Sunday 17 July 2016

Sikap Rusia Pasca Kudeta di Turki

Sikap Rusia Pasca Kudeta di Turki


Selama ini dominasi informasi dunia dikuasai oleh barat, membuat semua propaganda berbagai peristiwa dan kejadian di dunia disajikan mengikuti kaidah barat, yakni paparan objektif dari apa yang dilihat, didengar dan dibaca.


Jasa Pembuatan Web Desain , frontend dan backend klik disini


Begitu konteks umum barat, harus selaras dengan teori informasi dari barat. Sehingga mereka dapat dengan mudah mempermainkan situasi kebatinan dan logika masyarakat umum, juga mudah memanfaatkan momentum guna kesuksesan misi mereka.


Jasa Pembuatan Aplikasi Akuntasi dan Payroll klik disini


Masyarakat umum yang menerima informasi tersebut pasti percaya dengan sajian informasi semodel demikian, karena aktual dan faktual. Berbagai hal yang tersirat dari informasi tersebut tidak lagi jadi perhatiannya.

Satu segi sikap yang demikian karena pada masyarakat memang sudah terbentuk dogma "berbaik sangka" berlebihan, di segi yang lain mereka hanya menjadikan itu sebagai informasi biasa, yang tidak akan ada kaitannya dengan hidup dan masa depan mereka.

Jasa Pembuatan Aplikasi Akuntansi dan Payroll klik disini


Kalau pun hal itu ada yang dijadikan bahan untuk dijadikan bahan pembelajaran, semua pembelajarannya hanya dari apa yang dilihat saja. Kemudian jika suatu saat nanti ternyata mereka merasa dibohongi, mereka pun jadi kesal dan berang. Bahkan mungkin sampai mengumpat sebagai kebohongan publik.

Tak mungkin berdiri perangkat hukum.
tak akan pernah ada badan intelejen.
jika semua bergantung pada berbaik sangka.


Dalam peristiwa kudeta di Turki pun demikian, semua informasi yang membahana ke sepenjuru dunia, hanya dari sudut barat. Kalau pun diambil satu garis benang merahnya, nanti yang terpampang hanyalah berbagai asumsi - asumsi.

Untuk itu agar pembelajaran informasi menjadi berimbang, maka uraian disini menginformasikan pandangan dan sikap Rusia atas kudeta tersebut. Dimana Rusia sebagai wakil dari seteru abadi pihak barat.

Pada saat peristiwa kudeta  itu berlangsung, hal yang membuat tanda tanya besar adalah keberadaan Menlu AS John Kerry saat itu, dia sedang berada di Moskow. Kemudian Menlu AS John Kerry inilah orang yang pertama kali menyampaikan pendapatnya atas kejadian tersebut. Bahkan setelah pesawat F16 terbang diatas Ankara Kerry membuka konferensi pers.

Pada saat itu John Kerry mengatakan bahwa tak seorang pun di Turki maupun di luar Turki melihat kudeta militer yang menguncang negara itu pada waktu menjelang Jumat malam.

Disana komentarnya agak janggal. Namun secara umum dari sudut Kerry adalah upaya menghindari tudingan macam - macam terhadap USA. Dan isi pernyataan John Kerry benar demikian, bahwa, ia berusaha meyakinkan kalau CIA tidak terlibat (atas skenario tersebut).

Tak lama dari situ, Erdogan mulai berani bicara dan langsung mengajak rakyatnya turun ke jalan, yang sempat sebelumnya pesawat USA diberitakan menghadang pasukan militer di jalan raya kota Ankara dan Istambul.

Kejanggalan ini juga dirasakan oleh Rusia. Rusia pun menyindir atas peristiwa itu, dengan memampangkan propaganda dalam sebuah media:





"Mengapa Badan Intelijen Turki Gagal Mengungkap Rencana Kudeta tersebut?"


Rusia memang bersikap dingin atas peristiwa itu, mungkin karena pasokan gas ke Turki tidak diganggu. Namun, pihak Rusia melalui petugas wartawan politiknya, Evgeni Krutikov, memamparkan merespon tanggapan John Kerry :





"..Tapi bagaimana Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT) mengabaikan tanda - tanda pemberontakan ?"

Evgeni pun menambahkan, bahwa "Turki memiliki sejarah panjang kudeta militer yang sukses. Alasan di balik keputusan ini tampaknya sederhana. Organisasi Intelijen Nasional Turki berada di balik semua empat kudeta.

"Erdogan tidak hanya mereformasi MIT, ia mengizinkan mereka yang dekat dengannya, yang tidak memiliki latar belakang militer dan berasal dari partainya, untuk mengubah sebuah organisasi kuat sekali dalam hampir kekuatan kekerabatan. Mempekerjakan kerabat telah menjadi praktik umum."

"Pada saat yang sama, tugas Organisasi Intelijen Nasional ini telah menjadi berlebihan", tambahnya.

"Pada saat ini, MIT terlibat dalam "menjual senjata, mendukung Islam dan kelompok kuasi-Islam di Suriah, berurusan dengan Kurdi dan mengangkut minyak mentah di perbatasan."


Dari informasi ini bisa dilihat dua sudut berbeda antara Rusia dengan USA. Ini diinformasikan bukan karena pro Rusia anti USA dan atau sebaliknya. Ini semua agar informasi yang terima menjadi berimbang. Dengan begitu mendorong kita mengkaji dengan ILMIAH, menelusuri peristiwa demi peristiwa kemudian merangkainya hingga terbentuknya kesimpulan yang bulat.

Agar kita tidak terjebak oleh berita fasikun dan terbawa oleh permainan situasi. Sebab sekarang ini sulit membedakan mana berita fasik mana yang bukan.

Dari rangkaian judul dan pembahasan seputar percobaan kudeta di Turki di sini, semakin terang benderang dan mendorong kepada tulisan berikutnya, yakni "Peta Politik Pasca Gagal kudeta di Turki dan Reinkarnasi Asyiria Raya Yahudi".

Wassalaam. Wr. Wb.

No comments: