Setelah peristiwa kudeta Turki, maka ini menjadi babak baru bagi peta politik di kawasan mediterania sekaligus juga kelanjutan baru Reinkarnasi Asiria Raya Yahudi bermarkas di Tel Aviv. Perjalanan rencana AIPAC dimulai pada akhir 2008, operasionalnya awal 2009. Diprediksikan 2012 sudah terbentuk faham besar Jehovah, di sepanjang pesisir timur, timur laut, selatan, utara, laut mediterania.
Di sisi lain, lumpuhnya perekonomian barat tahun 2008, mendorong USA dan Uni Eropa melakukan langkah - langkah preventif dan melakukan misi pembaharuan politik, dengan gerakan aksi revolusi dengan issue sentral " demokrasi, hedonism, nepotism, tiranian" di middle east, guna mempreteli kekuasaan / rezim yang berkuasa di sepanjang jalur babilonia dengan tujuan memudahkan penguasaan sumber minyak dan gas bumi.
Issue Tiranian ini sangat efektif, mendorong warga negara turun ke jalan berdemo menuntut lengser penguasa yang sudah puluhan tahun berkuasa di negaranya masing - masing. Dari Tunisia merembet ke Aljazair, Libya, Mesir, Jordania, Yaman dan ke Suriah.
Bayangkan saja pada saat itu, negara - negara yang digoncang demo besar - besaran adalah negara yang tangguh perekonomiannya dengan PDB diatas rata - rata. Bahkan Lybia negara PDB tertinggi, rakyatnya paling makmur, berhasil diguncang.
Negara - negara itu menjadi penting untuk dilakukan perubahan rezim. Selama rezim lama berkuasa akan menyulitkan posisi tawar USA dan Uni Eropa di kawasan tersebut. Semua berjalan dengan lancar dan mudah, NATO cukup menjadi pemasok senjata bagi pendemo / demonstran melawan rezim. Masalah muncul ketika issue yang dihembuskan masuk ke negara Syria, dimana pada saat itu Assad sedang menyiapkan pemilu di negaranya.
Meskipun sudah ada inisiasi Assad untuk melakukan demokrasi, ternyata tak luput dari sasaran issue yang bergelombang. Perang pun tak dapat dielakkan. Sebelumnya Rusia tidak pernah melibatkan diri dalam api di sepanjang jalur babilonia, namun tidak kali itu. Rusia melihat ada yang tidak beres dengan issue yang bergelombang itu. Itu tidak murni datang dari internak, tapi issue yang dikembangkan dari luar. Maka saat itulah Rusia secara gentleman menyampaikan pernyataan secara terbuka akan membela rezim Assad.
Rusia adalah negara yang selalu berkomitmen dan negara yang hanya mencubit jika dicubit, lihat sejarah PD 1 dan PD 2. Terbukti, sejak Rusia masuk ke arena, penggulingan rezim tidak lagi mudah. Bahkan hampir - hampir menggoncangkan ekonomi USA dan Eropa dampak dari perang di Suriah.
Tak berhenti disitu, USA tidak ingin kehilangan muka, maka mereka ciptakan ISIS di Irak, yang recruitment relawannya sudah di mulai bulan ke 2 tahun 2010. Operasionalnya atau deklarasinya tahun 2012. Dengan tujuan menggulingkan Assad. Sementara dalam rangka memancing minat relawan muslim, digemboskan issue kebencian faham, mereka bangun issue perang antara syuni dengan syiah. Assad yang syiah harus dilenyapkan.
Namun dalam perjalanannya, robot ISIS ini gagal dalam menjalankan misinya. Saat itulah maka USA mulai menyerang ISIS, meski serangan itu lebih sekedar pengingat saja, dalam arti tidak sungguh - sungguh. Matinya Al Shishani, panglima perang ISIS adalah aksi konspirasi USA.
Gagalnya USA meningkatkan posisi tawar dan membuka investasi lebih luas Eropa di Tunisia, Lybia, Mesir. Sebaliknya situasinya mulai berbalik Rusia dan China malah semakin diuntungkan dengan hadirnya ISIS. Sedangkan semi gagal ini sangat memukul Obama, apalagi sejak Snowden membeberkan siapa ISIS. Maka rencana pun berlanjut, USA membuka pangkalan militer di Turki seiring dengan proses penurunan harga minyak dunia mulai dititik angka yang diharapkan sekitar USD 30,000 perbarel, dengan prediksi diangka itu ekonomi Rusia akan jatuh.
Lagi - lagi rencana ini malah menghantam negara - negara Arab sebagai basis ladang Ekonomi Eropa barat dan USA. Sementara ISIS mulai memudar daya pikatnya dari masyarakat muslim, terutama sunni. Membuat situasi yang memaksa John Kerry melakukan manuver baru guna mengembalikan kepercayaan moslem pada langkah - langkah yang diambil barat dikawasan mediterania.
Kudeta kemaren di Turki adalah seperti petasan pembuka acara pertemuan besar NATO di Polandia, dimana diacara tersebut Erdogan salah satu undangannya.
No comments:
Post a Comment