Thursday 17 May 2012

Mei Dan Reformasi II

Mei Dan Reformasi II


Reformasi, yang dimaksud disana kembali ke formasinya, sama dengan melakukan perbaikan, melakukan pembenahan, melakukan pembaharuan. Sehingga semangat gerakan reformasi adalah semangat gerakan pembaharuan. Orangnya disebut reformist, yaitu pendukung gerakan pembaharu.

Reformasi memberikan isyarat, bahwa sistim ketatanegaraan yang sebelumnya tidak baik, maka diperlukan perbaikan. Namun, di masa itu tidak mungkin perbaikan dilakukan dengan cara - cara yang intelektual melalui forum ilmiah sebagai sumbang saran, juga tidak mungkin memberikan saran dan masukan kepada penguasa ORBA dalam suasana keIndonesiaan, yaitu asas musyawarah, mengingat rezim yang otoriter.

Jadi gerakan Reformasi yang massive sebagai jawaban yang kondusif, ditengah - tengah suasana yang tidak kondusif, baik dalam politik, hukum, ekonomi, sosial budaya dan hankam, akibat krisis moneter global. Dan jawaban itu pas momentnya, ditengah - tengah krisis moneter, dimana kondisi ekonomi saat itu dititik nadir, mengalami keterpurukan yang luar biasa.

Reformasi ini juga sebagai tuntutan atas hasil diujung perjalanan rezim ORBA, dimana menjelang di penghujung perjalanan rezim-nya pada akhirnya tidak juga memberikan jawaban dengan PELITA-nya.

Satu rumusan empiris mac iver menngatakan, bahwa kesuksesan sebuah sistim pemerintahan akan terukur setelah mencapai 25 tahun berjalan. Ketika melewati masa 25 tahun keatas, jika tidak ada peningkatan kesejahteraan yang nyata bagi sebagian rakyatnya, maka akan selalu terjadi gerakan masa yang massive.

Sebagai satu pembuktian terhadap ketidaksuksesan sistim pemerintahan dari rezim ORBA dengan PELITA-nya, yaitu diawali dengan munculnya percikan krisis moneter melanda Asia, pada saat itu rezime Soeharto tidak mampu mengatasi badai krisis moneter yang berimbas besar terhadap roda perekonomian yang sebelumnya begitu dibangga - banggakan dan disanjung - sanjung atas semua hasi pembangunan, baik berupa benda fisik maupun gaya hidup, peradaban dan kebudayaan.

Benda fisik, yaitu infrastruktur dan gedung - gedung megah di kota - kota besar. Dan gaya hidup, yaitu selera tinggi dalam standard hidup dan dalam orientasi pembangunan pabrikasi yang berskala internasional. Walaupun dari kedua hasil pembangunan tersebut tidak ada yang salah, bahkan memang seharusnya begitu, sebagai tanda ujud dari sebuah keberhasilan.

Namun keberhasilan itu memberikan satu jawaban nyata sebagai sebuah kegagalan didalam pengelolaannya ketika itu berhadapan dengan masalah besar, yaitu krisis moneter. Pemerintah saat itu tidak mampu mengatasi serangan badai krisis dan laju pertumbuhan ekonomi pun benar - benar merayap.

Itu sebagai imbas besar akibat lumpuhnya roda perekonomian, dimana hampir sebagian besar perusahaan disemua jenis usaha, besar maupun berskala menengah, tidak mampu lagi bertahan dan bangkrut. Kemudian kondisi ini menjadi bagian dari "pemicunya" terjadinya gerakan reformasi.


Ekses dari setiap gerakan besar perubahan adalah selalu ada korban. Dan yang menjadi korban adalah rakyatnya. Sementara gerakan reformasi itu adalah gerakan yang menginginkan perubahaan terhadap sebuah sistim yang tidak lagi memberikan harapan, dimana rezimnya sendiri saat itu bertahan dengan status quo-nya.

Maka pergerakan dengan gerakan yang sangat massive menjadi satu - satunya solusi kala itu. Jadi dengan begitu bisa dikatakan gerakan reformasi 1998 itu merupakan gerakan reformasi yang revolusioner. Karena sudah terpenuhi persyaratannya, yaitu gerakan untuk menjebol yang lama membangun yang baru.

Sayangnya gerakan ini setengah hati tidak tuntas, tak senilai dengan banyak korban berjatuhan. dengan kata lain dilakukan dengan aksi damai, yaitu diakhiri dengan kompromi.

Mungkin para reformis beranggapan dengan lengsernya Soeharto, perjuangan mereka sudah cukup dan final. Itu terbukti, ketika sambutan riuh membahana termasuk oleh para tokoh utama sesepuh reformasinya. Sehingga tidaklah salah kalau dikatakan, agendanya cuma menjatuhkan rezim Soeharto. Jadi tidak ada koreksi secara menyeluruh kepada akar masalahnya, yaitu peninjauan pada akar masalahnya.

Akar masalah ini pada sistimnya. Sistim yang telah melenakan Soeharto seperti di era orla, pengukuhan presiden seumur hidup telah melenakan Soekarno. Dan realitanya tidak pernah sistim yang ada ditinjau ulang dari berbagai sudut tinjauan.

Peninjauan ulang dan pembedahan sistim, mulai dari konstitusi yang menjadi ruh sistim itu sendiri, ketetapan sebagai perangkat hukum hingga regulasi di setiap institusi negara sampai pada tingkatan paling bawah yang ada di daerah.

Maka jangan heran, tidak ada perubahan sistim, sekalipun dilakukan amamdemen terhadap UUD-nya. Kenyataan inilah yang dimanfaatkan betul oleh para pengikut setia rezim 0RBA, yang mana hampir semua pengikut rezim, kemudian bermetamorfosi kedalam berbagai partai baru, seperti partai beranak pinak, seperti mutan yang bermutasi dalam ujud yang lain dengan niat yang sama mengejar singgasana dan pengaruh. Sedang yang sebagiannya memilih setia menetap dengan jubah kuningnya.

Kondisi seperti ini, bisa dikatakan status quo, yang menyebabkan tidak ada forum bedah ilmiah menuntut akar permasalahan kegagalannya dikupas dan dibuatkan jalan keluarnya. Tidak perlu harus cepat jika ini membutuhkan waktu, minimal ada usaha ke arah perbaikan.

Karena tidak ada perbaikan, maka yang terjadi adalah saling menahan diri dan melanjutkan saja. Pada masa ini mereka tindak lanjuti setelah lengsernya Soeharto seperti pembagian kue buat dedengkot reformis, amin rais jadi ketua mpr, gusdur jadi presiden dan mega jadi wakilnya. Dan orang - orang yang berjaya di era rezim soeharto, ikut masuk dalam barisan.

Pada masa inilah yang diklaim sebagai masa transisi, tepatnya ketika Habibie menjabat Presiden hingga laporan pertanggungjawabannya ditolak, dibalik layar mereka bikin kue kekuasaan seperti mendapatkan durian runtuh. Sementara diluar bersorak - sorai kegirangan seakan sejak dititik itu Indonesia akan lebih baik lagi kedepannya.

Kenyataan itulah, yang bisa dilihat sekarang setelah sudah lewat satu dasawarsa lebih, lebih dari selusin tahun, namun tidak ada perbaikan yang significant, bahkan kejahatan kerah putih kian merajalela yang hampir sama banyaknya dengan kejahatan dijalanan, itu tidak ada bedanya ketika di masa rezim 0RBA. Revolusi itu hanyalah menghasilkan Revolusi Balik Nama saja.

Mei dan reformasi, reformasi yang telah diteladani oleh Ki Hajar Dewantoro, dengan tekun mengabadikan diri selama hidupnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Itu yang kian mengukuhkan kekuatan kesantunan dalam keseharian prilakunya, yang menobatkan kepada dirinya sebagai negarawan.

Untuk menjadi Negarawan seperti itu tidak dibutuhkan yang otak encer dan pandainya bersilat kata. Kecakapan budi pekerti melahirkan tutur kata yang bijak, memancarkan gerak yang santun bijaksana. Itulah gerakan reformasi dari Ki Hajar Dewantoro. Dan kerjanya dihargai oleh masyarakatnya dan tokoh - tokoh Nasional saat itu.

Sedang kondisi sekarang cukup dengan jualan kecap sayur. Hanya dengan jualan kecap sayur mereka bisa dipilih jadi yang berkuasa.

Wednesday 16 May 2012

Mei Dan Reformasi

Mei Dan Reformasi

Tak terasa sudah 12 tahun peristiwa reformasi telah berlalu. Dan yang teristimewa puncak peristiwanya terjadi di bulan mei 1998. Bulan mei seperti "may" dalam bahasa inggris diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi semoga atau mungkin atau boleh, sehingga dapat diidentikan bulan mei itu sebagai bulan yang harapan dengan berbagai kemungkinan upaya penerobosannya.

Menyambungkan satu makna pada kata yang berbeda yang hampir mirip sebagai asumsi dibolehkan menurut logika berpikir yang memenuhi nilai - nilai kemanusian. Barangkali begitu, jika ini dilihat dari peristiwa sejarahnya bangsa Indonesia, yang terjadi di bulan mei 1998. Teristmewanya lagi adalah dihiasi dengan terjadi peristiwa – peristiwa tentang pembentukan jati diri bangsa.

Satu peristiwa pembentukan jati diri bangsa, diawali oleh peristiwa sejarah yang disebut dengan perintis kemerdekaan, sebagai satu bentuk keinginan yang bulat untuk hidup bersama kedalam satu bangsa, yaitu berdirinya Boedi Oetomo, ini juga terjadi di bulan mei. Kemudian lahirnya organisasi kebangsaan itu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional, setiap tanggal 20 mei .


Selanjutnya, lahirnya Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro juga di bulan mei, tepatnya setiap tanggal 2 mei, peringatan Hari pendidikan Nasional itu dijadikan momentum sebagai semangat kebangsaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mencontoh kepada semangat dan pergerakannya yang telah dirintis oleh Ki Hajar Dewantor, dengan satu semboyannya yang sangat indah, tajam dan sarat keteladanan, yaitu “ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso tut wuri handayani”.


Semboyan itu adalah sebagai bentuk dari buah pikirnya selama mengabdikan dirinya didalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian semboyan itu dijadikan semboyan bagi Pendidikan Nasional hingga sekarang.


Sampai disini dari dua peristiwa itu, telah sedikit memberikan gambaran satu keinginan yang sama dari semua komponen bangsa, yaitu keinginan bersama, maju bersama dalam satu ikatan bangsa dan negara, didalamnya saling menjaga martabat dan kerukunan hidup yang menjunjung nilai – nilai keteladanan hidup dalam satu bingkai yang sama, yaitu mencapai tujuan dan cita – cita yang sama.


Kemudian juga dari dua peritiwa itu, dilihat dari sisi lain, berangkat dari keinginan luhur diatas, adalah sebagai bentuk pemberontakan. Pemberontakan secara Ilmiah, yang mengedepankan nilai – nilai Logika berpikir, bukan diatas dorongan semangat frontal yang radikal, anarkis yang non Illmiah. Pemberontakan terhadap realita yang dihadapi dari segala bentuk pembodohan dan penindasan masal intelektual, terhadap saudara sebangsa dan setanah airnya, yang telah memperkosa nilai – nilai yang memenuhi harapan kemanusiaan.


Hal yang mei atau mungkin perlu diperingati adalah ketika nilai – nilai kemanusiaan ini mulai dilanggar dan ketika pula pergerakan – pergerakan perlawanannya mulai dominan memenuhi setiap isi kepala di setiap kepala anak bangsanya, maka ledakan itu tak kan bisa dielakkan lagi. Seperti Peristiwa Reformasi selusin tahun yang lalu, juga di bulan mei, terlepas dari berbagai pernak – pernik yang melatar belakanginya dan hasil dari reformasi selama selusin tahun itu lebih, dari tahun 1998 sd sekarang, baik atau buruk atau stag.


Itu intinya. Sebab sebagai manusia mahluk sosial adalah mahluk yang paling mulia, yang ingin dimulyakan dan memulyakan hidup, dirinya dan orang lain.


Bulan mei seperti awal pembukaan dan penutup disetiap perjalanan bangsa Indonesia, seperti dijalur pendidikan nasional, pendaftaran dan kenaikan kelas, tingkat terjadi diantara bulan mei.

Sunday 13 May 2012

Final Piala Champion 2012

Hampir seluruh pecinta sepakbola sejagad sudah memprediksikan final piala champion nanti bakal mempertemukan Real Madrid vs Baecelona, tak terkecuali saya dan pengurus FIFA.  Pengurus FIFA  sudah memplot kocokannya dengan sangat cantik waktu mau masuk ke babak perempat final, dimana kedua tim favorit tidak bertemu hingga partai final. Namun apa dikata, harapan berkata lain. Chelsea dengan mengadopsi  strategi catenacio sukses membendung Barca dan Bayer  berhasil memaku ronaldo Cs.

Banyak yang terpaku,, banyak yang  tak mengira, banyak yang kecewa, banyak juga yang senang.  Tak sedikit  jua diantara mereka yang senang  tim kesayangannya menang maupun yang kecewa jagoannya keok, tak sedikit yang dibumbui dengan memberikan argumentasi - argumentasinya dengan bebagai alasan yang tidak masuk, lebih karena diatas penilaian rasa kecintaannya. Sama seperti komentator yang cakap bicara tapi tak pernah berbuat yang sama , bahkan prestasi yang sama. Komentator yang tidak lagi sekedar sebagai sejawat reporter yang membuat pertandingan tidak dingin dan sepi,  tapi sudah seperti pernah mengalaminya ataupun seolah selalu ikut bersama pelatih dari tim yang sedang bertanding, ketika pertandingannya berlangsung.

Pertandingn langsung final piala Champion nanti juga sudah dipastikan bakal diramaikan kembali oleh para komentator dengan komentar – komentarnya yang berapi – api yang tak ada apinya. Tapi yang pasti laga Final akan digelar kalau tidak ada aral dan rintangan.  Laga Final  nanti tetap bakal menarik, meski tidak ada  pemain mega bintangmya. Inini  adalah final Ideal .

Final  Chelsea dan Bayer Munchen, laga  yang akan dibumbui oleh perseteruan dendam lama antara tim Inggris dan German.  Satu catatan saja, melihat dari jalannya semifinal kemaren dan pertandingan   dari kedua tim. Chelsea  mengedepankan focus dan seriusnya, sedangkan  dan Munchen dengan mengedepankan ketenangan. Keduanya sama – sama dipecundangi di laga lokalnya.

Bayer Munchen sedikit lebih diunggulkan diunggulkan karena menjadi tuan rumah.  Tapi bagimu, terserah apa katamu, mana yang kan kau pilih ataupun tidak memilih. Izin kan saya untuk  meng-unggulkan Bayer Munchen. Bagimu terserah apa katamu.. Namun pilihan itu akan terus berubah sampai dengan hari ha.  Satu yang tidak akan berubah pisgor dan kopinya.

Thursday 10 May 2012

Amoral Seorang Bapak

Amoral Seorang Bapak

Dari semua peristiwa tindak kejahatan, yang paling tidak bermoral adalah kejamnya seorang bapak menghamili anak kandungnya sendiri. Biadab.


