Babak 16 besar liga Champions 2018 putaran pertama telah menyelesaikan semua pertandingannya. Semua laga diperdelapan final layak untuk diberi tajuk "World Class Good Finishing Fantastic Goals". Dan yang paling layak untuk dinobatkan sebagai laga terbaik dengan titel "World Class Good Finishing Fantastic Goals" adalah laga As Roma vs Shakhtar Donets.
Dalam 2 dekade, liga champions, yang telah beberapa kali berganti nama, formasi dan rules, secara tidak tertulis telah menjadi kiblat sepakbola dunia, glamour dan talenta pemainnya menjadi ukuran semua klub di dunia dalam memasang strategi sepakbola. Dan efforia-nya no.2 setelah Piala Dunia.
Masyarakat Indonesia, khususnya pecinta bola, seperti hidup dalam nirwana, mereka telah mendapatkan kenikmatan tiada tara di ajang olah raga yang digandrunginya. Tak lama setelah Piala Presiden Usai yang sangat fenomenal di setiap laganya, kemudian dilanjut dengan laga liga Champions. Ini kado terindah juga bagi yang lahir di bulan februari dengan hobi menonton sepakbola. Tapi ini bisa jadi bencana, jika sepasang kekasih yang sedang pacaran memiliki hobi yang bertolak belakang, hanya satu yang bisa meredamnya, saling mengerti jauhkan prasangka.
Seperti halnya Anda, saya pun, di laga Champions, sangat menantikan tim elite berlaga, Barca, Madrid, Bayern, Juventus, MU, Liverpool dan yang sedang on fire, M City. Tim elite ini yang menjadi brand ambasador turnamen liga champions, selain Lionel Messi dan Ronaldo, juga beberapa pemain lainya di klub yang berbeda. Namun pada turnamen kali ini, sesuatu yang luar terjadi, dua klub yang tak disangka dan tak di duga dan bukan di arena kecil, As Roma dan Shaktar yang mengguncang dunia, It's The great. game.
Italia seperti sedang mengamuk, setelah gagal masuk ke putaran final Piala Dunia, klub-nya unjuk gigi di liga Champions, permainan yang fantastik, bukan cuma milik As Roma, Shaktar pun layak mendapatkan penghargaan itu, terutama strikernya, Djeko. Ke dua tim memiliki banyak peluang yang bukan hanya nyaris goal, tapi semua tepat pada jala gawang, sayangnya, kedua tim memiliki kiper yang sama - sama prima, sehingga cuma 3 goal yang berhasil tercipta. Tapi 3 itu adalah syarat untuk disebut sebuah laga itu menarik.
Di laga Real Madrid vs Paris Saint Germain, orang hanya mencari - cari yang tidak - tidak, membahas cerita fiksi bola menggelinding sebelum di tendang CR7, itu saking senewennya sama sepakbola, kemudian Barca vs Chelsea, berakhir satu satu aku sayang ibu, dan hanya menambah list Nama messi, pembobol gawang lawan terutama Chelsea, yang sebelumnya dirilis oleh UEFA. Dan superiornya para pemain Bayer Munich yang menggagahi gawang Besiktas. MU vs Sevilla berakhir kacamata. Semua 16 klub layak dijadikan laga terbaik abad ini setelah sebelumnya turnamen piala Presiden 2018. Namun dari semua, tentu yang terbaik, yaitu laga As Roma vs Shakhtar.
Gol yang tercipta di laga antara As Roma vs Shakhtar adalah laga yang layak disebut the best "World Class", "a Good Finishing" dan "It's a Fantastic Goals". Dan yang memasukan bola ke jala gawang pun bukan dari pemain yang memiliki nama besar, Cengiz Under (Shakthtar) 41', di kubu lawan Facundo Ferreyra dan Fred (As Roma ) 52' & 71'. Bukan hanya peluang, tapi kemenangan As Roma yang berlaga di kandang, diperoleh dengan membalikkan keadaan, tertingal terlebih dahulu 1 - 0 dan terus dibombardil gawangnya, namun kemudian menyudahi laga dengan skor 2 - 1 untuk tuan rumah. Hasil ini tetap membuka peluang bagi Shakhtar saat menjamu As Roma di kandangnya.
Semua tim di fase 16 besar masih memiliki peluang yang sama, kecuali mungkin besiktas. Karena bukan hal yang mudah membalikkan keadaan setelah tertinggal 0-5. Namun bukan berarti sudah pupus semua, karena tidak ada kata tidak mungkin di dunia ini.
No comments:
Post a Comment