perubahan masa/zaman". Seakan teori itu baku tidak boleh melanggar dogma itu. Hal ini wajar, karena yang menjadi landasannya adalah untuk membatasi gerak. Sehingga nanti kalau ada yang mencuri divonis, dikatakan bersalah, divonis korupsi dikatakan bersalah, divonis membunuh dikatakan bersalah. Konsep seperti ini diambil atau hasil pengembangan dari konsep yang dibikin firaun disadur kembali oleh plato diteruskan oleh socrates dan aristoteles, mengalir yang kini menjadi pegangan besar dalam penyusunan kerangka hukum.


Sedangkan Hukum itu sendiri adalah pengaturan, norma berbuat, kaidah hidup, jadi bukan untuk melakukan pembatasan gerak. sekalipun mereka mengklaim dengan matanya yang melotot dan kepalanya keluar api, "hukum itu pengaturan". Namun itu ucapan itu tidak dapat membuktikan pernyataanya,  jika melihat hasil, yakni melihat isi undang -undangnya, baik KUHP dan KUHAP, pada isinya tetap saja sama, dalam rangka pembatasan gerak. Muncul lagi yang lagi ramai meminta tindakan pencegahan, terus panik minta harus dibuatkan perangkat regulasinya, agar bisa efektif melakukan tindakan pencegahannya. Pernyataan ini makin mempertegas terhadap hukum itu sendiri sebagai pembatas gerak. Seperti orang bikin pagar rumah tinggi dengan gembok segede gajah, tetap saja kecolongan karena tujuannya memang untuk membatasi dari pengaruh tidak baik dari luar.  Contoh konkritnya lagi bagaimana mereka kebakaran jenggot ketika banyak koruptor digelandang, segera mereka bikin perubahan / undang -undang tujuannya sangat kelihatan, sebagai pencegahan, mencegah jangan sampai tangannya juga diborgol.


Ujungnya Hukum menjadi alat mainan, tidak memberi ruh pada dasar negara, dengan begitu sasaran menjadi kabur buram.


Singkat kata, yang benar itu kalau ada yang mencuri ia bersalah jika hukumnya belum ada, sebaliknya ia tidak bersalah selama hukumnya ada, bingungkan? hehe..


Hukum itu supaya aturan menjadi rampung karena pengaturan. Jadi perbuatan pencurian bersalah dari sudut sosial budaya, sedangkan perbuatannya dari sudut hukum tidak salah selama ada ganjaran konkritnya, yakni benar karena   diatur dalam hukum, yaitu  pidana tentang untuk pencurian, itu yang dimaksud kepastiannya, yang dimaksud hukum sudah benar karena memenuhi nilai sosial, tapi belum sampai bicara tentang keadilan sosial apalagi bicara adil dan beradab. Sehingga ketika dibacakan dakwaan itu bukan "ia terbukti bersalah..", tapi " ia melanggar.." Apa perlu kata bukti? terbukti? tidak terbukti?




Tidak perlu! kan barang buktinya ada dan atau tidak ada. kalimat itu cuma membikin lebay dari hidup yang sudah lebay. Makin puyengkan??? hehe..


Hal lain, bagaimana mereka menetapkan UU sebagai perangkat hukum untuk memberikan kepastian geraknya, tidak berakar serabut dengan dasar dan konstitusi, meski mereka cantumkan dalam isi sebagai bahan pertimbangannya. Lebih tekanannya oleh karena dendam, itu yang membuat hukum itu rapuh, kekuatan hukum menjadi lemah. Kesemua itu dasar motivasi dilakukan perubahan bukan karena perubahan zaman, tapi tolak tarik permainan sentimentil yang ada didalam diri mereka. Sehingga bisa seenaknya saja, kapan pun mereka mau, mereka ubah menurut pesanan yang bisa membuat perutnya buncit. Biar terang, paling enak dikasih contoh ilustrasi, walaupun sebenarnya malas membaca produk hukum yang ada sekarang, ya itu tadi masalahnya, bahasanya saja sudah tidak bernilai hukum. Contoh pada UU pemberantasan tindak pidana korupsi, pada isi timbangannya sebagai prolognya sudah lemah secara hukum dalam arti lebih karena muatan dendam. Begini ;


"...menimbang: bahwa tindakan pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional.."


Ini bahasa lebay selain mengambang, ini yang dikatakan muatannya karena dendam, jadi muatannya menjadi tidak berakar serabut dengan tujuan bernegara ( Dasar dan Konstitusi NEGARA ). korupsi itu tindakan pidana, kenapa ditambah tindak pidana korupsi? ini yang dikatakan lebay, belum kata "sangat merugikan" ini bahasa sentimentil bukan bahasa hukum. terus kalau diangkat untuk dikupas disini UU perubahan yang yang lainnnya, tambah ngaco lagi, seperti contoh dibawah ini;


"menimbang : bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas"


Jadi kalau tidak meluas tidak apa - apa, itu implikasi hukumnya, kemudian coba lihat pada UU perubahan berikutnya, makin memperlihatkan ketidakberdayaan, baik dalam pelaksanaan maupun menyusun sebuah kerangka HUKUM. Jadi mereka terus akan bikin perubahan - perubahan yang itu semakin mengambang, karena motivasinya dendam atau main - main. Ujungnya tidak sedikit korban hasil main - main seperti ini.  Disini tidak ingin mengupas semua isi dari uu tersebut, apalagi semua produk UU yang ada dan berlaku, karena sudah seperti tumpukan sampah yang tidak bisa didaur ulang, harus dibuang.


Contoh ilustrasi lainnya, nah! ini paling hangat contoh kasusnya, kasus sidang mantan pejabat PLN SUMUT, disana dikatakan oleh HAKIM, ia bersalah telah melanggar pasal 2 ayat 1. Ini menggelikan, pembacaan seperti ini sudah menjadi bahasa umum para hakim. Bagaimana tidak menggelikan, kalau  dikatakan ia bersalah melanggar pasal 2 ayat 1 artinya terdakwa tidak tidak melakukan yang digambarkan pasal 2 ayat 1. Dan kata salah ini juga menjadi salah karena pasalnya ada. Jadi yang pas itu kalau memang terbukti telah melakukan tindakan pada pasal 2 ayat 1 , bukan seperti diatas disebutkannya, tapi hakim bisa mengatakan, seccara harafiahnya ( bukan harus persis seperti contohnya), bahwa " berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi - saksi terdakwa telah memenuhi pasal 2 ayat 1 etc, maka ...." atau ia melanggar karean memenuhi pasal 2 ayat 1..dsb"..


Terus apa begitu penting menyebutkan "kata bersalah atau tidak bersalah"?

Tidak!!!..tidak penting lagi kecuali menambah atau memenuhi atau menularkan sikap dendam pada masyarakat, yang mana itu memperburuk tatanan kehidupan.


Itu sekilas tentang Salah Benar Tentang Hukum, agar tidak mengambang lagi seperti sekarang lagi demam bikin kata - kata  mengambang, yang datangnya dari masing - masing parpol. Semua parpol hampir sama jualannnya: "membikin Indonesia lebih baik", ini kalimat yang mengambang, tidak jelas seperti apa, bagaimana, kapan tercapainya. By the way, bisa dianggap wajarlah karena tujuan sebenarnya kan bukan untuk Indonesia yang lebih baik tapi untuk diri mereka sendiri. Kalimat itu begitu karena hasil colongan jadi asbun saja yang keluar dari mulutnya, biar keren dilihat orang pejuang yang cinta tanah air.


Adios.