Membaca berita ini, membuat makan tak berselera, ingin rasanya memecahkan kepala si bapak yang amoral itu. Meski anak itu bukan anak kandung saya, bukan saudara sedarah ataupun sanak familiy. Tapi kemarahan dalam ikatan satu bangsa.








Apa yang menimpa anak sekecil itu, terasa menusuk ulu hati. Dan Si bapak berhak melemparkan ayat - ayat setannya sebagai alasan pembelaannya, tapi itu tidak akan mengubah stempel amoralnya, biadabnya. Perbuatannya tak termaafkan.


Perbuatan seperti itu, tidak bisa disalahkan oleh karena pengaruh external oleh eforianya sex bebas, prilaku sex menyimpang dan problem penyaluran sex, tapi sekalipun demikian, tidak bisa dipungkiri itu juga ikut mewarnai yang melatarbelakangi birahinya.


Didalamnya sudah bertumpuk antara minimnya bekal pendidikan, status sosial, perlakuan sosial dan pengaruh sosial. Dan itu tidak bisa diurai lagi untuk dibedah, mencari yang menjadi penyebab utama prilaku menyimpang yang amoral.Itu sudah satu kesatuan yang melebur seperti makanan baru yang bantat, keras dan kesat rasanya.


Walaupun hukuman berat sudah dijatuhkan sebagai ganjaran, namun itu tidak akan mampu mengembalikan suasana kejiwaan anaknya hingga ia tumbuh dewasa.


Walaupun semua pihak telah menyaksikan imbalan hukum, mereka semestinya sadar ini adalah masalah besar yang tersembunyi yang bagaikan gunung es.


Tindakan yang diperlu kedepannya, yang terdekat adalah menyelamatkan anak sebagai korban. Memulihkan traumanya, membangkitkan semangat hidupnya, meyakinkan kembali harga diri dan keceriaannya yang telah hancur meledak berkeping - keping oleh kebiadaban seorang teroris terhadap kedaulatan keluarga, yang seharusnya melindungi, mengayomi dan menafkahinya jika memang tidak bisa mendidik dan membina.


Langkah kedua, si anak juga harus dioperasi, mengangkat janin jika ada yang jadi, sama seperti mengangkat tumor, bukan membiarkan anak yang didalam kandungannya dibiarkan tumbuh. Sebab itu malah akan merusak perkembangan kejiwaan si anak yang mau dipulihkan kepercayaan dirinya.


Ketiga, andil besar Pemerintah dalam kasus seperti ini adalah segera membuat program konkrit pemerataan kebutuhan pendidikan dan penghidupan ke segala pelosok di wilayah NKRI, melibatkan semua struktur aparat dan komponen masyarajat. Jangan ada satu warga negara pun yang luput dari perhatian.


Perhatian dalam kebijaksanaan bukan diatas keprihatinan ataupun kecurigaan atau atas nama kemanusiaan a, c ,d pada pelaku. Sebab ini adalah masalah bangsa yang konkrit, masalah generasi.




Wednesday 9 May 2012

Peranan Orangtua Mendidik Dan Membina Anak

Peranan Orangtua Mendidik & Membina Anak

Judulnya sudah tidak aneh ya... Sudah sering didengar, sering dibaca, bahwa dalam mendidik anak tidak cuma cukup hanya sekedar memberinya kebutuhan hidup saja. Bahkan mungkin diantara kita juga pasti ada yang sudah menerapkannya dengan baik.






Tapi tidak apa - apa juga kan kalau menulis lagi tentang ini?


Mudah - mudahan ada manfaatnya, ada sesuatu yang baru yang bisa diambil dalam tulisan ini.


Dan tulisan ini juga menyambung dengan tulisan saya tentang "Insting Bringas", judul itu berangkat dari kegetiran membaca berita atas peristiwa pembunuhan kakak kandung sama adik. Pada tulisan disini lebih diperjelas ke sasarannya, tapi bukan tentang peristiwanya yang mau dikupas, tekanannya pada sebab akibatnya.


Nah dalam hal ini mau mengupas tentang bagaimana peranan orang tua mendidik dan membina anak menjadikan si anak kelak besar berlaku seperti doa orang tua ketika anak baru lahir.


Peranan orang tua didalam mendidik dan membina anak itu menjadi sangat menentukan didalam pembentukan mental dan kepribadiannya. Walaupun ada juga pengaruh besar dari lingkungan dimana si anak tumbuh besar ( baik yang buruk maupun yang baik ), serta sifat - sifat yang melekat bawaan lahir.


Pengaruh - pengaruh itu bisa dikelola dengan baik jika orang tua memberikan porsi besar mengambil peranannya dalam mendidik dan membina anak. Sebaliknya jika tidak begitu, maka si anak akan digulung dengan pengaruh - pengaruh luar yang tiada henti datang bertubi-tubi dari segala penjuru, lingkungan, media. Bersyukur kalau yang diserapnya pengaruh baik saja, tapi kalau pengaruh buruk ?


Bisa - bisa sesal kemudian tak mungkin dikembalikan. Disini yang harus diperhatikan dan dipahami adalah pengaruh - pengaruh dari luar ini tidak bisa dihindarkan. Dengan begitu, kita sebagai orang tua dapat menyadari, dalam mendidik anak itu tidak cepat memberikan batasan - batasan geraknya atau dicecar dengan larangan yang ujungnya jadi sering mengumbar kata - kata larangan. Ini selain tidak akan menghasilkan terbentuknya karakter anak yang kelak besar siap mamdiri pada saat memasuki usia sekolah, sebaliknya hanya akan membuat kita jadi uring - uringan dibuatnya.


Kenapa demikian?


Sebab semakin sering kita menanamkan pada anak larangan, itu akan mematikan kreativitasnya yang sedang tumbuh dan mesti diasah. Tumbuh berkembangnya kreativitas pada anak itu tidak akan berjalan dengan sendirinya, harus ada yang lain yang menuntunnya,  harus ada orang lain yang membantunya, hingga si anak terlatih dan terasah. Itu yang disebut diarahkan bakat dan


Dalam mengarahkan ini dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Dan kalau kita kurang sabar dan telaten, jangan kaget nantinya. Sebab tidak jarang malah akan membuat si anak tidak betah dengan apa yang sedang dikerjakannya, karena pada usia tersebut apa yang dilakukan anak itu sekedar coba - coba, sekedar ingin tahu saja. Jika pada fase ini jika terlewati jangat kaget lalu si anak menjadi lebih mengakrabi pengaruh dari luar.


Sederhananya, ada beberapa point yang harus diupayakan untuk dihindari sebagai langkah:


  1. Tidak membanggakannya atau mengeluhkannya pada orang lain, apalagi didepan si anak.

  2. Tidak memarahinya didepan saudaranya apalagi didepan umum

  3. Tidak ikut campur apalagi membelanya ketika si anak berkelahi dengan temannya.

  4. Membiasakan kepada si anak untuk segera minta maap pada temannya jika lagi berselisih.



  5. Perhatikan perkembangannya dari kejauhan, tidak lekas curiga dengan aksi perubahan sikap si anak dan menegurnya.

  6. Jangan terlalu sering memerintahkan anak untuk belajar.

  7. Berikan hukuman jika si anak melakukan kesalahan, tapi tidak memberatkannya disesuaikan tingkatan usianya, diikuti dengan memberikan peringatan.

  8. Jangan sekali - sekali keluar kata perintah kepada si anak ganti dengan kata permohonan "bisa tolong / bantu"


Demikian, semoga ini bisa diterapkan oleh orang tua dengan segala status sosial ekonominya. Tapi poin - poin diatas juga akan gugur bila tidak ada ketauladan dari kedua orang tua dan tidak ada kerjasama yang baik dari ayah dan ibunya dengan kadar sayangnya yang tidak seiring diantara keduanya.