Thursday 22 December 2022

Kuningan Gempa M 4,3

Kuningan Gempa M 4,3

Kuningan Gempa M 4,3










Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada hari Kamis pagi, 22/12/2022, pukul 04.18 WIB itu memiliki magnitudo 4,3. Episenter terletak pada koordinat 6,99 LS dan 108,48 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 1 km barat daya Kabupaten Kuningan, Jawa Barat pada kedalaman 5 km.







BMKG menyampaikan dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Kuningan dengan skala intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).


Gempa juga terasa di Cirebon, Majalengka dengan Skala Intensitas II - III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang, getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).


"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif," katanya.


"Dalam beberapa menit pertama setelah gempa, parameter gempa dapat berubah dan boleh jadi belum akurat, kecuali telah dianalisis ulang seismolog," lanjut BMKG.







Guncangan gempa tidak menyebabkan tsunami


Sebelumnya, rentetan gempa bumi bermagnitudo besar mengguncang Jawa, seperti di Cianjur hingga muncul kabar potensi gempa bumi megathrust di selatan Jawa.


Dikutip dari Kompas.com, daerah di selatan Jawa bagian barat dan tenggara Sumatera berpotensi alami gempa bumi hingga M 8,9.


Tak hanya itu, dalam pemodelan menunjukkan gempa di zona tersebut bisa memicu tsunami hingga 34 meter, melebihi ketinggian tsunami Aceh 2004.


Hal tersebut berdasarkan penelitian terbaru dan diungkapkan Pepen Supendi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) dan peneliti postdoctoral di University of Cambridge.







”Hasil penelitian kami tentang potensi gempa dan tsunami akibat megathrust di selatan Jawa (bagian) barat dan tenggara Sumatera baru saja diterbitkan di jurnal Natural Hazards,” kata Pepen yang menjadi penulis pertama laporan ilmiah ini, dikutip dari Kompas.id, Selasa, 01/11/2022.


Laporan ilmiah ini juga ditulis Sri Widiyantoro dari Institut Teknologi Bandung (ITB); Nicholas Rawlinson dari Department of Earth Sciences-University of Cambridge; Tatok Yatimantoro, Daryono, serta Dwikorita Karnawati dari BMKG; Abdul Muhari dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Rahma Hanifa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); serta sejumlah peneliti lain.


Berdasarkan survei lapangan yang dilaporkan Jose C Borrero dalam Seismological Research Letters (2005), ketinggian tsunami yang diamati untuk gempa bumi berkekuatan M 9,1 di Aceh pada 2004 berkisar 20-30 meter.


Ini berarti potensi tinggi tsunami maksimum yang disebabkan gempa di selatan Jawa bagian barat bisa lebih tinggi, sekalipun kekuatan gempanya sedikit lebih kecil.








Pepen mengatakan, magnitudo gempa hanyalah salah satu faktor dalam menentukan ketinggian tsunami maksimum.


”Tinggi tsunami bisa dipengaruhi batimetri dan kedekatannya dengan sumber gempa,” katanya.


Sedangkan ketinggian tsunami rata-rata di sepanjang pantai Sumatera dan pantai Jawa, menurut penelitian Pepen dan tim ini, masing-masing adalah 11,8 meter dan 10,6 meter, hasil yang menggabungkan efek dari sesar belakang.


Temuan ini melengkapi kajian sebelumnya yang ditulis Sri Widiyantoro dan tim di jurnal Nature(2020).


No comments: