Friday 1 June 2018

Mencermati Ketegangan USA Dengan Turki

Mencermati Ketegangan USA Dengan Turki


Pengamat Turki, Kerim, mengatakan, hubungan AS-Turki akan melewati satu periode tersulit dalam sejarah hubungan bilateral keduanya. Situasinya telah mencapai titik terendah sepanjang waktu, bahkan akan menjadi lebih buruk dalam waktu dekat setelah pemilihan presiden dan parlemen bulan depan di Turki.




Issue keretakan hubungan AS dengan Turki terus di gemboskan untuk memalingkan mata dunia kedekatan antara AS dengan Turki, agar agenda kerjasama tersembunyi antara Israel - AS - Turki tidak tercium jejaknya. Issue terakhir tentang jer tempur F-35 AS di Incirlik dikaitkan dengan tindakan AS di Suriah.


Mengingatkan lagi pasca tahun 2012, setelah terbentuknya ISIS, penggalangan kader ISIS dilakukan di Turki, yang membidani terbentuknya ISIS adalah AS atas gagasan Yahudi, pasca gagalnya membangun reinkarnasi Asyiria Raya di macedonia, ketika Rusia ikut serta membela Assad di Suriah. Rencana Israel hampir mulus, setelah Tunisia, Maroko, Libya, Mesir porak poranda dengan issue "Demokrasi menghancurkan negara tiran". Tinggal satu lagi Suriah, rencana berantakan sementara pasukan militer AS sudah enggan untuk bertempur. Maka dibikinlah ISIS, guna menaklukkan Suriah dengan bahan bakar umat Islam untuk dijadikan robot ISIS.


Dana, senjata dan mesiu sudah menipis, Suriah masih sulit untuk ditaklukkan. Setelah mengalamai masa krisis hubungan Turki - Rusia pada tahun 2015, Turki mencoba mendekati Rusia. Kemudian muncul peristiwa rencana kudeta militer di Turki, yang ini adalah drama untuk menguatkan posisi Presiden Turki, Erdogan.


Turki sampai dengan hari ini adalah anggota NATO. Menjalin hubungan mesra dengan Rusia. Kemudian pasca pemulihan Suriah, Presiden Turki, Erdogan ikut serta dengan dalam pertemuan Presiden Putin dengan Presiden Suriah, Basyar Assad. Turki menjadi negara paling lantang menentang perlakuan AS di Suriah.


Ketika Trump membuat simulasi memindahkankan kedutaannnya di Yerusalem, Erdogan menantang, Turki akan memindahkan kedutaannya di Yerusalem juga. Ini sebetulnya bukan tantangan, tapi Turki senang jika Amerika benar - benar akan memindahkan kedutaaannya di Yerusalem, dengan begitu Turki pun sebagai mitra AS akan dapat menempatkannya di Yerusalem. Dan sayangnya apa yang dilakukan Donald Trump hanyalah Simulasi.




Ketegangan AS dengan Turki hanyalah drama episode ketiga, nilainya sangat berbeda dengan ketegangan antara AS dengan Korea Utara. Pemboman berjamaah oleh Inggris, AS dan Perancis pada sabtu dini hari di Suriah, hanyalah simbolis, karena area yang akan di bom sudah di kosongkan satu hari sebelumnya.


Sekarang militan ISIS tidak memiliki tuan sepenuhnya pasca perang di Suria, karena AS tidak akan mengakuinya lagi sebagai bonekanya, nasibnya akan seperti Osamah Bin Laden, kaki tangan AS yang diburu oleh pasukan Amerika Sendiri. Turki akan semakin terpuruk setelah upayanya menjadi bunglon gagal total. Dalam issue ketegangan antara AS dengan Turki, duta besar Turki malah sekarang kembali ke kedutaannya di AS.


Selamat makan sahur

No comments: